Mohon tunggu...
ANDI Pangeran
ANDI Pangeran Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan konsultan bidang Organisasi, Manajemen SDM serta relawan Palang Merah Indonesia yang pasti penikmat nasi goreng....

Belajar memahami untuk semua hal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gara-Gara Corona, Apakah Metode Pembelajaran Berubah?

30 November 2021   23:05 Diperbarui: 30 November 2021   23:31 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Corona... corona.., lagi - lagi corona.., 

Ya, semua aspek berdampak gara - gara virus mematikan ini.  Sudah 2 tahun kita menjadi seperti ini.  Namun sebagai manusia yang tetap memiliki kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa kita tetap harus ikhtiar dan yakin bahwa virus ini akan hilang dan pemerintah kita akan mampu menyelesaikan masalah ini.  Seperti kita ketahui, semua sektor berdampak karena virus ini, termasuk dunia pendidikan.  

Tidak pernah terbayangkan dulu sebelum terjadi pandemi covid 19 bahwa kita akan mengajar dalam bentuk tatap muka yang tidak dapat melihat fisik secara langsung.  Namun gara - gara pandemi covid 19 ini semua pengajar harus mampu memberikan materi dalam bentuk digital, baik melalui video pembelajaran, materi presentasi atau mungkin hanya melalui suara yang dikirimkan pada aplikasi whatsapp taupun media komunikasi lainnya.  

Sekedar sharing  saja, saya masih ingat betul sekitar tahun 2010an saya setiap memberikan materi perkuliahan kepada mahasiswa, saya memberikan materi untuk 1 (satu) semester pertemuan, mengirimkan soal UTS ataupun UAS melalui email dan mahasiswa saya berikan kebebasan untuk membuka buku dalam menjawab pertanyaan UTS ataupun UAS. Serta tidak jarang saya memberikan kuis atau pertanyaan berkaitan dengan tugas melalui twitter.  

Apa yang terjadi? saya beberapa kali dikomplain oleh dosen senior dan saya ditegur untuk tidak melakukan hal tersebut kepada mahasiswa.  Dosen senior tersebut menyarankan bahwa materi harus disampaikan pada saat perkuliahan tiba tidak perlu diberikan sebelum waktunya. Tidak boleh mengirimkan UTS dan UAS melalui email dan lain - lain beliau sampaikan kepada saya.., dan tentunya sebagai dosen junior ya mau tidak mau saya mengikuti apa yang beliau sampaikan.  

10 tahun kemudian berlalu, tibalah di tahun 2020, ternyata pandemi covid 19 terjadi.  Segala tindakan yang pernah saya lakukan ternyata dilakukan bahkan ditambahkan dengan adanya aplikasi zoom yang memungkinkan adanya interaksi antara pengajar dan mahasiswa untuk tatap muka melalui jaringan internet.  So..? apakah dengan pandemi covid 19 ini merubah metode pembelajaran? Sementara saat ini pemerintah sudah mulai melakukan kebijakan untuk  PTMT (pertemuan tatap muka terbatas) ? apakah berpengaruh?

Banyak teman - teman dosen dan pengajar yang lebih senang dengan metode tidak perlu tatap muka, bisa melalui kirim materi kepada mahasiswa / siswa tanpa perlu lagi tatap muka.  Bagi teman - teman yang berpendapat seperti ini ini hak mereka.  Namun masih juga banyak dosen dan teman - teman pengajar yang merasa bahwa dengan pertemuan tatap muka langsung akan lebih efektif dalam proses sebuah pembelajaran.

Bagi saya kita selayaknya sebagai dosen ataupun pengajar dalam proses sebuah pembelajaran haruslah melakukan tatap muka. Mengapa demikian?  Banyak keuntungan dengan pembelajaran melalui tatap muka, namun saya hanya memberikan 3 saja yang menurut saya menjadi keunggulan tatap muka.  

Pertama, kita mengetahui secara langsung berkaitan dengan ekspresi peserta didik terhadap materi yang diberikan.  Jangan lupa banyak para siswa atau mahasiswa kita yang bisa menerima sebuah materi dalam bentuk membaca, mendengar dan juga melihat bahkan ada yang harus menerima materi dalam bentuk kombinasi pada ketiga bentuk tersebut.  Karena setiap individu akan berbeda dalam daya tangkapnya.  Kita sebagai pendidik seharusnya bisa melihat itu semua sebagai sebuah tantangan dalam memberikan materi yang akan kita sampaikan.  Sehingga kita akan mengetahui bahwa pendekatan apa yang terbaik bagi peserta didik kita sehingga mereka akan menyerap materi dari yang kita sampaikan secara lengkap.  

Kedua, membuka ruang ekspresi bagi peserta didik menjadi lebih luas.  Dengan adanya tatap muka maka peserta didik (siswa ataupun mahasiswa) akan dengan mudahnya untuk bertanya jika mereka tidak atau kurang memahami. Sehingga kita sebagai pendidik bisa memberikan solusi terhadap pertanyaan yang mereka sampaikan.  Contoh sederhana pada siswa yang belajar dan mengharuskan menggunakan laboratorium sebagai alat pembelajaran maka hal ini sangatlah diperlukan.  Karena mereka akan bisa mengeksplorasi segala bentuk percobaan - percobaan sehingga menghasilkan apa yang mereka harapkan sesuai dengan teorinya. 

Ketiga, senantiasa  berorientasi pada literasi.  Kok begitu?  sudah pastilah, orientasi literasi itu artinya kita dituntut untuk memahami dalam kemampuan membaca dan menulis.  Membaca  diartikan sebagai sebuah proses menerjemahkan lambang-lambang bahasa hingga diproses menjadi suatu pengertian.  Sementara menulis berarti mengungkapkan pemikiran dengan mengukirkan lambang-lambang bahasa hingga membentuk suatu pengertian.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun