Mohon tunggu...
Andiko Nanda Fadilah
Andiko Nanda Fadilah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa S1 Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

Mahasiswa S1 Pendidikan Sosioogi FIS UNJ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pedagogi Alternatif dalam Menghadapi Learning Loss di Indonesia

1 November 2022   19:03 Diperbarui: 1 November 2022   19:06 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sekolah merupakan agen yang melakukan sosialisasi hal-hal baru yang belum dipelajari individu dalam keluarga ataupun kelompok bermain yang akan menyiapkan perannya di masyarakat di kemudian hari. Media massa merupakan agen sosialisasi yang menjadi wadah komunikasi yang masif dalam menjangkau banyak orang. Media massa identik dengan agen sosialisasi yang berpengaruh terhadap perilaku khalayaknya sehingga akan memengaruhi kepribadian.

Agen-agen sosialisasi tersebut sangat lekat dengan kehidupan setiap individu, tidak terkecuali peserta didik. Maka agen sosialisasi seharusnya dapat dimanfaatkan untuk program yang saling terhubung dan terkolaborasi melalui etnopedagogi. 

Rahmawati et al (2020) menerangkan bahwa etnopedagogi meneliti pengetahuan tentang pengalaman hidup orang-orang, standar etika, dan lingkungan serta aturan perilaku generasi muda di lingkungan alam dan sosial. Persepsi tentang pedagogi adalah seni mengajar, maka etnopedagogi adalah kombinasi seni mengajar dengan mengaitkan dengan kearifan lokal masing-masing daerah sekolah.

Burger (1971, dalam Rahmawati et al, 2020) menyatakan bahwa tujuan etnopedagogi adalah pencapaian sinkretisme atau rekonsiliasi dua atau lebih elemen budaya atau sistem dengan modifikasi keduanya. Etnopedagogi juga berprinsip pada landasan filosofis humanisme. Holt (dalam Knight, 2007: 160) menjabarkan bahwa prinsip humanisme adalah anak-anak pada dasarnya pintar, energik, ingin tahu, besar kemauan untuk belajar, dan baik dalam belajar; mereka tidak perlu disuap dan digertak untuk belajar; dan mereka belajar dengan baik ketika mereka senang, aktif, terlibat, dan tertarik pada apa yang sedang mereka lakukan.

Maka dengan demikian, permasalahan yang menghalangi pelaksanaan PJJ, yaitu tidak ada alih teknologi, tidak ada listrik, tidak ada sinyal, dan akses guru datang ke rumah tidak memungkinkan dapat terpecahkan dengan menjalankan etnopedagogi dengan berkolaborasi antar agen sosialisasi melalui pelaksanaan project based learning. 

Haryati (2022) menjelaskan bahwa project based learning merupakan kegiatan multidisipliner dan mengedepankan kerja sama dan hasil akhir dari project based learning adalah presentasi peserta didik tentang pelaksanaan proyek yang ditugaskan.

Penulis mengambil contoh praktikal. Murid kelas 5 SD Tidore dalam pelajaran IPA menyiapkan pertunjukan drama Dolo-Dolo, yakni tentang orang-orang Tidore yang percaya bahwa pada saat gerhana ada makhluk raksasa bernama Suanggi yang menelan matahari atau bulan. 

Akibatnya, orang-orang di sana selalu membunyikan alat musik mereka (tifa) untuk membuat makhluk itu pergi. Drama ini dapat dipentaskan ketika PJJ sudah berakhir dan peserta didik akan mendapatkan keterampilan menyusun skenario drama dan pengetahuan kebudayaan lokal dengan metode belajar kelompok untuk menyelesaikan proyek.

Pada pertemuan tatap muka yang sudah berjalan saat ini, project based learning telah diimplementasikan dalam kurikulum merdeka. Jika etnopedagogi dengan metode project based learning dilaksanakan, tidak lupa berkolaborasi dengan agen sosialisasi agar budaya masyarakat tetap terpelihara, dan konsep belajar tidak lagi terpaku pada pembelajaran materi di buku melainkan bebas bertumbuh dengan lingkungan peserta didik, maka dapat diprediksi learning loss tidak akan signifikan dampaknya di Indonesia.

SIMPULAN

Penulis mengemukakan fenomena learning loss di Indonesia akibat pandemi Covid-19. Berdasarkan temuan, pembelajaran yang tetap harus diselenggarakan walaupun dalam keadaan darurat menyisakan tantangan yang sangat kompleks, mulai dari insfrastruktur sampai kemampuan ekonomi keluarga peserta didik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun