Mohon tunggu...
Andi Logi
Andi Logi Mohon Tunggu... Foto/Videografer - SUKSES DIMASA MUDA

sukses dan bermanfaat buat orang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Anak Muda dari Pelosok Nusantara

2 Maret 2018   18:02 Diperbarui: 3 Maret 2018   20:38 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andi Logi Tempat Tanggal lahir: Lampar Baru, 4 desember 1986

Lahir di sebuah kota kecil yang jauh dari kemeriahan kota metropolis, lahir pada tanggal 4 desember 1986, Desa Tebing Tinggi --Kabupaten Empat Lawang, anak dari Bpk. Sampurna dan Ibu Jamilah, saudara; Desi Marlina, Dodi Oktober, Andi Logi, dan si bungsu Nopriyanti--Andi kecil besar seperti anak pada umumnya; bermain mobil-mobilan terbuat dari pohon pisang, mandi disungai dan tentunya hobi dari warisan nenek moyang yaitu mincing heee, biasanya dilakukan andi kecil dan teman-teman pada hari libur atau sepulang sekolah selama masa SD.

Andi kecil menyelesaikan bangku SD nya di Sedolah dasar Negeri No.35 Lampar baru, ke Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang. Setelah menyelesaikan bangku SD, Andi kecil melanjutkan pendidikan Sekolah menegah pertama di SLTP N 1 Tebing Tingggi.

Sejak masuk sekolah SLTP/SMP mulai terasa betapa beratnya hidup dengan keterbatasan ekonomi dan betapa besarnya pengorbanan orang tua, bpk. Sampurna mempunyai pekerjaan sebagai petani kopi dan karet. Alhamdulilah tetap bersyukur walau dalam kekurangan kami sekeluarga bisa hidup dan mengenyam pendidikan sampai SLTA/SMA.

Keterbatasan ekonomi keluarga membuat aku berpikir betapa besarnya pengorbanan orang tua untuk anak-anaknya. Oleh sebab itu aku menawarkan bantuan ke bak untuk membantu pekerjaan yang bisa dilakukan oleh anak seumuranku, setiap pulang sekolah aku ke kebun membantu Bak (panggilan ayah) untuk mengambil getah-getah karet yang sudah di deres atau arit --dalam bahasa Empat Lawang-- menggunakan alat khusus karet.

Aku hanya membantu mengambil getah-getah karet yang sudah terkumpul di bawah pohon karet dengan menggunakan ember. Satu per satu pohon karet aku hampiri untuk mengambil getah dan dikumpulkan pada satu tempat yang terbuat dari galian tanah yang berbentuk kotak segi empat. Pekerjaan seperti aku lakukan dari pulang sekolah sampai jam 3-4 sore setiap Bak ada dikebun. Setelah pulang dari kebun aku dan teman-temanku melanjutkan pekerjaan sampingan dengan membantu pak Luhkti membersihkan mobil warga di tempat cucian mobil atau Car Wash bahasa keren nya). Dari hasil hasil jasa cuci mobil itu aku mendapat uang dua sampai 10 ribu. Alhamdulilah, bisa buat jajan pikirku.

Kegigihan Andi kecil ternyata tidak diimbangi dengan konsisten diri untuk terus menjadi anak yang membanggakan orang tua yang pada akhirnya Andi kecil terpengaruh dengan lingkungan yang ada di sekitar tempat Andi tinggal. Dan Andi kecil mulai terpengaruh dengan dunia judi: billiard dan dadu.

Awalnya uang hasil jasa cuci mobil, lama kelamaan uang iuran sekolah jadi imbasnya. Uang yang seharusnya dibayarkan SPP sekolah malah dibawa ke tempat perjudian. Dan habis.

Karena tekanan pihak sekolah, yang menanyakan terkait uang SPP dan ancaman dari pihak sekolah akan membuat panggilan orang tua, aku pusing tujuh keliling, dari mana pikirku dapat uang untuk bayar uang. Karena habis akal dan benar-benar menyesali kesalahan akhirnya terlintas dibenakku bahwa masih ada yang bisa menolongku.

Dialah maha segalanya, akhirnya kuputuskan kembali padanya dengan melakukan sholat malam. Keesokan harinya ku melakukan aktivitas seperti biasa waktu itu aku sudah kelas 3 SMP, setelah lonceng masuk berbunyi aku dan teman-temanku masuk kelas, suara di kelas senyap sunyi tidak ada suara temen-temenku satupun, akupun terheran dan penasaran. Akhirnya kulihat bapak Wakil Kepala Sekolah menghampiri kelas kami dan menyampaikan pesan agar uang SPP harus dilunasi.

Uang iuran SPP milikku masih nunggak lima bulan dan per bulan iuran kurang lebih  Rp 28.000 jika diakumulasikan 5X28.000 = Rp.140.0000. Wah besar sekali uang segitu, pada saat itu kisaran tahun 2000-2001. Dengan keberanian, akhirnya aku memutuskan untuk menemui Wakil Kepala Sekolah untuk eminta tempo waktu satu bulan dan dengan perjanjian jangan memberi tahu orang tua. Wakil Kepala Sekolah memberikan aku keringan.

Setelah pulang sekolah aku langsung seperti biasa membantu orang tua kekebun terlebih dahulu setelah pulangnya dari kebun aku langsung ketempat pencucian mobil pak luhkti tanpa memikirkan rasa capek aku melakukan semua tugasku sebagai tukang cuci mobil, kadang-kadang mobil ukuran besarpun aku bersihkan, dan alhmadulilah warga yang mobilnya ku cuci pun banyak yang memberikan aku bonus/tips karena menurut mereka pekerjaanku memuaskan, kulihat hasill hari itu ternyata aku sudah mengumpulkan uang  18.000, hasil hari itu aku sisihkan 3 000 untuk jajan sekolah dan 15 000 kumasukan kecelengan/tabungan berbentuk bambu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun