Mohon tunggu...
Andi B. Wirastomo
Andi B. Wirastomo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Andi B.W. Lahir dan besar di Jogja. Lulus dari Jurusan Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Suka olah raga. Tertarik pada perlindungan binatang, masalah sosial, dan pendidikan. Email & FB : wild.jaws5@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jembatan Selat Sunda, Mungkinkah?

2 September 2014   22:16 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:48 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jembatan yang akan melintasi selat Sunda dan menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera sudah sejak lama direncanakan, yaitu sejak digagas oleh Prof Sedyatmo, guru besar ITB. Waktu itu Presiden Soekarno pun menindaklanjuti dengan memerintahkan ahli-ahli dari ITB agar melakukan studi kelayakan. Belum sampai selesai, terjadi pergantian kekuasaan ke Presiden Soeharto. Rencana studi mega proyek pun dilanjutkan dengan mengerahkan tenaga-tenaga dari berbagai universitas dan disiplin ilmu bahkan konon katanya BJ Habibie yang waktu itu menjabat Menristek juga terlibat dalam proyek studi kelayakan ini. Ketika Habibie menjadi presiden, proyek jembatan itu tidak terdengar lagi karena situasi politik yang tidak menentu. Boro-boro membangun jembatan menstabilkan keadaan adalah menjadi prirotas kala itu. Ketika Gus Dur yang berlanjut ke Megawati, proyek ini pun tidak terdengar, mungkin karena keadaan politik yang masih belum stabil. Ketika kursi Indonesia 1 beralih ke SBY, rencana pembangunan jembatan inipun kembali mencuat. Sampai SBY dalam masa transisi tanda-tanda jembatan akan dibangun belum kelihatan.

Jembatan Selat Sunda diperkirakan sepanjang 30 km dan menghabiskan biaya Rp 100 triliun, jumlah yang fantastis dan luar biasa. Jika jembatan ini berhasil dibangun akan menjadi prestasi yang istimewa bagi anak bangsa sekaligus proyek terbesar yang pernah dibangun di Indonesia. Tidak menutup kemungkinan akan menjadi ikon seperti halnya Petronas Tower di Malaysia atau Menara Eifel di Perancis. Apakah mungkin dibangun? Kenapa tidak, berawal dari mimpi bisa lahir mobil dan motor merk Honda, sehingga melahirkan motto the power of dreams yang terkenal itu. Tapi itu di Jepang, di Indonesia apakah mimpi bisa diwujudkan atau hanya akan menjadi impian sepanjang masa seperti halnya harta revolusi yang bikin heboh itu.

Menurut rencana jembatan akan dibangun dengan ketinggian 70 meter dengan lebar 60 meter. Akan ada 3 lajur jalan raya dan 2 lajur kereta api. Faktor alam mungkin menjadi penyebab belum terlaksananya proyek luar bisa ini. Dengan ahli-ahli dan para orang pintar di negeri ini membangun jembatan Selat Sunda sangat mungkin diwujudkan. Tanpa bermaksud menggurui orang-orang pintar, tidak ada salahnya mewaspadai faktor-faktor berikut :



  1. Angin. Jembatan Selat Sunda akan membentang antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera, yang artinya angin dari Samudera Hindia pasti akan langsung menerpa dari samping dengan kerasnya. Selain membahayakan kendaraan yang melintas, terpaan angin juga sangat mungkin menggeser konstruksi jembatan.


  2. Gempa. Letak Pulau Jawa dan Sumatera yang berada diatas lempeng Eurasia sangat rawan terhadap gempa. Tumbukan dengan lempeng Indo Australia dan Pasific sewaktu-waktu bisa terjadi, dan pergeseran lempeng bisa berakibat gempa. Walau sudah ada teknologi yang bisa menahan gempa sampai kekuatan 9 skala richter, namun karena yang kita hadapi adalah alam , manusia tidak boleh jumawa.


  3. Gunung Anak Krakatau. Letusan Gunung Krakatau yang terjadi pada Tahun 1883 adalah salah satu letusan terdahsyat di bumi. Saat ini Gunung Krakatau meninggalkan gunung baru yang disebut Gunung Anak Krakatau. Gunung ini belum menunjukan kekuatannnya, cenderung masih tenang dan kalem walau secara berkala mengalami erupsi kecil untuk melepaskan energi yang tersimpan. Namun seperti pepatah, dari induk naga pasti lahir anak naga juga, saat ini mungkin Gunung Anak Krakatau masih belum membahayakan namun bukan tidak mungkin suatu saat akan mengalami erupsi besar. Jarak gunung dengan jembatan diperkirakan 50 km, jarak yang cukup aman jika terjadi erupsi kecil namun akan menjadi jarak yang sangat dekat jika terjadi erupsi besar.


  4. Arus Laut. Selat Sunda merupakan penghubung Samudera Indonesia dan Laut Jawa mempunyai arus yang kuat dan gelombang tinggi. Ketinggian gelombang mungkin bisa diantispasi karena letak jembatan dibuat tinggi namun kekuatan arus laut harus diperhitungkan secermat mungkin karena berpotensi menggeser tiang penyangga jembatan.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Nature Selengkapnya
    Lihat Nature Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun