Mohon tunggu...
Andieny Putri
Andieny Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Brawijaya

Mahasiswa pertanian yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Petani Blitar Ciptakan Biosaka Bikin Takjub Menteri Pertanian

23 November 2022   17:28 Diperbarui: 23 November 2022   17:49 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: swadayaonline.com

Di tengah kelangkaan dan mahalnya pupuk, kelompok tani Desa Wates, Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar ini membuat pupuk organik. Pupuk tersebut diberi nama Biosaka. Pencetus biosaka ini adalah seorang petani bernama Anshar.

Dia mengungkapkan bahwa ini adalah inovasi terbaru penggunaan pupuk organik agar menghilangkan ketergantungan dari pupuk kimia dan bisa menekan biaya produksi hampir 3 jt. Berbekal pengetahuan seadanya akhirnya mencoba untuk membuat pupuk sendiri dengan bahan baku rumput. Untuk jenis rumput, hampir semua bisa digunakan. 

Tetapi syaratnya harus bersih dari bahan kimia atau terkena obat-obatan. Semakin alami, semakin bagus untuk bahan baku

Pembuatan pupuk Biosaka ini cukup mudah. Rumput dipotong kecil-kecil atau dihancurkan dengan mesin atau alat potong lainnya. Nah ketika menghancurkan rumput itu, ditambah dengan air secukupnya. Air perasan warna gelap inilah yang nantinya digunakan untuk pupuk. 

Untuk mengaplikasikan pupuk cair Biosaka tidak perlu berminggu-minggu, cukup beberapa hari saja sudah bisa digunakan untuk menyemprot ke tanaman. Untuk satu hektar tanaman padi misalnya, disemprot pupuk cair Biosaka setidaknya membutuhkan pupuk 400 mililiter. 

ementara untuk penyemprotan dilakukan minimal 5 kali sejak masa tanam. Selain padi, tanaman lainnya yang pernah dijadikan percobaan yaitu kopi, alpukat, durian, jagung, dan kedelai.

Biosaka ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya pertama, efisiensi daya yang sangat baik. Reaksi Biosaka dapat terlihat dalam waktu 24 jam setelah aplikasi. Kedua, dapat digunakan di semua tahapan tanaman, mulai dari menabur hingga panen. 

Ketiga, proses produksinya sangat cepat, karena tidak menggunakan metode fermentasi yang biasanya memakan waktu hingga satu minggu. Keempat, biosaka membutuhkan biaya nol rupiah alias gratis karena dibuat sendiri. 

Kelima, tidak ada risiko kerugian bagi petani dan tanaman serta yang terakhir yitu meminimalisir serangan hama penyakit. Kerugian dari Biosaka adalah tidak dapat dibuat dengan mesin. Oleh karena itulah, menteri pertanian menyambut inovasi ini dengan baik dan berharap daerah lainnya juga bisa mencontoh penggunaan Biosaka ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun