Mohon tunggu...
Yuga Andirama
Yuga Andirama Mohon Tunggu... Freelancer - Humanis

Gemar membaca dan menulis puisi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Kanjuruhan

3 Oktober 2022   11:50 Diperbarui: 3 Oktober 2022   12:24 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ratusan nama berlalu abadi
direnggut dan diambil pergi
segelintir nafsu yang menjadi.
Tak ada lagi, selain menyisa sedih.

Semua mengingat, sepanjang masa
di Kanjuruhan massa berdesak
pulang, tersengat asap menyiksa
dan tangisan yang terisak-isak.

Tidakkah lelah mencatat tragedi?
Yang menerus berulang terjadi.
Berhenti menjadi biang keladi!
Apalagi sampai tidak berbudi.

Jika bukan kita,
Maka siapa?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun