Mohon tunggu...
Andi P. Rukka
Andi P. Rukka Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis yang belajar menjadi birokrat

Menulis untuk menebar manfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kuncup Demokrasi Dari Tepi Danau Lampulung (Bagian Kedua)

4 Agustus 2022   14:50 Diperbarui: 23 Agustus 2022   04:39 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada Bagian pertama, saya sudah menguraikan secara singkat tentang keadaan kabupaten yang merupakan bekas Kerajaan Wajo saat ini dan beberapa hal urgen yang menjadi penanda kebesarannya di masa lalu.  Berikutnya, dalam Bagian kedua ini akan diuraikan tentang Asal Usul Orang Wajo. Selamat membaca...

Jika seseorang mengaku sebagai orang Wajo asli, maka secara tidak langsung ia mengaku diri sebagai orang Bugis. Karena pada dasarnya setiap orang Wajo itu adalah orang yang bersuku Bugis. Orang Bugis sendiri merupakan bagian dari keluarga besar bangsa Insulindia (Pelras, 1977) yang tersebar di seluruh gugusan pulau yang terletak di Kepulauan Malaya hingga New Guinea, dan dari Filipina hingga ke Sunda Kecil.


Tanah air orang Bugis adalah Semenanjung Selatan Pulau Sulawesi. Sebenarnya, sejak pertengahan atau akhir periode Pleistosen Atas, yaitu sekitar 50.000 hingga 30.000 tahun SM, sudah ada orang yang menghuni Pulau Sulawesi, khususnya di semenanjung selatan. Pemukim awal ini bertahan hingga periode Zaman Batu Terakhir. Para penghuni yang menempati gua-gua batu di berbagai tempat ini  kemudian dikenal sebagai orang Toalean. Hanya saja, dari penelitian lebih lanjut ditemukan bahwa ternyata DNA orang Toalean ini tidak identik dengan DNA orang Bugis dewasa ini. DNA mereka justru memiliki kekerabatan yang dekat dengan orang Aborigin di Australia dan orang Papua.


Warisan genetik Mongoloid orang Bugis ternyata diperoleh dari Bangsa Austronesia yang nenek moyangnya bisa dilacak hingga ke Yunan di Tiongkok Selatan. Orang Bugis adalah salah satu penutur Bahasa Austronesia, khususnya sub kelompok Austronesia Barat. Keberadaan orang Austronesia di Pulau Sulawesi diperkirakan berawal dari sekitar 3000-2500 tahun SM. Perjalanan mereka sendiri dari Yunan menuju ke Selatan sudah terjadi sejak 4000 tahun SM. Mereka berlayar dari Taiwan melalui Filipina dan tiba di Sulawesi Selatan melalui laut dalam sejumlah gelombang migrasi.


Ada informasi yang menyatakan bahwa kedatangan bangsa Austronesia ke Sulawesi Selatan terbagi ke dalam dua gelombang besar. Ada gelombang Proto Melayu (Bangsa Melayu Tua), yang masuk ke Sulawesi Selatan melalui Filipina lalu melanjutkan perjalanan ke Sulawesi. Dan ada gelombang Deutro Melayu (Bangsa Melayu Muda), yang berdatangan melewati jalur barat Indonesia setelah berhenti di Vietnam dan Semenanjung Malaysia. Berdasarkan berbagai informasi, kedua gelombang migrasi ini mendarat di pantai barat Sulawesi.


Bangsa Austronesia yang tiba di Pantai Barat Sulawesi ini pada mulanya menetap di sepanjang aliran Sungai Saddang. Pilihan atas tempat itu kemungkinan karena dari sana mereka bisa mengakses hasil hutan, bijih besi, dan emas yang ada di pedalaman Pulau Sulawesi. Dari situ, mereka juga bisa terhubung ke Danau Tempe, sebuah danau besar (tappareng karaja) yang bisa mengantarkan mereka ke Teluk Bone. Konon, karena sesuatu hal, Sungai Saddang pernah terhubung dengan Danau Tempe. Namun sebagian informasi ini masih harus dikonfirmasi dengan sumber otentik lainnya agar tidak terjadi bias dalam mengelaborasi informasi ini.


Pendapat lain tentang nenek moyang orang Wajo menyebutkan bahwa terjadi gelombang migrasi yang diduga berasal dari Pulau Kalimantan. Kedatangan mereka dipercaya karena didorong oleh motif perdagangan. Sebagian saudara mereka dipercaya bermigrasi sampai ke Timor Leste, Kepulauan Cocos, Australia, Hawaii, hingga Selandia Baru. Dugaan bahwa mereka datang dari Kalimantan didukung oleh bukti-bukti linguistik yang menunjukkan adanya kemiripan antara bahasa yang digunakan di Sulawesi Selatan, terutama Bugis dan Toraja, dengan Bahasa Taman yang digunakan di hulu Sungai Kapuas di Kalimantan. Nenek moyang penutur kedua bahasa ini dipastikan pernah hidup berdampingan atau berdekatan di masa lalu. Akan tetapi, boleh jadi kemiripan bahasa-bahasa di Sulawesi Selatan dengan Bahasa Taman terjadi karena migrasi orang-orang Sulawesi ke Kalimantan yang kemudian tinggal di sana dan mempengaruhi Bahasa Taman. Temuan ini dikonfirmasi oleh Adelaar dalam buku Katheryn Anderson.


Kelompok pendatang lama dan pendatang baru ini lalu berasimilasi. Mereka terbentuk menjadi empat kelompok besar, yang kemudian dikenal sebagai empat suku, yaitu Toraja, Mandar, Bugis dan Makassar. Mandar menghuni Sulawesi Selatan bagian barat, yang sekarang sudah menjadi Provinsi Sulawesi Barat. Toraja menempati area di wilayah pegunungan sebelah utara Sulawesi Selatan. Sementara orang Makassar menempatkan diri di bagian Selatan Sulawesi Selatan. Adapun orang Bugis mula-mula bermukim di sekitar Danau Tempe, yang merupakan muara Sungai Walennae dan Sungai Bila, tetapi juga hulu Sungai Cenranae. Pilihan orang Bugis untuk bermukim di sekitar Danau Tempe disebabkan karena lokasi itu relevan dengan kegiatan ekonomi mereka yang berpusat pada budidaya tanaman (Pelras). Kemampuan bercocok tanam ini didapatkan nenek moyang orang Bugis dari leluhurnya sekitar 10 ribu tahun yang lalu (Harari). Dari sana mereka lalu menyebar di seluruh bagian tengah semenanjung Sulawesi Selatan.


Nama Bugis digunakan untuk menunjuk para pengikut Raja Pertama Kerajaan Cina yang bernama La Sattumpugi yang menyebut diri mereka sebagai “to ugi”, “Ugi”, atau “Ogi” yang dalam Bahasa Indonesia berarti Orang Bugis. Di masa lalu, Cina dan Bugis begitu identik dan tidak bisa dipisahkan, sehingga pada saat itu, sebutan Cina dan Bugis kadang digunakan secara bergantian untuk menggambarkan tentang orang yang berasal dari bagian tengah semenanjung Sulawesi Selatan ini. Sayangnya belum ada informasi yang memadai yang menunjukkan bahwa orang-orang Bugis yang berasal dari berbagai wilayah di bagian tengah Semenanjung Selatan Sulawesi berasal dari Kerajaan Cina.


Danau Tempe sendiri merupakan salah satu danau purba yang terbentuk bersamaan dengan terbentuknya pulau Sulawesi. Pada masa itu, Danau Tempe terhubung ke Laut Sulawesi melalui sebuah terusan yang tembus dari Teluk Parepare hingga ke Teluk Bone [9]. Sehingga daratan di bagian selatan Danau Tempe merupakan pulau tersendiri yang terpisah dengan bagian di sebelah utaranya. Dengan adanya terusan yang menghubungkan laut Sulawesi dengan Teluk Bone tersebut, mobilitas orang keluar masuk sangat mudah. Kapal-kapal layar besar dengan leluasa keluar masuk melintasi Danau Tempe untuk melakukan aktivitas perdagangan. Barang-barang impor dari berbagai wilayah di luar nusantara mendarat di Pulau Sulawesi melalui jalur pelayaran yang melintasi Danau Tempe. Hal ini menjadikan Danau Tempe sebagai salah satu pusat peradaban tertua di Sulawesi Selatan. Sayangnya, terusan itu sekarang sudah tidak ada akibat pergerakan lempengan bumi serta proses sedimentasi yang terus menerus terjadi sepanjang waktu sehingga selat menyempit dan mendangkal.


Yang tersisa saat ini adalah tiga danau yang pada musim kemarau terpisah satu sama lain, yakni Danau Tempe, Danau Buaya, dan Danau Sidenreng, serta Sungai Cenranae yang menghubungkan Danau Tempe dengan Teluk Bone. Jika musim hujan tiba, ketiga danau itu bersatu dan meluapkan airnya ke berbagai wilayah di sekitarnya. Di samping sebagai jalur pelayaran dan perdagangan internasional, Danau Tempe dan sekitarnya merupakan dataran rendah yang memiliki tanah yang subur untuk lahan pertanian. Di masa kini, lahan pertanian di sekitar Danau Tempe masih tetap menjadi primadona masyarakat petani di sejumlah wilayah karena kesuburannya. Terutama setelah terjadi banjir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun