Sejarah umat manusia adalah permadani yang ditenun dengan benang inovasi, ketahanan, dan transformasi. Peradaban bangkit, berkembang, dan terkadang memudar, meninggalkan warisan yang terus membentuk dunia kita. Namun, kisah umat manusia bukanlah kisah tentang hasil yang ditentukan sebelumnya atau didikte semata-mata oleh pencapaian leluhur. Setiap momen menghadirkan kanvas baru, kesempatan bagi individu dan bangsa untuk mendefinisikan kembali masa kini dan memahat masa depan mereka, terlepas dari kejayaan atau perjuangan masa lalu. Kekuatan pembebasan masa kini mengingatkan kita bahwa meskipun masa lalu menawarkan pelajaran dan konteks yang tak ternilai, trajektori pembangunan dan perjuangan menuju kemajuan merupakan proses dinamis yang paling dipengaruhi oleh pilihan dan tindakan yang diambil pada masa kini.
Gema Kejayaan Kuno, Realitas Modern
Kita dapat melihat catatan sejarah dan mengamati perjalanan menarik bangsa-bangsa yang pernah berdiri di puncak peradaban tetapi menemukan diri mereka dalam posisi yang berbeda di panggung global saat ini. Tiongkok, India, Iran, dan Irak merupakan sejumlah negara yang menjadi tempat lahir beberapa kemajuan paling awal dan berdampak bagi umat manusia, tetapi kini menghadapi kenyataan yang berbeda.
Tiongkok kuno menghadiahkan dunia dengan penemuan-penemuan dan sistem pemikiran yang canggih. Sejak Dinasti Shang (1600--1050 SM), bangsa Tiongkok telah sepenuhnya mengembangkan sistem penulisan, pemerintahan, peperangan, metalurgi, dan perdagangan yang berdampak di seluruh dunia hingga saat ini. Dinasti Zhou (1050--256 SM) memperkenalkan Mandat Surga, sebuah konsep yang membentuk pemerintahan Tiongkok dan Asia Timur selama berabad-abad, serta merupakan tempat lahirnya Konfusianisme dan Taoisme, dua filsafat yang terus memengaruhi etika, pendidikan, spiritualitas, dan gaya hidup secara global. Dinasti Zhou juga mengembangkan teknologi besi, mengembangkan sistem feodal awal, serta menekankan ritual dan tatanan sosial, yang meletakkan dasar bagi nilai-nilai budaya Asia Timur seperti rasa hormat terhadap hierarki, keluarga, dan tradisi. Kontribusi Tiongkok juga mencakup "Empat Penemuan Besar" -- kompas, bubuk mesiu, pembuatan kertas, dan percetakan -- teknologi yang merevolusi navigasi, peperangan, komunikasi, dan penyebaran pengetahuan ke seluruh dunia. Saat ini, Tiongkok berdiri sebagai negara dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang tinggi sebesar 0,788, tapi hanya menempatkan negara ini pada peringkat ke-75 secara global. PDB per kapita Tiongkok juga relatif tidak signifikan, diperkirakan sebesar $13.873 oleh Dana Moneter Internasional (IMF), setara dengan negara berkembang lainnya seperti Malaysia, Meksiko, dan Serbia. Meskipun merupakan negara dengan posisi yang kuat dalam inovasi teknologi dan menempati peringkat ke-11 dalam Indeks Inovasi Global 2024, Tiongkok menghadapi tantangan dalam kebebasan berekspresi, transparansi, dan independensi peradilan, seiring dengan populasi yang menua, masalah lingkungan, serta kebutuhan akan lebih banyak inovasi orisinal dan pengaruh global.
Demikian pula, India kuno merupakan tempat lahir perkembangan intelektual dan spiritual yang mendalam. Para ahli matematika India memelopori konsep nol dan sistem desimal. Tokoh-tokoh seperti Aryabhata dan Brahmagupta membuat terobosan dalam aljabar, trigonometri, dan astronomi. Sistem pengobatan India kuno, Ayurveda, memperkenalkan fokus pada penyembuhan holistik dan bahkan mencakup teknik bedah seperti rhinoplasty. Secara filosofis, India melahirkan agama-agama utama seperti Hindu dan Buddha, bersama dengan aliran pemikiran berpengaruh seperti Vedanta dan Yoga. Kekaisaran Gupta (sekitar tahun 320 hingga 550 M) yang menciptakan "Zaman Keemasan" India, menyaksikan kemajuan yang tak tertandingi dalam seni, sains, matematika, dan sastra. Terlepas dari warisan yang kaya ini, IPM India saat ini berada di angka 0,644, menempatkannya dalam kategori menengah di peringkat ke-134 secara global. PDB per kapita India pada tahun 2025 hanya mencapai $2.393, jauh lebih rendah dari Indonesia, Vietnam, dan bahkan Filipina.
Tanah Persia kuno, yang sekarang utamanya menjadi Iran, juga memiliki warisan pengaruh yang mendalam. Kekaisaran Achaemenid, yang didirikan oleh Cyrus Agung sekitar tahun 550 SM, menjadi negara adidaya pertama, membina pusat budaya, agama, sains, seni, dan teknologi. Cyrus Agung dikreditkan dengan mengeluarkan deklarasi hak asasi manusia pertama dan menekankan kebebasan beragama. Para inovator Persia mengembangkan sistem irigasi canggih seperti qanat dan bahkan mungkin juga baterai pertama. Selama Zaman Keemasan Islam, para sarjana Iran seperti Al-Khwarizmi meletakkan dasar bagi aljabar modern. Zoroastrianisme, yang didirikan di Persia kuno, memperkenalkan konsep filosofis tentang baik dan jahat. Akan tetapi, Iran saat ini memiliki IPM sebesar 0,780, yang mendapatkannya hanya pada peringkat ke-78 secara global. PDB per kapita Iran juga hanya sekitar $5.300 dengan faktor-faktor geopolitik dan sanksi ekonomi yang telah secara signifikan membentuk lintasan pembangunan kontemporer dari negara tersebut.
Terakhir, Irak, jantung Mesopotamia kuno, berdiri sebagai "Buaian Peradaban." Di sinilah bangsa Sumeria, pada akhir milenium ke-4 SM, mengembangkan sistem penulisan pertama yang dikenal di dunia. Mesopotamia menyaksikan penemuan roda, tanaman sereal pertama, serta kemajuan dalam matematika, astronomi, hukum, dan agama terorganisir. Bangsa Sumeria juga mendirikan negara-kota pertama dan mengembangkan sistem irigasi yang canggih. Kekaisaran Akkadia, Babilonia, dan Asiria semuanya berkembang di wilayah ini, meninggalkan arsitektur monumental dan pencapaian intelektual. Sangat kontras, IPM Irak saat ini hanya sebesar 0,673, menempatkannya dalam kategori menengah di peringkat ke-128 secara global. PDB per kapita Irak juga hanya sekitar $5.951, dan peringkat inovasi teknologi yang relatif rendah. Periode konflik yang berkepanjangan, ketidakstabilan politik, dan ketergantungan pada pendapatan minyak telah secara signifikan memengaruhi pembangunannya dalam beberapa waktu terakhir.
Perbandingan ini dengan jelas mengilustrasikan bahwa masa lalu yang gemilang, penuh dengan inovasi terobosan dan kekayaan budaya, tidak secara otomatis diterjemahkan menjadi posisi di puncak pembangunan global masa kini. Meskipun bangsa-bangsa seperti Tiongkok, India, Iran, ataupun Irak membawa gema kecemerlangan kuno, realitas modern mereka lebih banyak dibentuk oleh interaksi kompleks antara peristiwa sejarah terkini sejak abad ke-20, sistem politik, kebijakan ekonomi, struktur sosial, dan interaksi global.
Pembangunan Melampaui Akar Kuno
Sementara itu, beberapa negara paling kuat dan maju di dunia saat ini menariknya merupakan negara-negara baru, yang belum ada sebagai entitas independen pada zaman kuno atau di masa lalu yang lebih baru. Negara-negara seperti Amerika Serikat (AS), Kanada, Australia, dan banyak negara Eropa telah naik ke tampuk kekuasaan melalui kombinasi faktor termasuk eksplorasi, imigrasi, industrialisasi, dan inovasi teknologi, serta seringkali terlepas dari sejarah panjang yang membentang kembali ke zaman dahulu. Sebagai contoh utama, meskipun tanahnya telah dihuni oleh penduduk asli selama ribuan tahun, AS sendiri baru didirikan pada tahun 1776 setelah revolusi melawan kekuasaan Inggris. Dalam waktu yang relatif singkat, AS telah menjadi negara adidaya global, memimpin dalam kemajuan teknologi, output ekonomi, dan pengaruh budaya.