Mohon tunggu...
Andi Muhammad Husein Mazhahiri
Andi Muhammad Husein Mazhahiri Mohon Tunggu... Mahasiswa - tidak tampan tapi suka mandi dan suka kamu

love of my life

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Alternatif Merajut Persatuan Umat Islam

19 April 2021   07:04 Diperbarui: 30 Juni 2021   02:08 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Datangnya islam dan pembawanya, Muhammad SAW membawa perubahan besar bagi bangsa arab. Masyarakat arab sebelum kenabian cenderung meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan. Diantara konflik yang terjadi adalah fanatisme kesukuan dan kabilah, bahwa siapa yang sukunya kuat dialah yang berkuasa. Dalam perebutan kekuasaan mereka berperang dengan suku lain, siapa yang menang itulah yang berkuasa sedangkan yang kalah terkucilkan. Begitu kehidupan mereka sehari-hari hanya berperang untuk mendapatkan kekuasaan. Masyarakat lemah ditindas, perempuan dipandang sebelah mata, mereka membunuh anak perempuannya karena dianggap tidak mampu berperang (lemah).

Kebiasaan buruk bangsa arab dapat diatasi dengan datangnya nabi Muhammad SAW, Rasulullah membawa perubahan yang sangat besar tidak hanya pada aspek materialnya tapi juga aspek spiritual seperti penyembahan terhadap allah, yang sebelumnya mereka menyembah berhala. Rasulullah menyatukan suku-suku dan merubah kebiasaan mereka menjadi masyarakat bermoral. Nabi datang menyelamatkan hak-hak perempuan, membiarkan mereka hidup dan diangkat derajatnya dari yang awalnya dipandang lemah menjadi terhormat.

Watak suku masyarakat Arab pra-Islam yang sudah dikikis oleh Nabi Muhammad Saw. itu muncul kembali pascawafatnya sang Nabi.  Fase baru perjalanan Islam ini dimulai ketika mereka mulai memperebutkan kekuasaan yang didasarkan pada fanatisme suku, bahkan sebelum penguburan jasad Nabi Muhammad Saw. Saat itu, di Tsaqifah Bani Saidah terjadi perebutan kekuasaan antara kaum Anshar dan Muhajirin. Kedua belah pihak saling mengklaim sebagai pengganti yang sah kepemimpinan pasca-Nabi. Kaum Anshar beralasan bahwa mereka adalah penolong Nabi dan kaum Muhajirin ketika melakukan hijrah ke Madinah. Mereka mengajukan Sa'ad bin Ubadah sebagai pengganti Nabi. Di lain pihak, kaum Muhajirin mengklaim sebagai golongan yang pertama kali masuk Islam, dan mereka berasal dari suku Quraisy. Di tengah perdebatan tersebut, muncul pihak ketiga dari keluarga Nabi. Menurut pihak ketiga ini, orang yang berhak menjadi pemimpin sebagai pengganti Nabi Muhammad Saw. adalah Al bin Ab Thalib, yang merupakan bagian dari keluarga Nabi. Drama perebutan kekuasaan itu berakhir setelah Umar bin Khattab menunjuk Abu Bakar dan membaiatnya di hadapan umat Islam, sembari meminta Ali bin Abi Thlib untuk ikut membaiatnya. Peristiwa ini mengungkap Kembali watak bangsa arab yang fanatic terhadap kesukuan. Perselisihan ini berlangsung lama puncaknya terbunuhnya Usman bin Affan.

Ketika Ali bin Abi Thalib berkuasa, sayyidah Aisyah dan pengikutnya melakukan pemberontakan. Namun dikalahkan oleh pasukan Ali bin Abi Thalib, medengar kekalahan Aisyah Muawiyah memerintahkan pasukannya untuk menyerang Ali. Ketika Muawiyah berkuasa, dia mempertahankan kekuasaannya dengan membunuh lawan-lawan politiknya.  

Perpecahan dalam islam berlanjut berulang-ulang dalam sejarah, lahirlah paham-paham yang sama-sama menyatakan dirinya paling absah dalam memahami Islam, ada Mur'jiah, khawarij, ahlusunnah, syiah dan lainnya. Bahkan saling membunuh seperti yang dialami oleh Imam Ali bin Abi Thalib ketika ditikam oleh Abdurrahman bin Muljam hingga beliau wafat.  sampai saat ini sebagian dari mereka terpecah bahkan saling serang-menyerang baik secara fisik ataupun non fisik.

Namun yang menjadi pertanyaan apakah perpecahan ini takdir ataukah bisa diatasi?

Ada sebagian yang mempercayai bahwa perpecahan itu merupakan takdir yang dijadikan dalil adalah surah Al-an'am ayat 65: katakan: dia mahakuasa untuk mengirimkan azab padamu dari atas atau dari bawah kakimu, atau dijadikannya kamu menjadi beberapa golongan, dan sebagian mendatangkan bahaya pada yang lain. Perhatikanlah bagaimana kami menjelaskan keterangan-keterangan supaya mereka mengerti. Sebagian mufasir mengaitkan ayat ini dengan hadis nabi yang menceritakan permohonan nabi. dua dikabulkan dan satu tidak.  Anehnya yang tidak dikabulkan oleh tuhan adalah permohonan nabi agar ummatnya tidak saling mencelakakan dan terpecah.

Tidak sampai disitu saja, untuk menjustifikasi dan menguatkan bahwa ayat diatas bekenaan dengan keniscayaan umat nabi terpecah belah sampai hari kiamat, mereka mencocokkan hadis yang sangat populer yaitu: orang ahudi sudah pecah menjadi tujuh puluh satu golongan, orang Nasrani sudah terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan akan pecah umatku menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semua masuk neraka kecuali satu golongan saja. hadis ini diriwayatkan oleh Abu Dawud, Al-hakim, Ibnu Majah, Ahmad dan Al-Turmudzi. Lalu siapakah golongan yang selamat itu? Muawiyah berpendapat bahwa yang selamat adalah pengikutnya atau dalam bahasa arabnya disebut Al-Jama'ah dan diperkuat lagi oleh Al-Syahrustani bahwa yang selamat adalah Ahlu-sunnah wa Al-Jama'ah.

Intinya semua klaim yang mereka lakukan, menunjukkan bahwa islam akan senantiasa terpecah belah hingga hari kiamat karena ini takdir dari tuhan atau kehendak Allah.

Menurut Ibnu Abbas maksud dari Surah Al-An'am ayat 65 itu berkaitan dengan kemungkinan allah menurunkan tiga macam azab kepada umat islam: pertama, azab dari atas kakimu (kekejaman penguasa), kedua, azab dari bawah kakimu (pemberontakan rakyat atau pengkhianatan anak buah), ketiga, perpecahan umat menjadi berbagai golongan, masing-masing berusaha mencelakakan orang lain. Namun yang menjadi pertanyaan apakah sudah menjadi takdir umat islam akan selamanya dipimpin oleh penguasa yang dzalim? Atau mengalami kerusuhan karena rakyat kecil? Atau selamanya terpecah?.

Mereka yang mempercayai bahwa perpecahan itu takdir, mereka salah memahami konsep azab di dalam Al-Qur'an. mereka menafsirkan secara literal tidak melihat secara kontekstual. Azab dalam bahasa Al-Qur'an merupakan akibat dari perbuatan maksiat, maka dari itu berbeda antara azab dengan takdir. Azab bisa dihindari bahkan allah menjanjikan bagi mereka yang meninggalkan maksiat dengan balasan yang lebih seperti dalam surah  Ibrahim Ayat 7 "jika kalian bersyukur, sungguh aku akan menambahkan (nikmat) dan jika kalian kufur maka sungguh azabku sangat pedih". Artinya jika kita kaitkan dengan ayat di atas, perbuatan manusia yang mangakibatkan datangnya azab. Jika kita membela pemimpin atau penguasa yang dzalim kita telah membantu menegakkan kedzaliman. Jika penguasa bertindak dzalim dan rakyatnya memberontak disitulah muncul perpecahan yang disebabkan hasrat busuk penguasa yang tidak mementingkan kepentingan rakyatnya hanya mementingkan kepentingan pribadi kelompok dan golongannya, akhirnya rakyat tidak lagi setia dengan pemimpinnya karena jauh dari moral islam yaitu keadilan yang tidak ditegakkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun