Mohon tunggu...
Andhika Boedi
Andhika Boedi Mohon Tunggu... Penulis - Pemikir | Gamer | Traveler | Penikmat Buku

Berkarya untuk mengedukasi, bebagi wawasan dan berbagi informasi lainnya. Karena dengan berkaryalah nama mu akan abadi walau diri ini akan pergi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tahun Baru Hijriah Momentum Merenungi Makna Kehidupan untuk Menjadi Pribadi Baik

8 Agustus 2022   23:50 Diperbarui: 10 Agustus 2022   23:19 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar jam yang menandakan pergantian waktu, Sumber : Dokumentasi Pribadi

Kemudian coba renungkan kembali diperjalanan hidup ini, sudah berapa lamakah diri ini jauh dari Tuhan yang telah menciptakan diri ini. Serta sudah berapa tahun lamanya diri ini mengabaikan segala perintah dan larangan-Nya. Menjalankan hidup dengan mengabaikan batasan yang ada. Bahkan semua perbuatan yang dilakukan secara sadar itu merupakan tindakan tercela dan terlarang. Namun perbuatan itu tetap dijalankan dengan konsisten yang seolah dirinya tak mau mengakui kesalahan itu hingga tidak sadar bahwa telah menantang Tuhan itu sendiri.

Namun walau demikian, dengan segala kesalahan yang amat banyak dimiliki oleh manusia yang bahkan sebesar gunungpun dosa-dosanya. Pintu kembali menuju ampunan-Nya akan selalu tebuka bagi setiap hambanya yang bersunguh-sungguh ingin bertaubat, menyesal akan segala tingkah lakunya yang diperbuat serta memohon ampun atas segala hal yang telah dilakukannya di masa lalu. Selama nafas masih belum terhenti dan ruh manusia masih bersemayam di dalam jasadnya. Peluang manusia untuk mendapatkan ampunan dan ridhanya untuk bertobat kepada Allah Subhanahu wa ta'ala masih terbuka luas.

Sesudah memasuki fase merenungi terkait tentang hubungan kehambaan diri ini kepada Tuhan (Habluminallah). Selain itu juga ada hal lain yang tidak kalah pentingnya di dalam kita beragama yang diibaratkan bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Yaitu tentang menjaga hubungan baik diri ini dengan sesama manusia lainnya (Habluminannas) sebagai mahluk ciptaan yang dimiliki oleh Tuhan.

Seperti halnya pada masyarakat generasi awal Islam di masa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam masih hidup. Setelah kaum muslimin memutuskan melakukan perjalanan untuk berhijrah dari kota Mekkah menuju Yatsrib (nama Madinah saat itu). Sesampainya disana kemudian hal pertama yang Rasulullah perintahkan kepada kaum muslimin adalah membangun sebuah Masjid. Sebagai bentuk rasa syukur yang telah diberikan kepada Allah sehingga akhirnya bisa menunaikan kewajiban aktivitas ibadah spiritual tanpa mendapatkan perlakuan buruk seperti yang dilakukan oleh penduduk Mekkah saat itu.

Selanjutnya setelah terbangunnya Masjid di kota Yatsrib yang sekarang dikenal dengan nama Masjid Nabawi. Tahap selanjutnya kaum Muslimin diperintahkan oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasalam untuk saling bersaudara antara kaum muslim pendatang (Muhajirin) dengan kaum muslim tempatan (Anshar) dengan landasan Ukhuwah Islamiyah.

Tuhan telah memberi banyak berkah kepada umat manusia dan anugerah terbesar kepada umat Islam yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala selain keteguhan dalam beragama adalah persaudaraan. Dengan adanya nilai-nilai persaudaraan dalam Ukhuwah Islamiyah dapat menghindarkan perpecahan diantara sesama kaum muslimin dan juga terbentuknya rasa saling tolong menolong jika terjadinya suatu musibah yang menimpanya karena sesama muslim merupakan saudara.

Selain itu juga kaum muslimin diperintahkan oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasalam untuk memelihara hubungan baik dengan pemeluk kepercayaan lain sebagai bentuk Ukhuwah Insaniyah untuk menciptakan iklim atas dasar rasa kemanusiaan yang bersifat universal. Tanpa dipengaruhi oleh latar belakang suku, ras, maupun agama yang berbeda. Karena semua manusia itu pada dasarnya bersumber dari satu sumber keturunan awal yang sama yaitu Adam Alaihissalam. Hingga terbentuklah Piagam Madinah yang menjadi bentuk landasan suatu persaudaraan atas dasar toleransi dan untuk saling menjaga hak masing-masing yang diyakini.

Berkaca pada peristiwa tersebut, dapat diambil suatu pelajaran penting sebagai umat muslim saat ini. Bahwa pada bulan Muharram 1444 H ini selain dituntut untuk melakukan evaluasi diri menjadi pribadi yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa ta'ala. Juga diharapkan untuk melakukan evaluasi diri sehingga menjadi sosok pribadi yang mampu menjaga kerukunan. Baik itu sesama agama maupun antar umat beragama yang lainnya. Menyerukan kehidupan bernegara yang mengedepankan sikap saling menghargai dan menghormati untuk saling bertoleran terhadap perbedaan serta menghindari hal-hal yang mampu menjadi potensi perpecahan.

Kemudian penutup dari penulis yang menjadi nasihat untuk diri pribadi ini adalah mari kita senan tiasa bersukur atas nikmat yang diberikan Tuhan berupa kemerdekaan. Dengan menjalankan ibadah yang telah diwajibkan untuk menjaga hubungan spiritualitas kita dengan Tuhan dan melakukan kegiatan yang positif penuh kebaikan untuk memajukan negeri. Sebagai umat beragama di negara yang multikultural dengan menanamkan akhlakul karimah atau budi pekerti yang baik terkait nilai-nilai agama yang damai, toleran, saling menghargai serta menjadi warga negara yang baik dengan menjaga kerukunan, menghindari hal-hal yang dapat menggangu kedamaian antara umat beragama. Sehingga kedepannya negeri ini bisa menjadi rule model bagi negeri lain dalam menyuarakan perdamaian dan kerukunan.

Sumber rujukan penulis :

- www.wikipedia.org

- suaramuhammadiyah.id

- m.republika.co.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun