Mohon tunggu...
Andi Hermawan
Andi Hermawan Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Saya tidak harus menunggu semuanya baik dulu, sebelum saya memulai. Tugas saya adalah untuk memperbaiki dan agar semuanya menjadi baik karna saya memulai. itu saja. !!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki Sederhana Berusaha Menulis Cerita Cinta

12 Maret 2016   00:42 Diperbarui: 12 Maret 2016   00:54 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Andi Hermawan
-
Hidupmu, nampaknya ikut dengan dewasa zaman, tidak tertinggal kumuh dalam katro. Hidup diera visual digital. Perkembangan teknologi yang berkembang pesat, membuat seluruh pemakai sangat menikmati akan hal itu. Kau sendiri membeli Smarphone lebih canggih yang dapat membuat beberapa aplikasi.

Kau mengunduh banyak sekali, terutama aplikasi jejaring social dan game. Tidak ada yang lain kau unduh, seperti aplikasi book, cerita inspirasi, alquran yang lebih penting dari semua itu. Tetapi kau sendiri merasa ini adalah sesuatu yang penting untuk dapat berkomunikasi dan bertukar informasi dengan beberapa teman-teman lama, atau bisa dengan teman baru.

Sekarang kau sudah memiliki aplikasi jejaring social Facebook, Twitter, Whatsap, Intagram, Line dan Black Bary Massager. Kau mencari, memilah muka-muka cantik untuk di ‘Add’, selain sebagaian juga sudah berteman dengan teman-teman lama yang memiliki kesamaan aplikasi.

Semua sudah kau telisik. selidiki, mana yang sudah punya punya dan tidak, bersuami atau belum, kau terus mencari. Mencarinya hingga kau menemukannya. Dan sekarang, kau sudah punya teman baru. Chatingan baru, ia adalah perempuan dalam contak BBM yang beberapa hari lalu dikonfirmasi. Kau mulai bertanya tentang perempuan itu, gadis yang bedah usia hanya setahun darimu, kau sungguh ingin mengenal dalam dengan perempuan itu, beberapa kali kau sering ajukan pertanyaan seputar remaja.

Bagaiamana mungkin kau tidak bertanya panjanag lebar, sebab kau seorang 'playboy' yang meresa diri sangat gagah, padahal tubuh tidak seberapa kekar. Apalagi soal otak. Tapi kau cukup percaya diri dengan penampilan yang ada dalam foto-fotomu, begitupun perempuan itu. Kau terus melihat, merasa perempuan itu lebih cantik dari pada pacarmu. Padahal sama sekali tidak pernah bertemu, dari mana. Tidak pernah, kau bohong dengan temanmu. Foto-foto perempuan yang kau banggakan-banggakan itu, sering kali kau bercerita, setiap saat, setiap bertemu bahkan kepada kekasihmu sendiri. Kau sudah berubah, berubah rada-rada aneh, kau tidak pernah jauh dari genggaman smarphone baru yang kau beli. Kau juga sering ketawa sendiri, riang bersama Smarphone, kadang juga duka, kecewa yang membuatmu gelisah. Murung. Sedih. Hening. Dan merasa tidak ada seorang diri.

Tidak henti-hentinya kau mengoda perempuan itu, kau terus pandangi fotonya, foto yang mengantarmu memiliki rasa menyukai. Tidak peduli, kau menutup telinga. Tentang cerita temanmu semalam, yang pernah mengatakan itu hanya selvi-selvi palsu, memakai camera B612, 360, photoshop, atau yang lain untuk menambah kecantikannya, jangan mudah percaya.
Tapi kau, tidak peduli. Kau terus chating bertanya-tanya lagi.

Akhirnya, kunjung pada waktunya. Setelah sekian minggu bermimpi, mimpi bertemu dengan perempuan ini yang ada disampingmu. Kau duluan menyapa, penuh ria, dengan menorehkan muka luguh dan ucapan yang sopan. Kau ucap namamu, begitupun perempuan itu. kalian saling tatap, saling tertawa simpul.

Dewi adalah sebutan akrap dari nama Putri Dewi. Kau dan dia, bertemu didepan gerbang kos-kosan, setelah sudah janjian. Kau duduk bersamanya diparuga pemilik kos-kosan itu, kau bercanda, bercerita apa saja yang membuat ia ceriah, mengusik kegundahan, kegalauan, penat. Dan memulai membangun suasana yang geliat.

Sudah setengah jam lebih kau bersamanya, kau seakan merasa waktu cukup cepat. Padahal baru seuntaian kata terucapkan, tapi perempuan itu, tidak ingin berlama-lama denganmu hingga larut malam. Sebab sekarang sudah menuju pukul 21.40 menit. Gerbang kosnya segera akan ditutup. “sebaiknya kamu pulang, masih bisa dilain waktu untuk berjumpa denganku. Kabari aku kalau sudah sampai”. Kau berdiri, pulang menuju arah rumah, perempuan itu masuk dalam kamar kosnya. Kalian berpisah.!!

Seperti yang kau tengarkan tadi, bahwa kau harus kabarinnya setelah sampai rumah. Kau menghubunginya, dengan kalimat Aku sudah sampai rumah, dengan selamat. Sudah malam juga kamu tidur, istrahatlah, semoga mimpi indah. Jangan lupa baca do’a. “Terimakasih, dengamu tadi aku merasa tenang dan nyaman, maaf tidak bisa berlama”, perempuan itu menimpali.

--

Pertemua pertama itu, berhasil membuatmu terkelepak-lepak. Meluluh lantangkan jiwamu yang keras dengan persoalan cinta, sebab kau sendiri tidak ingin terulang lagi, kesalahan yang dihianati oleh perempuan lain atas perasaan suka begitu membumi. Kau lebih sederhana melihat seorang yang ingin kau jadikan pacar, cukup hanya cantik, sederhana berpakaian, jiwanya mampu bersosial, tentu juga mengenal niali-nilai keagamaan.

Disini, kau sendiri. Tidak peduli dengan pacarmu yang sering memperhatikanmu, mengingati kau untuk makan, belajar, sholat dan berbuat baik. Kau lantas menghianati perempuan yang sungguh sayang padamu, kau benci dengannya. Entah apa yang ada dalam pikiranmu, tiba-tiba saja setelah mengenal perempuan yang ada di contak BBM itu kau mulai berubah. Sangat berubah.

Temanmu. Disampingmu yang sering diajak becanda denganmu, ia suka menggagumkan pacarmu yang sekarang kau sakiti perasaanya, hatinya yang terluka, tergenangi air mata, pilu, sedih, galau dan suka depresi. Itu adalah perempuan yang baik, sudah sangat cukup ia berikan kepadamu, tentang perasaan, kepedulian dan perhatian. Ia sering kali datang kerumah, membawakan cinta, makanan, dan menceriahkan hari-harimu. Tapi kau tidak peduli, tidak pernah berpikir pada keihlasan cinta yang sedang ia bangun bersamamu.

Kau tetap melakukan apa yang menjadi niatmu, untuk mengenal dekat dengan perempuan yang sedang kau dekati. Kau diam, tidak berani menjawab terhadap pertanyaan yang dilontarkan oleh temanmu. “apa yang kamu cari tentang perempuan, sudah begitu bodoh kau membiarkan ketulusan cintanya terhadapmu. kamu masih saja bermain dengan keegoisan untuk membalas dendam terhadap perempuan yang pernah menyakiti perasaanmu, sekarang kamu ingin mengalihkan, berpindah perasaan bersama perempuan lain, aneh sekali kamu, sungguh aneh ”.

Tapi kau, masih merasa ragu, sebab pertemuan baru sekali. Belum kunjung waktu untuk menyatuhkan. Masih lama, butuh penelaan yang dalam, agar tidak terulang kembali, kesalahan yang sama yang membuat kau lemah jantung.

Kau pergi menjemput, setelah sudah janjian pada sebelumnya. Badanmu begitu harum, diselimuti oleh parfum yang mahal. Mukamu sedikit memakai bedak bermerek pond’s membersihkan dari pori-pori, jerawatan dan berminyak, pakaianmu sekarang sudah rapi, satrika setiap berjumpa. Kau berangkat, dengan ucapan bismillah.

Perempuan itu, Dewi. Sedang menunggumu diparuga tempat kalian pernah bercumbu, merangkai kata demi kata. Kalian pergi, meninggalkan kos. Meninggalkan penat dalam jiwa. Ditengah perjalanan, kalian terlihat sangat akur, saling ketawa hahahhihi. Beberapa kali, kalian bertukar tanya, menyambung kata menjadi kalimat. Membukusnya menjadi barang berarti, sehingga sesekali kalian tidak pernah menyiahkan waktu untuk mengetahui sisi kelemahan dalam tubuhmu masing-masing.

Tidak terasa, sudah sampai. Pada tempat yang kalian janjikan. Yah di Pantai Ampenan, salah satu destinasi indah di kota mataram, tidak jauh dari tempat tinggalmu. Disini, terlihat dipadati oleh kaum muda-mudi, saling berpasang-pasangan. Berteman, sahabat, sebagian juga berpacaran. Orang-orangnya sangat ramah menyambut kedatangan tamu, para penjual di lapak sangat rendah hati melayanimu.

Kau sendiri, berpesan kopi dan rokok sedangkan Dewi hanya minuman dan makanan ringan, kalian berdua duduk saling bertatap. Saling cerita, membangun rasa. Dalam suasana begitu sahdu, senja mulai hilang dari keindahanya, cahaya meredup berganti pekat, kabut awan putih mulai berganti hitam, langit semburat memerah, pertanda hari akan lekas berganti malam. Bulanpun sudah bersiap diri untuk berganti tugas dengan matahari.

Kalian berpindah tempat, tidak lagi duduk diatas kursi dan meja yang telah disediakan itu. kalian berjalan, mencari tempat yang sunyi. Tepat diatas tingkat taman baca, kalian duduk menikmati malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun