Mohon tunggu...
Andini Okka W.
Andini Okka W. Mohon Tunggu... Guru - -Work for a cause not for an applause-

- a teacher, a humanist, and a lifetime learner -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Biarkan Kebaikanmu Bermutasi dengan Pay It Forward

19 Februari 2023   22:02 Diperbarui: 19 Februari 2023   22:24 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernahkah Anda mengalami rentetan kejadian yang membuat Anda berpikir bahwa mereka terkoneksi satu sama lain dan memberikan satu pesan khusus kepada Anda? Beberapa minggu ini saya mengalaminya.

Pikiran saya mengerucut pada satu makna bahwa pada setiap kebaikan yang saya terima, saya harus melanjutkannya pada orang lain atau pay it forward. Pay It Forward sendiri juga merupakan sebuah judul film rilisan tahun 2000 yang dibintangi oleh Kevin Spacey, Haley Joel Osment dan rocker gaek Jon Bon Jovi. 

Konsep pay it forward pertama kali mulai dikenal melalui sebuah drama yang ditulis dan dipentaskan di Athena kuno pada 317 SM bertajuk "Dyskolos" atau jika diterjemahkan berarti "Si Penggerutu". Sama seperti inti cerita dari film Pay it Forward, konsep ini menggambarkan manfaat dari tindakan kebaikan yang diteruskan agar melahirkan kebaikan secara beruntun. Semisal kita membantu dua orang lain dalam hidup kita, masing-masing dari dua orang tersebut perlu membantu dua orang lainnya yang sedang mengalami kesulitan. Melalui mekanisme demikian, dunia akan semakin dipenuhi dengan kebaikan.

Walaupun tidak sepopuler dulu, saya masih aktif di aplikasi sosial media burung biru, yaitu Twitter. Di Twitter saya mengikuti sebuah akun dimana sender (pengirim) dapat mengirimkan cerita permasalahan untuk mendapatkan solusi dari para pengguna akun Twitter lainnya. Secara kebetulan, saya membaca sebuah cerita mengenai seorang gadis usia SMA yang meminta masukan untuk mendapatkan penghasilan tambahan karena perekonomian keluarganya sedang sulit. Dia bercerita bahwa ayahnya adalah seorang tukang pasir, yang dua minggu ini sudah tidak bekerja karena tidak ada tetangga yang membutuhkan jasanya. 

Ayahnya kebingungan karena ternyata keluarganya berhutang Rp 25.000,00 untuk membeli token listrik di warung, dan ibu pemilik warung terus menerus menagih uang token listrik tersebut kepada si bapak. Singkat cerita, si anak perempuan ini dibelikan kuota oleh teman sekolahnya dan meminta bantuan kami untuk mendapatkan informasi kerja atau masukan agar dia bisa mendapatkan pemasukan guna membantu keluarga.

Saya lihat sudah ada beberapa readers lain yang memberikan masukan. Segera saya juga membalas twit dan menuliskan saya akan membantu membayarkan token listrik sehingga membutuhkan nomer akun Go xxx si anak perempuan ini bila berkenan. Pun saya memberikan masukan agar anak perempuan ini menjadi reseller barang milik tetangga atau teman dengan selisih harga jual,   sehingga dia bisa mendapatkan sedikit keuntugan dengan menjual barang tanpa modal. Dengan pesan penyemangat dan salam untuk bapak, saya mengakhiri twit balasan saya.

 Seharian saya menunggu pesan dari si anak perempuan ini. Saya betul-betul berharap dia berkenan untuk dibantu, namun nihil. Saya berpikir positif, mungkin dia sudah mendapatkan pencerahan atas pergumulan yang sedang dialami. 

Keesokan harinya, saya malah terkejut saat tiba-tiba ada notifikasi akun bank saya menerima transfer sejumlah Rp 250.000,00. Uang kaget, saya bilang seperti itu. Namun yang menjadi pemikiran, nominal angkanya seperti dilipatgandakan dari apa yang sebetulnya ingin saya niatkan untuk si bapak kemarin. Buat saya, itu merupakan kebetulan yang tidak kebetulan dari Tuhan. Tuhan lewat orang lain, menunjukkan perpanjangan kasihNya. Luar biasa.

Selain kejadian pinjaman token listrik, ada satu peristiwa lagi yang tidak bisa saya lupakan dalam satu minggu tersebut. Sore itu saya masih bekerja, di luar hujan deras dan saya merasa sangat lapar. Saya berkata dalam hati bahwa saya lapar sekali, namun saya tidak bisa kemana-mana karena masih bekerja dan hujan deras. Segera saya lupakan dan kembali bekerja. 

Beberapa menit kemudian saya ditelpon oleh salah satu kolega. Beliau menyampaikan bahwa ada salah satu kurir yang mengirimkan makanan dan kue untuk saya sudah menunggu di depan. Bergegas saya menuju keluar untuk menemui kurir dan menerima kiriman kolega saya. Saya tertegun beberapa saat sambil menatap pemberian tersebut. Lagi, Dia menunjukkan perpanjangan kasihNya lewat orang lain.

Sore itu, saya merenung dan mengaitkan dua peristiwa "ajaib" dalam satu minggu tersebut. Saya kemudian teringat dengan konsep "pay it forward". Saya yang berusaha membantu bapak untuk membayar token listrik, merupakan bentuk "pay it forward" saya atas kebaikan Tuhan selama ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun