Mohon tunggu...
Andini Ulhaq
Andini Ulhaq Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi Universitas Nusa Putra Sukabumi

Seorang mahasiswi Akuntansi yang mencoba dunia baru dengan menulis artikel. Semoga bermanfaat! :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Serba-serbi Keuangan Generasi Z, Tantangan dan Pengelolaannya

27 Desember 2020   12:54 Diperbarui: 27 Desember 2020   13:14 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Zaman ini adalah zaman dimana perkembangan teknologi begitu pesat dan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam membantu pekerjaan sehari-hari. Seiring dengan perkembangan teknologi tersebut, munculah generasi yang melek terhadap teknologi dan begitu mendominasi dunia kerja saat ini, yaitu Generasi Z.  Generasi Z merupakan generasi yang lahir dalam rentang tahun 1995 sampai tahun 2010 dan dikenal juga sebagai generasi internet karena generasi ini memang berhadapan dengan teknologi yang semakin canggih dan secara langsung dan tidak langsung berpengaruh pada kebiasaan dan kepribadian mereka.

Menurut Psikolog Elizabeth T. Santosa, ada 7 karakter dari Generasi Z, yaitu: memiliki ambisi yang besar untuk sukses, menyukai hal yang instan, mencintai kebebasan berpendapat, kebebasan berkreasi, dan kebebasan berekspresi, memiliki kepercayaan diri yang tinggi, bersikap kritis dan menyukai hal yang detail, ingin mendapat pengakuan, dan terakhir sesuai dengan namanya, mahir dalam menggunakan teknologi. Kemudian, bagaimanakah  perilaku Generasi Z dalam mengelola keuangan?

Pernahkah Anda mendengar istilah You Only Live Once alias YOLO? Kata tersebut memiliki makna yang berarti, nikmati saja hidup saat ini karena kamu hidup hanya sekali. Kata tersebut menjadi trend di kalangan Generasi Z karena kata tersebut seolah menjadi pandangan hidup mereka dan bisa menggambarkan pola konsumsi mereka, sesuai dengan karakter Generasi Z yang menyukai kebebasan.

Sebagai contoh, misalkan Anda baru saja menerima gaji bulanan dan melihat iklan liburan di taman hiburan yang baru saja dibuka, maka berdasarkan pandangan YOLO, Anda akan memilih pergi ke taman hiburan tersebut dibandingkan dengan menyisihkan gaji untuk tabungan pensiun nanti dengan pemikiran bahwa pensiun masih terlalu jauh untuk dipikirkan sekarang dan bisa dilakukan di gaji bulan-bulan selanjutnya. Lebih baik pergi berlibur untuk memanjakan diri setelah penat bekerja dan mendapat sesuatu yang bisa dibagikan di media sosial. 

Masih belum cukup sampai disana, terkadang meskipun kondisi finansial sudah menipis, namun kebutuhan untuk gaya hidup tidak bisa ditepis, jadilah kita berhutang dengan dalih bisa dibayar ketika gaji bulanan sudah cair kembali. Ketika gaji bulanan sudah cair kembali dan dipakai untuk membayar hutang, kemudian uang habis lebih cepat dari seharusnya dan kita tetap membutuhkan uang untuk kehidupan sehari-hari, jadilah kita kembali berhutang untuk pemenuhan kebutuhan tersebut. 

Sebuah jebakan, bukan? Kita tidak mungkin terus menerus ingin seperti itu, maka dari itu mulailah menyusun strategi agar keuangan dapat tetap stabil dan memiliki aset yang bisa diandalkan ketika kondisi keuangan tidak sesuai dengan ekspektasi nantinya. Contohnya seperti saat ini, siapa sangka pandemi Covid-19 ini akan begitu berpengaruh sampai banyak orang lain yang kehilangan pendapatannya? Bagi kalian yang masih memiliki pekerjaan, bersyukurlah karena masih bisa mendapatkan pemasukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Langkah awal mengelola keuangan bisa dimulai dengan membatasi pengeluaran untuk hiburan. Tidak ada yang salah dengan hiburan karena manusia sesekali memang membutuhkan hiburan untuk menyegarkan kembali pikirannya setelah melakukan aktivitas pekerjaan. Maka dari itu, Anda boleh memilih aktivitas hiburan namun dengan anggaran yang dibatasi hanya untuk 5%-10% dari pendapatan.

Setelah pembatasan anggaran, Anda bisa menyisihkan 10%-15% dari pendapatan untuk dana darurat atau tabungan pensiun nanti. Kita tidak pernah tahu kondisi di masa depan, maka dari itu janganlah menunda untuk menabung. Tabungan itu milik Anda, dan akan digunakan oleh Anda juga ketika ada keadaan darurat yang sangat mendesak nantinya. Lalu, jika Anda adalah seorang karyawan, maka perusahaan wajib mendaftarkan Anda dalam program Jaminan Hari Tua (JHT) BPJS Ketenagakerjaan. Nantinya hasil dari program tersebut bisa dicairkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan saat Anda sudah tidak bekerja lagi.

Kemudian, selain tabungan darurat dan dana pensiun, ada pula tabungan dalam bentuk investasi. Untuk memulai berinvestasi, Anda harus memahami terlebih dahulu jenis-jenis investasi yang sesuai dengan tujuan dan modal yang Anda miliki. Jika ingin berinvestasi untuk jangka pendek atau kurang dari satu tahun, bisa berupa reksa dana pasar uang dan pinjaman peer-to-peer (P2P) lending. 

Untuk investasi jangka menengah bisa berupa reksa dana campuran dan Obligasi Ritel Indonesia (ORI), dan untuk investasi jangka panjang dengan jangka waktu lebih dari 5 tahun, bisa dalam bentuk reksa dana saham, saham, ataupun emas. Kemudian, jangan lupakan risiko dalam investasi karena berdasarkan pada prinsip investasi, yaitu semakin tinggi timbal baliknya maka semakin tinggi pula risikonya. Pilihlah investasi dengan tingkat risiko yang masih bisa ditanggung oleh Anda. Investasi bisa berguna sebagai penunjang dana untuk rencana Anda di masa depan. Meskipun saat ini Anda belum memiliki rencana apapun, melakukan investasi tetap dapat memberikan keuntungan baik di masa ini ataupun jauh di masa depan.

Selain investasi, ada juga pilihan lain berupa penyisihan pendapatan untuk dana uang muka Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Mengapa harus rumah? Karena rumah merupakan kebutuhan primer yang menjadi tempat untuk beristirahat dan melindungi diri. Seiring bertambahnya usia, Anda pasti akan lepas dari orangtua dan hidup mandiri dengan memulai kehidupan sendiri, atau membangun keluarga. Maka dari itu, meskipun nantinya rumah itu tidak akan Anda tempati ketika sudah pisah, Anda masih bisa menjualnya di masa depan. Harga rumah terus meningkat setiap tahunnya dan jika tidak dimulai dari sekarang, bisa saja harga di masa depan sudah tidak ada yang sesuai dengan budget yang Anda miliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun