Mohon tunggu...
Andi Pe
Andi Pe Mohon Tunggu... -

"Ya Allah, hidupkanlah aku (panjangkan usiaku), jika hidup itu lebih baik bagiku dan matikanlah aku jika kematian itu lebih baik bagiku’“

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lompatan Pengemis Ngesot !

14 November 2015   17:09 Diperbarui: 14 November 2015   17:25 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal  11 Nopember 2015, jam 14 an, saya menunggu bus kota trans Jogja di jembatan Janti, mau menuju ke terminal Giwangan. Dari terminal, rencana mau naik bus lagi pulang  ke Cilacap. Saat itu saya melihat seorang pengemis. Kakinya berbalut perban tanda luka. Berjalannya pun sambil ngesot. Tentunya hati ini kasihan melihatnya. Tetapi rasa kasihan itu sejenak membuatku terpana. Ketika bus trans Jogja ada yang datang ( tetapi bukan jurusan ke terminal Giwangan), tiba-tiba pengemis tadi berdiri dan berjalan normal. Dia naik bus tidak ngesot, tetapi berjalan dan mampu melompat naik bus ! Maka sejurus kemudian saya tertawa bersama para calon penumpang lain.

Lompatan pengemis ngesot ! Celetuk saya.....hahaha

Ah....ternyata tertipu. Dia itu sehat, tetapi pura-pura lumpuh. Dan mengemis....(tapi sayangnya tidak sempat difoto)

Tak lama kemudian, bus jurusan terminal pun datang, lalu  saya naik bus sambil termenung. Saya teringat, punya teman namanya Saring.  Saat sudah di Cilacap, beberapa hari kemudian, saya mengajak Saring untuk berbagi cerita.

Ceritanya begini..........                                                           

Pemuda kelahiran sekitar tahun 1980 an, lahir di Cilacap (mungkin). Saring sejak bayi dirawat oleh pak Sutar dan Bu Sudiyah, karena menurut ceritanya, Saring ini saat bayi oleh orang tua kandungnya diserahkan ke Pak Sutar dan Bu Sudiyah. Siapa orang tua aslinya? Sampai sekarang Saring dan orang tua asuhnya sendiri tidak tahu, kata Saring.

Bisa saya katakan, dia dibuang oleh orang tua kandungnya. Kenapa? Mungkin karena cacat yang dideritanya sejak lahir. Saring memang terlahir dengan cacat fisik. Dimana kaki dan tangannya tidak sepenuhnya sempurna. Walaupun masih bisa untuk beraktifitas. Pendidikan yang sempat dinikmatinya sampai sekolah kelas 3 SD, karena “pikirane mumet, diledeki kancane” (pikirannya pusing, sering diejek teman-temannya) kata Saring. Malah sampai sekarang saja tidak bisa baca tulis. Bahasa Indonesia juga tidak lancar....hmmmm

Jika anda jalan-jalan ke Cilacap, semoga  bisa beruntung bertemu dengannya. Mengapa saya mengatakan beruntung? Ya sangat beruntung, paling tidak bagi orang seperti saya (yang terlihat lebih sempurna secara fisik dari Saring). Saya yang suka mengeluh dengan permasalahan hidup, akan menjadi  malu. Malu ketika melihat pemuda seperti Saring ini.

Dengan kekurangan fisiknya, Saring ini tidak kurang 20-25 km setiap harinya berkeliling menjajakan alat-alat rumah tangga. Ada sapu, abu gosok, kitiran dan lain-lain.  Profesi yang sudah dia geluti selama kurang lebih 5 tahun. Awalnya jual abu gosok keliling dan di pikul. Kalau sekarang sudah pakai gerobak.

Hebatnya lagi, Saring berjalan keliling kota tanpa menggunakan alas kaki, alias “nyeker”. Pernah beberapa kali ditawari sepatu gratis, tetapi dia tolak. Dan bukannya tidak mampu membeli sepatu, tetapi Saring beralasan “ora bisa nganggo sepatu” (gak bisa pake sepatu). Panasnya jalan aspal, tak mampu mengurangi semangatnya dalam mengejar impian.

Sering juga kata Saring, jika dia ketemu orang yang mengemis karena dirinya cacat, Saring sering menasehati supaya jangan mengemis. Dia  sarankan untuk usaha mandiri. Baginya, kekurangan fisik bukan halangan untuk bisa menjadi usahawan sukses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun