Mohon tunggu...
Anas Ahmadi
Anas Ahmadi Mohon Tunggu... -

Belajar Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Film "Safe House" dan Psikologi Pelapor Korupsi

10 Oktober 2018   07:24 Diperbarui: 10 Oktober 2018   07:31 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ini adalah fakta beberapa waktu lalu yang terjadi di negeri dongeng. Ya, seorang mahasiswa yang kebetulan punya mentalitas baik. Ia mencoba melaporkan beberapa orang yang kebetulan dan sengaja minum-minum  di depan kontrakannya dia. Mahasiswa itu dengan bangga melapor. Saya tidak menyebut ke mana dia melapor. Tentunya kita semua sudah tahu, ke mana kita harus melapor. Tentunya ke pengaman negeri dongeng. Setelah melapor, memang datang beberapa orang, tapi bukan untuk menangkap para peminum itu. Namun, untuk memberitahu para peminum. Dalam sekejap, para peminum itu hilang. Beberapa menit kemudian, muncullah pengaman negeri dongeng. Mereka mengatakan pada mahasiswa itu, "mana orang-orang yang kau laporkan?" jangan buat berita bohong." Kemudian, pengaman negeri dongeng menghilang. Tak seberapa lama, datanglah para peminum lagi dan seraya berkata, "para pengaman negeri dongeng adalah pengaman kami, teman kami," sambil tertawa terbahak-bahak dengan mulut yang bau comberan. 

Lalu, bagaimana dengan PP No 43/2018, pelapor korupsi akan mendapatkan hadiah (maksimal) 200 juta. Bagaimana dengan psikologi sang pelapor, beranikah? Pertama, untuk urusan yang kecil saja, ketika melapor, kadang kita akan dilaporkan balik oleh terlapor. Kedua, kita, keluarga kita, semacam berdiri di atas duri, tentunya setelah melapor, kita takut dan harap-harap cemas. Memang ada bunyi, "informan dan pelapor di lindungi negara," Namun, seberapa kuat perlindungan itu. Jika kita nonton "Safe House" (2012), orang yang melaporkan kejahatan korupsi tidak hanya dikejar-kejar oleh polisi saja, tetapi oleh CIA, M16, dan agen lainnya. Tentunya, ini adalah kejahatan korupsi transnasional sebab melibatkan orang-orang level para dewa.  Tentunya juga, nyawa adalah taruhan yang paling kelihatan di depan mata. Selanjutnya, beranikah kita menjadi sang pelapor! 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun