Mohon tunggu...
Andi Bayhaqie
Andi Bayhaqie Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - No Game No live

Jauhi Narkoba Dekati Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Datang dan Pergi

9 Mei 2022   12:23 Diperbarui: 9 Mei 2022   12:50 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi. Sumber ilustrasi: UNSPLASH

Marhaban ya Ramadan. Kurang lebih sepekan lagi, kalimat ini akan segera dikumandangkan oleh segenap umat Islam menyambut datangnya bulan Ramadan tahun ini. Spirit kegembiraan tersebut akan menggema di seluruh pelosok negeri meskipun kita semua tahu bahwa bulan suci Ramadan kali ini bakal tidak sesemerbak tahun-tahun sebelumnya.

Bulan penuh pengampunan dan segala peribadatan dilipatgandakan ini hadir bersamaan dengan mewabahnya pandemi Corona. Hal ini tentu sangat berdampak terhadap kebiasaan dan ritual ibadah kita setelah ada pembatasan sosial dalam segala hal. 

Ini juga sangat berseberangan dengan kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam menjalankan ibadah puasa di mana beribadah di masjid dan beraktivitas di luar rumah dengan segala fleksibilitas hubungan sosialnya seperti pertemuan-pertemuan sembari rehat setelah shalat tarawih atau menunggu waktu berbuka bahkan sekadar berbelanja untuk keperluan buka puasa dan sahur, sangat kental dan sentral

Hari pertama puasa selalu dinanti - nantikan oleh setiap keluarga. Kesibukan saat sahur, dari awal saling membangunkan di antara anggota keluarga, dalam kantuk mengelilingi meja makan dengan sajian yang sudah tersedia, acapkali memunculkan kenangan yang tak terlupakan sepanjang masa. 

Kebahagiaan saat berbuka, berebutan lauk atau sayur favorit hasil masakan Mama, membuat rindu akan masa lalu. Rindu yang muncul dan menguat di bulan Ramadan, untuk mengulang kembali saat - saat berkumpul dengan seluruh keluarga, yang sudah lama tak dirasakannya.

Namun waktu yang terus berjalan, hidup yang terus berubah dari hari ke hari, menghadirkan hal - hal baru kepada setiap manusia. Dan seperti sudah dijanjikan oleh waktu yang terus berputar, akan selalu ada hal - hal baru, namun juga ada beberapa yang hilang, atau pergi. 

Anak - anak yang harus berpisah dari ayah ibu dan saudaranya, pergi jauh dari rumahnya untuk menuntut ilmu. Yang lebih dewasa, lalu menikah dan memiliki keluarga sendiri. Ayah atau ibu yang harus merantau bekerja jauh di luar negeri. Atau seorang anggota keluarga yang harus pergi mendahului untuk selamanya. 

Perubahan - perubahan itu pasti akan terjadi di sekitar meja makan di saat sahur dan buka puasa di bulan Ramadan. Sedih, haru, karena kehilangan salah satu anggota keluarga, bercampur lega dan bahagia masih diberi kesempatan bertemu bulan kebersamaan yang sungguh mulia, mengaduk - aduk perasaan di dalam hati.

Sebuah keluarga kecil akan menemukan satu tempat di ujung meja makan akan kosong sepanjang bulan Ramadhan ini. Tempat di mana, Sang Ayah, biasa duduk menyaksikan keempat anak kecilnya makan sahur dan berbuka puasa sambil tersenyum bangga dan bahagia. 

Sang Ayah yang beberapa minggu lalu pergi selama - lamanya, mendadak, tak berwasiat dan tanpa tanda - tanda firasat sebelumnya. Yang semua orang tak menyangka, dia akan secepat itu pergi dan tak akan pernah kembali lagi. Tak juga, anak - anaknya, yang hingga kinipun masih bertanya dalam sedih dan gundah gulana,"Kenapa harus pergi, Papa?". 

Istri yang mencintainya, yang tak pernah bermimpi akan secepat ini menjadi seorang janda, sekaligus menjadi orang tua tunggal bagi empat anak - anak kecilnya. Yang hingga kini di hatinya masih berkecamuk tanya dalam pilu dan nestapanya,"Bagaimana hidup kami setelah ini?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun