Mohon tunggu...
andi chairil
andi chairil Mohon Tunggu... Lainnya - Mantan wartawan dan praktisi media

Mantan wartawan dan praktisi media elektronik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilpres 2024, Oligarki, Pilpres 2029

22 September 2022   19:53 Diperbarui: 22 September 2022   21:46 910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seperti halnya dengan Megawati, SBY pun ingin anaknya kelak bisa menjadi RI 1. Dan peluang itu terbuka pada Pilpres 2029. Jika pada Pilpres 2024 berhasil menduduki posisi Wakil Presiden -- dengan Anies sebagai Presiden, maka langkah AHY untuk menuju RI 1 sangat dekat dan terbuka. 

Bukan tidak mungkin ketika Anies -- AHY dinyatakan sebagai pemenang, SBY dan Demokrat sudah menyusun strategi menuju Pilpres 2029. Maka tak mengherankan SBY dan Demokrat gusar atau memang sengaja melemparkan isu hanya 2 paslon untuk membuat masyarakat terlibat mendorong terbentuknya 3 pasang Capres dan Cawapres. Semata-mata agar peluang AHY tetap berada dalam panggung kontestasi.   

Apalagi motivasi SBY adalah menjadikan AHY sebagai generasi kedua yang bisa menjadi Presiden RI dari trah Yudhoyono -- menyamai jejak Soekarno, yang lebih dulu melalui Megawati Soekarnoputri. 

Ambisi SBY atas AHY jelas tampak. SBY 'selon' atas karir militer AHY dengan menjadikannya sebagai calon Gubernur DKI pada tahun 2017. Posisi Gubernur DKI menjadi tunggangan untuk 2019. Sayangnya pada tahun 2019 tak ada yang menggandeng AHY dan Demokrat dalam kontestasi. Maka jamak saja peluang Pilpres 2024 menjadi pertaruhan selanjutnya untuk menuju istana.

Jadi bagi Puan dan AHY, posisi Wakil Presiden pada Pilpres 2024 ini jadi batu lompatan yang sangat penting dan strategis. Jika posisi Wakil Presiden lepas dari pegangan pada Pilpres 2024 pasti perjuangan memenangkan kontestasi Pilpres 2029 sangat dan amat berat. Jadi lebih baik berdarah-darah pada gelaran Pilpres 2024 ini.

Sebenarnya bukan hanya Puan dan AHY, tapi kondisi yang sama terhadap Muhaimin Iskandar. Hanya saja dalam posisi saat ini, tampak Cak Imin bisa lebih fokus bekerja keras melakukan penetrasi ke bawah untuk meningkatkan awereness dan elektabilitas -- sementara untuk menjaga komitmen Gerindra agar konsisten koalisi dengan PKB, digarap oleh orang-orang dekat Cak Imin. Di sosmed tampak sekali keriuhan orang-orang atas aktifitas Cak Imin. Meski itu harus dibuktikan pada saat pencoblosan kelak

Sementara berbeda dengan Puan dan AHY. Mereka mesti bekerja keras untuk mencari dan menjaga teman koalisi. Memang masih ada waktu bagi AHY dan Puan untuk lakukan safari politik -- dan tugas menggarap konsituen untuk Puan saat ini dilakukan oleh Dewan Kolonel.

Sebenarnya bersama Puan sebagai Cawapres (apalagi sebagai Capres), memiliki dilematis tinggi.

Dari sisi raihan suara partai, posisi PDIP sangat menjanjikan. Nyaris perolehan polling di semua lembaga survei, PDIP konsisten di posisi teratas. Ini jelas menggoda. 

Tetapi di sisi elektabilitas figur, Puan sangat jeblok. Hanya kisaran 2% ! Dalam kontestasi Presiden - Wakil Presiden, ketertarikan pemilih untuk memberi suara banyak didorong faktor figur. 

Apalagi jika isu gender dalam kepemimpinan  dijadikan isu yang masif, yang mudah membimbangkan kalangan Islam konservatif. PDIP tampaknya percaya diri bahwa variable perolehan suara partai akan berbanding lurus dengan suara untuk Puan. Setidaknya tidak meleset terlalu jauh. Menarik juga melihat petaruhan perolehan suara PDIP versus suara Puan kalau maju sebagai Cawapres.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun