Mohon tunggu...
Andi Rahmanto
Andi Rahmanto Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara

Hanya seorang anak manusia yang ingin hidup bahagia dengan caranya sendiri. email: andirahmanto2807@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tapis Lampung, Gambaran Perkembangan Sosial Masyarakat Lampung

16 April 2016   13:37 Diperbarui: 20 April 2016   00:42 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Tapis Lampung"][/caption]Salah satu kerajinan Lampung yang cukup dikenal secara nasional adalah kain tapis. Bentuknya seperti sarung. Kain ini dibuat secara tradisional dengan metode tenun. Kain ditenun dari benang kapas, sedangkan motifnya merupakan hasil sulaman tangan dari benang emas atau benang perak. Motif tapis sendiri terinspirasi dari kondisi alam sekitar dan kepercayaan masyarakat setempat.

Situasi dan kondisi sosial, budaya, dan kepercayaan masyarakat yang terus berubah dan berkembang dari zaman ke zaman, juga turut mempengaruhi perubahan dan perkembangan motif pada kain tapis. Dengan berkembangnya kehidupan sosial, teknologi, dan budaya masyarakat setempat, berpengaruh pula pada imajinasi dan kreasi pengrajin tapis Lampung. Semisal penggunaan transportasi kapal layar yang berkembang saat itu, memberi ide pada pengrajin untuk menjadikannya sebagai bentuk motif pada kain tapis Lampung.

Hiasan-hiasan yang terdapat pada kain tenun Lampung memiliki unsur-unsur yang sama dengan motif kain dari daerah lain. Hal ini terlihat dari unsur-unsur pengaruh neolitikum yang memang banyak ditemukan di Indonesia.

Masuknya agama Islam ke Lampung kian memperkaya perkembangan pola hiasan dan motif kerajinan tapis. Meskipun demikian, unsur hiasan lama tetap dipertahankan. Motif tapis yang berasal dari pengaruh Islam bentuknya berupa kaligrafi dari potongan ayat-ayat Al-Quran. Oleh karenanya, motif kaligrafi hanya dibuat pada tapis yang khusus dimanfaatkan sebagai hiasan dinding, bukan pada tapis sarung. Sedangkan motif pada kain tapis sarung, motifnya lebih banyak dipengaruhi unsur-unsur dari alam.

Seiring perkembangan zaman, kini kain tapis tidak lagi dipakai oleh keluarga kerajaan saja, melainkan telah digunakan oleh masyarakat Lampung secara umum. Hal ini juga memicu tumbuhnya sentra-sentra porduksi kain tapis di berbagai desa di wilayah Lampung dikarenakan permintaan kain tapis kian meningkat. Biasanya kain tapis dibuat oleh penduduk setempat di rumahnya.

Tapis Lampung pada tempo dulu umumnya dipakai dalam upacara-upacara adat di lingkungan kerajaan. Setiap keluarga kerajaan memiliki tapis dengan motifnya tersendiri. Salah satu motif yang cukup terkenal adalah bintang perak. Bintang perak ini merupakan motif yang dipakai oleh para gadis dalam acara begawi (pernikahan). Konsep strata dalam masyarakat Lampung tempo dulu dapat dilihat dari motif kain tapisnya.

Selain sebagai simbol strata, motif pada kain tapis juga dapat menunjukkan tempat asal pembuatannya. Setiap daerah di Lampung, memiliki corak motif khas yang membedakannya dengan corak tapis dari kabupaten yang lain. Semisal tapis balak khas motif dari Way Kanan, memiliki corak khusus yang membedakannya dengan tapis ratu tulang bawang dari Tulang Bawang. 

Penggunaan motif tapis juga disesuaikan dengan aktivitas yang akan dijalani. Tapis untuk pernikahan, tentu berbeda motifnya untuk kegiatan upacara adat. Seperti tapis jung sarat, khusus dipakai oleh pengantin wanita dalam upacara perkawinan atau tapis tapis raja medal yang khusus dipakai kelompok istri dari kerabat paling tua dalam upacara adat. Jadi dengan mengamati motif tapis yang dipakai seseorang, sebenarnya dapat diketahui tentang strata, asal, dan kegiatan yang akan dijalaninya. Walaupun pada saat ini, sebenarnya pengamatan seperti itu tidak berlaku sepenuhnya.

 

Baca juga: Tapis, Kain Tenun Khas Lampung

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun