Mohon tunggu...
Andi Mislang
Andi Mislang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Makassar

Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Teologi Sebagai Pelayanan Sosial

8 Desember 2021   09:40 Diperbarui: 8 Desember 2021   09:47 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jerman pada masa antara Perang Dunia I dan Perang Dunia II memiliki panorama yang cukup menggetirkan. Kala itu, Jerman -- yang menggunakan nama Republik Weimar -- muncul sebagai sebuah negara dengan industri dan kemajuan yang cukup mengagumkan di Eropa. Republik Weimar pada masa awalnya dijalankan oleh koalisi SPD (Partai Sosialis Jerman), DDP (Partai Demokrasi Jerman), dan Partai Katolik Jerman. Kehidupan di negara itu berjalan dengan begitu baik pada awalnya.

Pada 1928 industri dan perkebunan Weimar berhasil mencapai level tertinggi. Namun, karena beban kerugian Perang Dunia I yang harus dibayar negara itu serta resesi ekonomi dunia, Republik Weimar mulai mengalami kemunduran. Di saat itu, Nazi muncul dengan membonceng pada sentiment Yahudi serta Sosialis. Mazhab Frankfurt ada di zaman yang demikian.
Mazhab Frankfurt muncul dari Institut Penelitian Sosial Frankfurt yang pada awalnya muncul di Frankfurt setelah Perang Dunia I.

Mazhab yang dikenal luas dengan Teori Kritisnya ini termasuk sentral sebagai revitalisasi pemikiran Marxisme di Eropa Barat setelah Perang Dunia I. Kita tahu, sebelum itu Marxisme sempat terbelah dua dalam Internasionale II yang melahirkan revisionis Marxsis dan Marxsis Ortodoks. Meskipun kurang terkenal di Eropa Barat pada masa itu, Mazhab Frankfurt selanjutnya juga menginspirasi gerakan New Left lantaran diterimanya pemikiran Herbert Marcuse di Amerika.

Institut Penelitian Sosial Frankfurt pada awalnya muncul dari ide Felix Weil, seorang Yahudi yang tertarik dengan pemikiran Marxisme dan banyak terlibat dalam gerakan Marxisme. Ketika resmi berdiri pada 22 Juni 1924, Institut ini diketuai oleh Carl Grnberg, pemikir yang kerap dianggap sebagai Austro-Marxist ' s Father. Selanjutnya, Max Horkheimer menggantikannya pada 1931.2

Mazhab Frankfurt pada awalnya didirikan dalam rangka revitalisasi pemikiran Marx. Tom Bottomore membagi pemikiran Mazhab ini ke dalam empat periode. Peride pertama (1923-1922) dicirikan dengan penelitian dan ketertarikan institut ini pada penelitian-penelitian yang sangat empiris.

Periode kedua (1933-1950) yang dikenal juga dengan periode eksilnya institut ini di Amerika Utara lantaran Nazi dan kentara dengan ciri khas pemikiran kritis neo-Hegelian yang sangat mewarnai Institut. Periode ini ditandai juga dengan masuknya ide psikoanalisis dalam pemikiran Institut. Salah satu tokoh penting yang memberi sumbangan psikoanalisis bagi Institut barangkali adalah bergabungnya Eric Fromm.

Psikoanalisis lantas mewarnai keseluruhan pemikiran Mazhab Frankfurt selanjutnya. Periode ketiga (1950-1960) ditandai dengan kembalinya Institut Penelitian Sosial Frankfurt ke Jerman ketika Teori Kritis mereka sudah bisa dikatakan sangat mapan. Periode ini juga diwarnai dengan gerakan New Left yang terinspirasi oleh pemikiran Herbert Marcuse di Amerika.3

Periode keempat (1970-an) merupakan periode kemunduran Mazhab Frankfurt. Meski begitu, pemikiran Mazhab ini meluas mewarnai para pemikir Marxis maupun non-Marxis. Periode ini ditandai dengan pengembangan dari Jrgen Habermas atas teori kritis. Habermas memperbarui teori kritis dalam hal kondisi-kondisi yang memungkinkan pengetahuan sosial serta pemahaman atas teori sejarah dan kapitalisme modern dari Karl Marx.4

Dalam tulisannya mengenai Mazhab Frankfurt dan teologi negatif,5 James Swindal membahas empat tokoh yang menurutnya representatif untuk membicarakan hal tersebut. Empat tokoh itu adalah Max Horkheimer, Theodor Adorno, Walter Benjamin, dan Jrgen Habermas. Horkheimer dan Adorno memang adalah dua tokoh penting dalam Mazhab Frankfurt. Merekalah yang memimpin serta mewarnai periode kedua sampai ketiga dari Mazhab Frankfurt; periode ketika Mazhab Frankfurt dianggap mencapai zaman keemasannya. Jrgen Habermas seperti yang sudah disinggung di atas berada pada periode keempat dan memberikan sebuah warna yang lain pada Teori Kritis.

Sementara itu, Walter Benjamin sendiri tidak pernah secara resmi bergabung dengan Institut Penelitian Sosial Frankfurt. Ia hanya kerap berkorespondensi dan menulis untuk jurnal resmi institut tersebut. Bahkan, Benjamin sendiri terlihat banyak berbeda pendapat dengan anggota Institut yang lainnya. Karyanya "Problems in the Sociology of Language" dan "Eduard Fuchs: Collector and Historian" yang dipublikasikan dalam jurnal Institut ini ketika sudah hijrah ke Amerika menunjukkan perbedaan tersebut. Perbedaan ini belakangan semakin mengemuka dalam On the Concept of History.6

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun