Mohon tunggu...
Andi Bunga intang
Andi Bunga intang Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Universitas Negeri Makassar

penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kenangan Sepanjang Rel

3 Oktober 2022   21:22 Diperbarui: 3 Oktober 2022   21:27 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pukul 05.20 WIB aku mulai  bersiap untuk berangkat ke stasiun, ternyata di waktu yang sepagi itu bahkan sinar mentari pun belum menyentuh bumi tempat tinggalku, kesunyian yang kurasakan di asrama,beberapa orang masih terlelap dalam mimpi-mimpi mereka. Aku menatap Arloji pada tangan kananku yang  menunjukkan pukul 06.00 WIB , Akupun bergegas untuk berangkat menuju tujuanku,  sepanjang jalan aku menikmati pemandangan yang disuguhkan kota Tanggerang dan memperhatikan banyak orang berangkat menuju tujuan mereka masing-masing,  membawa harapan yang dititipkan kepada Tuhan.

Stasiun Rawabuntu, sebulan genap aku berada di daerah nan jauh dari dekapan orang tua, dan untuk pertama kalinya aku jajakan kaki ku di sana. ''jadi seperti ini tempat yang namanya stasiun itu'' ucapku dalam hati.'' Yah,  kak tempat duduk buat nunggunya penuh , kita berdiri aja dulu ya'' ucap temanku. Aku sibuk mengamati stasiun, pandanganku menyapu sudut-sudut ruangan.'' Ternyata banyak juga orang yang sudah menunggu sejak pagi dan bahkan lebih pagi dari ku'' pikirku.

'' kereta jurusan Tanah Abang '' speaker itu berbunyi, kereta mulai berdatangan satu-persatu di jalurnya masing-masing. Aku hanya mengekor di belakang dan mengikuti kemana orang melangkah. 07. 15 WIB kereta berangkat, aku tidak mau melewatkan pemandangan pertamaku di dalam kereta . Di sepanjang perjalanan  aku hanya melihat ke luar jendela menatap berbagai hal yang ada.

Namaku Bening , dan aku adalah seorang Mahasiswi yang mengikuti kegiatan Pertukaran Mahasiswa di salah satu Kampus swasta di Banten. Aku bahkan masih ingat betul saat itu, pertemuan kita di kereta, dia memberikan senyuman yang manis padaku. Bahkan memperlakukan seolah ada privilage yang diberikan padaku, Inilah hal yang sampai sekarang aku tak berani menanyakan padanya, perlakuan yang seolah memberikan secercah harapan yang entah nyata atau hanya khayalan saja. Entah siapa yang salah dalam menafsirkan rasa, apakah aku yang terlalu cepat menyimpulkan perlakuannya sebagai rasa yang istimewa, ataukah dia memang  bersikap hal yang sama ke setiap orang. Aku berjalan malas menyusuri , lampu penerang jalan di kota  yang berjejer rapi melaksanakan tugas mulia memberikan pelita kepada siapapun yang melewatinya. Aku melihat sosoknya yang berjalan , tanpa berani  menyapanya, dan rasanya, rasa itu mulai ada padaku. Jauh dari labirin  cinta yang telah dibuatnya , semakin aku memasukinya semakin aku tak mampu untuk keluar dan akhirnya aku menuruti  saja kemana hatiku melangkah

Tapi sudahlah, aku sendiri tidak mau lagi membuat pikiranku sendiri pusing dalam memikirkan hal yang serumit itu, dia pun juga sepertinya tak lagi memikirkan perihal ini. Dugaanku tak melesat walau hanya satu milimeter, hatiku terasa dipermainkan oleh perasaanku sendiri yang menerka-nerka banyak hal. 

Kau nyata, tapi seolah tak nyata untukku, kau pemeran utama dalam setiap tulisanku, tapi tetap saja kau bukan milikku, bahkan aku hanya berani memandangimu dari jauh sejak hari itu dengan rasa penasaran akan kabarmu.

Aku sadar, kita memang berbeda, bagaikan rel kereta yang selalu berdampingan, namun tidak akan pernah bisa bertemu pada titik yang sama, tetapi aku tetap yakin rel kereta pasti ada ujungnya, walaupun tidak saling bertemu, namun di ujung itulah yang memaksa kita berhenti lalu saling menoleh kemudian memandang satu sama lain.

Cerpen Keterangan : Andi Bunga Intang

Blog/ instagram        : andi_bungaintan8

cerita ini teruntuk  teman-temanku 

semoga kalian sehat selalu dan tetap menjadi orang-orang 

yang bermanfaat dimanapun kalian berada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun