Mohon tunggu...
Anastasia Putriandi Juwana
Anastasia Putriandi Juwana Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Mathematics Lover

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Celotehan Anakku

11 Desember 2014   06:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:33 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Celotehan Claudia, anakku yang berusia 1 tahun 10 bulan, tadi malam saat menyusu membuatku tersenyum geli.

Sebelum tidur, ketika sedang asik menyusu, tiba-tiba ia melepaskan kenyotannya, mengangkat kepala sedikit, lalu bertanya, “Mami, namanya Anatacia apa, Mi?”

“Anastasia Putriandi.”

“Putiandi apa, Mi?”

“Putriandi Juwana.”

“Juwana apa, Mi?”

“Udah,” sahutku. Dia terdiam sejenak, lalu kembali menyusu. Tak sampai lima menit, kejadian yang sama terjadi.

“Mami Anatacia apa, Mi?”

“Anastasia Putriandi.”

“Putiandi apa, Mi?”

“Putriandi Juwana.”

“Sama kaya opa Andi Juwana.”

“Iya, mami kan anaknya opa, jadi sama. Ia namanya Claudia apa?” (Ia adalah nama panggilan anakku)

“Claudia Iman.”

“Papi namanya siapa?”

“Papi Canda Iman. Sama,” serunya sambil tersenyum.

“Iya, Ia kan anaknya papi.” (Ia adalah nama panggilan Claudia)

Senyumnya mendadak berhenti lalu kembali menyusu sampai tertidur.

Dua minggu yang lalu papinya mengajari Claudia menyebutkan nama lengkapnya ‘Claudia Iman Wicaksana’. Setelah mahir menyebut nama panjangnya ia mulai sering bertanya nama belakang orang-orang yang dikenalnya. Tidak tanggung-tanggung bertanyanya bisa 5 kali dengan pertanyaan yang sama.

Jadi teringat sebuah cerita mengenai seorang tua yang hampir pikun bertanya kepada anaknya pertanyaan yang sama berulang-ulang, dan anaknya yang semula menjawab dengan sabar, lama-kelamaan menjadi naik pitam karena kesal ditanya berkali-kali. Padahal sewaktu anak itu kecil, orang tuanya pasti menjawab pertanyaannya yang berulang-ulang dengan sabar, sama seperti yang kulakukan terhadap Claudia.

Semoga nanti ketika orang tuaku atau mertuaku melakukan hal yang sama, aku tetap mengingat kejadian ini, dan meladeninya dengan sabar.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun