Mohon tunggu...
Andi Firmansyah
Andi Firmansyah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang pendidik yang bertugas di Tanjung Balai Karimun Prov. Kepri Aktif menulis di beberapa forum yang berkaitan dengan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Amalan Terakhir Yang Menentukan Langkah Kita

26 Juli 2015   14:05 Diperbarui: 26 Juli 2015   14:14 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dua orang kakak beradik. Sang kakak adalah seorang yang saleh. Sejak kecil hari-harinya selalu dilewati dimasjid. Berzikir, membaca Al qur’an dan shalat lima waktu adalah kebiasaan sang kakak. Beda dengan sang adik. Sang adik adalah sosok yang jauh dari masjid. Sejak kecil hidupnya penuh dengan maksiat. Berzina dengan pelacur, berjudi, mabuk-mbukan sudah menjadi kebiasaannya.

Ketika mereka menginjak umur 40 tahun, sang kakak berpikir,”aku selalu hidup dalam kebajikan. Waktuku selalu dilewati didalam mesjid. Raanya aku ingin sekali mencoba bagaiman rasanya hidup di luar sana. Nanti setelah puas main perempuan dan mabuk-mabukan, aku akan langsung bertobat.” Demikianlah niatan sang kakak untuk menemui adiknya di rumah pelacuran.

Pada saat yang sama, si adik pun berpikir,” Aku selalu hidup dalam kemaksiatan. Waktuku banyak dihabiskan ditempat pelacuran. Rasanya, aku ingin sekali-kali menikmati indahnya kehidupan di dalam mesjid. Baiklah, aku akan menemui kakakku disana.”

Selepas maghrib, berjalanlah keduanya sesuai dengan niatan masing-masing. Hanya saja mereka melaui jalan yang berbeda sehingga tidak akan saling berpapasan. Setibanya di tempat pelacuran, sang kakak tidak menemukan adiknya. Ketika ditanyakan kemana, tak ada seorang pun yang tau. Lalu sang kakak tetap melanjutkan bermain perempuan dan mabuk-mabukan walau tanpa ditemani adiknya. Demikian pula dengan sang adik. Ia pun tak menemukan kakaknya di masjid. Ketika ditanyakan kemana, tak ada seorang pun yang tau. Sang adik kemudian tetap memutuskan untuk berzikir dan shalat didalam mesjid.

Saat itulah gempa bumi yang maha dahsyat mengguncang. Karena saking nikmatnya bermain perempuan sampai sang kakak tak sadar bahwa ada gempa bumi. Begitupun dengan sang adik. Karena saking khusuknya shalat dan berzikir, ia pun tidak merasakannya. Hingga kemudian robohlah mesjid dan rumah pelacuran itu.

Peristiwa ini kemudian membuat heran para penduduk. Mengapa? Karena sang adik yang selama ini dikenal sebagai orang yang selalu berbuat maksiat, ternyata jasadnya ditemukan di reruntuhan masjid sambil memeluk Al Qur’an. Adapaun sang kakak yang selama ini dikenal sebagai orang yang saleh, ternyata jasadnya di reruntuhan rumah pelacuran dalam keadaaan telanjang bersama jasad seorang wanita pelacur.

RENUNGAN KITA HARI INI:

  • Jangan pernah bangga jika kita menjadi orang yang banyak amalnya karena kita tidak mengetahui akir dari hidup kita
  • Jangan pernah meremehkan dosa karena kematian tidak diketahui datangnya, jangan berbuat maksiat dan segera bertobat jika kita banyak melakukan dosa
  • Pintu ampunan pasti selalu terbuka meskipun kita ahli maksiat. Maka bertobatlah
  • Jangan pernah meremehkan orang lain yang berbuat dosa karena mungkin suatu saat dia bertobat dan mendapat ampunan Allah SWT.

 

MARI SEBARKAN KEPADA SESAMA MUSLIM SEBAGAI SEDEKAH RUHANIYAH KITA DAN SEMOGA MENAMBAH AMAL  JARIYAH KITA SEMUA

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun