Mohon tunggu...
Andi Azhar
Andi Azhar Mohon Tunggu... Dosen -

Indonesian Scholar, Buruh Akademik. Selengkapnya di www.andiazhar.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tragedi April; Antara YY dan Kegagalan [Organisasi] Pemuda

17 Mei 2016   11:06 Diperbarui: 17 Mei 2016   11:15 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih lanjut, jika OKP yang ada benar-benar merealisasikan apa yang menjadi tugas pokoknya sebagai wadah pemuda, tentu kasus-kasus seperti yang terjadi di Rejang Lebong (dan juga di daerah lain) tidak perlu terjadi. Para pemudanya tidak perlu menjadi pengangguran karena mereka memiliki kesibukan bekerja sesuai keterampilan yang dimiliki. Dalam diskursus kriminologi, pengangguran merupakan salah satu gerbang masuknya tindak kriminalitas di kalangan pemuda.

Selama ini, yang terjadi adalah OKP dijadikan batu loncatan untuk meraih karir politik. Alhasil, kerja-kerja organisasi hanya dimaknai sebagai sebuah ritual tahunan untuk dimasukkan dalam laporan pertanggungjawaban organiasi. Lebih parahnya, OKP hanya dijadikan sebagai catutan jabatan dan CV para pengurusnya tanpa tahu ada tanggungjawab besar dibaliknya.

Pertanyaan berikutnya yang mungkin dilontarkan adalah bukankah ini merupakan tanggungjawab pemerintah? Jawabannya iya, ini memang tanggungjawab pemerintah. Namun apakah pemerintah saja yang bertanggungjawab? Tentu tidak. Ini adalah tanggungjawab bersama jika memang kejadian di Rejang Lebong ini tidak mau terulang kembali. Pemerintah tentu memiliki banyak prioritas. Sehingga masyarakat (dan juga pemuda) melalui organisasi/kelompok/individu memiliki peran yang strategis dan penting sebagai operator pemberdayaan pemuda, terutama di kantung-kantung daerah tertinggal.

Tragedi YY dan kegagalan pemberdayaan pemuda ini merupakan fenomena gunung es di Indonesia. Jumlah OKP yang mencapai angka 500 organisasi ternyata tidak berimbang dengan perannya dalam mengembangkan kapasitas kepemudaan serta pengentasan kemiskinan sebagai biang lingkaran setan di berbagai daerah di Indonesia. Jadi, jika memang para OKP ini tidak bisa berbuat lebih untuk masyarakat dan pemudanya, masihkah kita harus mempertahankan dan membela keberadaannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun