Mohon tunggu...
Andhi Pratama Putra
Andhi Pratama Putra Mohon Tunggu... Human Resources - Domisili di Karanganyar

Lahir di Solo, dibesarkan di pinggiran Solo.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Apakah Ini Pulang?

27 September 2021   16:06 Diperbarui: 27 September 2021   16:18 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Apakah ini pulang?

Sungguh tak mudah meninggalkan rumah seisinya. Sungguh tak mudah pula bagi kami untuk bercerita. Kami juga tidak tahu, perjalanan yang akan kami tempuh nanti seperti apa. Masih terasa bagaimana beratnya kami meninggalkan rumah dengan tidak seperti biasanya, menguncinya dari luar dan tak tahu pasti kapan bisa kembali mengunjunginya lagi. Kami juga tidak tahu apakah ini yang selama ini kami sebut sebagai perjalanan pulang, yang sering kami perbincangkan selama sepuluh tahun terakhir.

Sepuluh tahun lebih kita berada di sini, yang berarti adalah hampir sepertiga usia kami. Ada banyak cerita. Kamipun sering berbuat salah, pun khilaf. Kami banyak belajar, bertemu banyak orang, memahami hidup dan menerima kenyataan. Ada kalanya kami saling membenci, ada saatnya saling membutuhkan di tengah ujian yang kami lewati, dan pada saat yang sama saling memahami untuk saling menguatkan. Sungguh, rumah ini telah membentuk kami untuk memahami rasa kehilangan. Sungguh, rumah ini telah mengajarkan kami untuk saling menerima. Sungguh, rumah ini telah meminta kami untuk saling bertahan.

Sebagian mimpi besar kami juga dapat kami raih disini. Tentunya, dengan bantuan dan dukungan orang-orang baik di sekitar kami. Tanpa disangka kami dapat berkembang menjadi lebih baik melebihi apa yang kami harapkan saat itu ketika memulai kehidupan kami disini. Tempat bekerja telah memberikan ruang bagi kami untuk berekspresi walaupun kadang ada remah keputusasaan yang selalu kami perbincangkan. Tapi yang pasti, baik atau buruk, kami telah belajar banyak disini. Terimakasih banyak, kami diberikan kesempatan untuk berbuat kebaikan.

Kami juga tidak dapat membayangkan, bagaimana nanti Arfa harus berjuang menemukan kembali dirinya di lingkungannya yang baru nantinya. Dia harus meninggalkan tempat yang selama ini dia sebut rumah, disaat dia mulai memimpin kelompoknya. Pasti akan berat baginya pada awal kehidupannya di luar rumah ini. Ini bukan sekedar rumah baginya, ini adalah tempat kelahirannya yang kelak akan dia sebut sebagai tempat untuk pulang. Seakan kami terlalu egois baginya karena memaksanya mengikuti kami. Ah, kami hanya yakin jika dia pasti akan bisa.

Dalam perjalanan (pulang) ini, tiada artinya kami untuk menangis karena air mata seakan telah habis kemarin ketika kami membayangkan perjalanan yg akan kami hadapi. Selalu membayangkan apa yang akan terjadi nanti. Kami terlalu takut menghadapinya walaupun kami terlihat untuk tetap tegar. Sudut ruang rumah, jalan yang sering terlewati, tempat yg sering dikunjungi, senyum para tetangga yg selalu terlihat jelas di pelupuk mata dan apalagi jamuan makan siang para sahabat selalu membuat kami ingin berlama disini lagi. Kadang kami terlalu sulit untuk menahan air mata. Ah, kami tidak sanggup membayangkan lagi.

Kami pamit. Mohon diri dari sini. Terimakasih atas semuanya. Bantuan dan penerimaan. Segala khilaf dan salah mohon dimaafkan. Mohon doanya agar kami mampu melaluinya. Mohon doanya agar kami mampu membangun kembali pondasi kehidupan kami dari awal. Mohon doanya agar kami diberikan kekuatan, sehingga kami mampu memenuhi janji kami untuk selalu kembali pada setiap kesempatan.

Untuk pulang (lagi).

November 23, 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun