Mohon tunggu...
Alec Pris
Alec Pris Mohon Tunggu... lainnya -

Saya pemula di bidang tulis-menulis.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

In The Name of "Tolerance"

20 Januari 2012   07:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:39 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TOLERANSI, sebuah kata yang sering kita dengar. Bahkan di negeri ini, kata tersebut sudah diajarkan kepada anak-anak sejak di bangku Sekolah Dasar. Menurut Kamus Bahasa Indonesia Online, toleransi berarti : (1) sifat atau sikap toleran; (2) batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yg masih diperbolehkan; (3) penyimpangan yg masih dapat diterima dalam pengukuran kerja. Sementara menurut situs ensiklopedia online (wikipedia) berbahasa indonesia, Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.

Ketika penulis mencari tahu via media internet tentang negara mana yang dianggap paling tinggi toleransinya, maka diperoleh 3 negara teratas yang dianggap memiliki toleransi terbaik, yaitu New Zealand, Canada, dan Swedia. Lho kok Indonesia ga masuk? Nanti dulu, ketiga negara tersebut adalah negara yang tingkat toleransinya tinggi dalam hal penerimaan terhadap para imigran dan pencari suaka. Sementara dalam hal agama, Turki dianggap sebagai negara yang toleransi agamanya paling baik. Nah uniknya, dari sejumlah situs yang membicarakan perihal toleransi, Indonesia ternyata negara yang paling sering disebut-sebut sebagai negara bertoleransi. Toleransi yang dilakukan oleh bangsa ini adalah toleransi bukan hanya dalam hal agama atau penerimaan terhadap pendatang, tapi toleransi dalam hampir semua bidang kehidupan, termasuk dalam hal investasi, kehidupan sosial, berteman, pergaulan dll. Hal ini dapat terjadi karena memang dari zaman kerajaan-kerajaan dahulu, filosofi toleransi ini sudah tumbuh. Dalam salah satu tulisan sejarah disebutkan bahwa raja dari kerajaan Majapahit, Hayam Wuruk, adalah seorang raja yang sangat toleran. Dia menjalankan kebijakan toleransi ini dikarenakan kerajaannya tumbuh di tengah-tengah kehidupan sosial masyarakatnya yang beragam dengan agama yang berbeda-beda pada saat itu.

Kemudian waktu terus berjalan hingga zaman modern sekarang ini, jurus-jurus toleransi secara turun-temurun diwariskan kepada kita dan kini telah mengalami metamorfosis. Berangkat dari filosofi toleransi dalam hal kehidupan beragama, tepo-seliro, hidup rukun dan damai dalam keragaman, hingga pada akhirnya pemahaman toleransi tersebut berevolusi lebih luas lagi sampai menembus batas yang sesungguhnya sudah berada di luar area toleransi itu sendiri. Saking kuatnya filosofi toleran ini, kini, apapun yang dilakukan oleh orang-orang di negeri ini, diberi toleransi yang sering kali melampaui batas.

[caption id="attachment_156641" align="aligncenter" width="300" caption="Pemotor diberi toleransi gunakan trotoar"][/caption]

Contoh kecil saja, ketika jalan raya sedang mengalami kemacetan, maka kepada pengendara motor diberikan toleransi untuk mengambil jalur pejalan kaki di trotoar. Contoh lain, masih di jalan raya, kalau seorang pengendara sedang ngebut kemudian lampu di persimpangan sudah menjadi merah, maka dia diberi toleransi untuk menerobos lampu tersebut. Begitu juga kepada para pedagang kaki lima, trotoar yang seharusnya diperuntukkan hanya kepada para pejalan kaki, diberikan pula toleransi kepada pedagang-pedagang tersebut untuk berjualan di trotoar tersebut.

[caption id="attachment_156642" align="aligncenter" width="300" caption="PKL diberi toleransi dagang di trotoar"]

13270423471474784122
13270423471474784122
[/caption]

Dan hal yang paling krusial adalah masalah korupsi, seorang PNS di bidang pembelanjaan misalnya, diberikan toleransi untuk menaikkan harga satuan suatu barang dengan alasan agar kelebihan harga dapat dimanfaatkan untuk ongkos lah, parkir lah, makan siang lah, bla..bla..bla... Belum lagi korupsi pada tingkat yang jauh lebih tinggi. Sebagaimana rumus matematika, korupsi berbanding lurus dengan toleransi. Sehingga pada level yang sangat tinggi, korupsi besar masih diberikan toleransi karena jabatan si pelaku sudah tinggi. Kalo yang berbuat PNS se-level Gayus, tidak ada toleransi (maaf bukannya mau belain Gayus). Termasuk korupsi yang dilakukan oleh wanita cantik, diberikan toleransi karena pelakunya cantik.

[caption id="attachment_156643" align="aligncenter" width="300" caption="tips untuk PNS dianggap biasa"]

13270425831232248739
13270425831232248739
[/caption]

Sehingga kesimpulannya, masalah korupsi yang kerap terjadi di negeri ini, tidak lain karena masyarakatnya sendiri yang sangat permisif dan memberikan toleransi berlebihan terhadap perbuatan haram tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun