Mohon tunggu...
Andi Andur
Andi Andur Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Seorang pemimpi yang berharap agar tidak pernah terbangun dari tidur...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Lelah Menantikan Perdamaian

14 Oktober 2015   13:10 Diperbarui: 14 Oktober 2015   13:10 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Berbicara tentang perdamaian, pemikiran kita akan tertuju pada sebuah keadaan dimana kehidupan manusia akan terasa nyaman tanpa ada lagi penindasan yang membelenggu dan banyak merusak moral, mental dan bahkan harta benda serta nyawa sekalipun. Setiap manusia selalu mendambakan perdamaian dalam kehidupannya akan tetapi semakin kita menanti semakin pula perdamaian itu tak kunjung datang. Inilah yang membuat manusia terkadang putus asa dan kehilangan harapan untuk dapat merasakan perdamaian yang utuh dan menyeluruh, hingga hampir semua manusia tidak ada yang menentang tentang konsep perdamaian ini.

Perdamaian itu berasal dari satu kata pokok, damai. Damai memiliki banyak arti, arti damai dapat berubah sesuai dengan hubungannya dengan kalimat.  Perdamaian dapat menunjuk ke persetujuan mengakhiri sebuah perang, atau ketiadaan perang, atau ke sebuah periode di mana sebuah angkatan bersenjata tidak memerangi musuh. Damai dapat juga berarti sebuah keadaan tenang, seperti yang umum di tempat-tempat yang terpencil, mengijinkan untuk tidur atau meditasi. Dapat juga merupakan gabungan dari keduanya. Konsepsi damai setiap orang berbeda sesuai dengan budaya dan lingkungan. Orang dengan budaya berbeda kadang-kadang tidak setuju dengan arti dari kata tersebut, dan juga orang dalam suatu budaya tertentu.

Akan tetapi, meski demikian perdamaian tetaplah menjadi perhatian utama setiap umat manusia hal ini karena manusia percaya bahwa perdamaian merupakan sebuah suasana yang mengenakan, sebuah suasana dimana setiap orang merasakan ketenangan dan nyaman untuk menjadi bagian dari diri mereka. Dari sinilah muncul sebuah pertanyaan, kapan perdamaian itu datang dan dirasakan oleh umat manusia?.

Peperangan menjadi momok besar yang menghambat terwujudnya sebuah perdamaian. Sejak awal manusia terbentuk dan mengenal peperangan maka sejak saat itulah keinginan untuk berdamai muncul dan menjadi konsep besar dalam pemikiran manusia. Hal ini semakin membenarkan sebuah pepatah yang mengatakan si vis pacem para bellum, if you wish to peace, prepare for war. Siapa yang menginginkan perdamaian maka bersiaplah untuk berperang. Pepatah ini kadang menunjukkan adanya kebenaran yang dapat diterima oleh akal sehat tetapi tidak jarang pula ia menjadi sesuatu hal yang memunculkan perdebatan besar, oleh karena itu hal yang harus dilakukan adalah mengetahui apa sebenarnya arti kehidupan normal itu. Apakah kehidupan normal itu adalah perdamaian yang diselingi oleh peperangan sebagai bagian dari perdamaian itu ataukah kehidupan normal itu adalah sebuah peperangan yang diselingi oleh perdamaian yang menjadi bagian dari peperangan itu.

Sangat sulit memang untuk dijawab, akan tetapi itulah kehidupan. Kita tidak akan pernah mengetahui dengan jelas segala seluk beluk kehidupan secara keseluruhan meski kita hidup lama dan selalu berhadapan dengan kehidupan. Termasuk perdamaian yang tak kunjung datang ini.

Akan tetapi perlu kita ketahui bahwa, perdamaian ternyata tidak hanya berkaitan dengan konsep peperangan seperti yang kita ketahui selama ini. Tadi dijelaskan behwa perdamaian itu berubah sesuai dengan penggunaan kalimat yang kita gunakan, jika perdamaian tentang pembebasan dari peperangan tidak dapat kita capai, maka cobalah tengok perdamaian yaitu Satu arti dari damai menunjuk ke  damai dalam diri; sebuah keadaan pikiran, badan dan jiwa, yang dikatakan terjadi di dalam diri kita. Orang yang melakukan eksperimen dengan damai dalam diri mengatakan bahwa rasa ini tidak tergantung oleh waktu, orang, atau tempat, menekankan bahwa setiap individu dapat mengalami ketenangan dalam diri di dalam suatu peperangan. Jadi janganlah berputus asa dalam menanti sebuah perdamaian karena sebenarnya kita sudah dan bahkan sedang merasakan perdamaian itu. Salam.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun