Tempat duduk berjejer ini hadir semenjak aksi demo yang dilakukan oleh kawan-kawan terkait alokasi anggaran 3,8 M yang disumbang kepada Universitas Muhammadiyah Sorong.
Meskipun dalam proses pembangunannya, sempat menimbulkan pertanyaan dalam benak; "untuk apa ada tempat duduk ini?", "mengapa hanya berfokus pada fasilitas? bukan pada pengembangan pemikiran mahasiswa?".
***
Awalnya saya duduk disini karena menunggu seorang kurir yang baru saja menginfokan: ..."paket (buku) yang dipesan telah datang dan sedang dalam pengantaran"...
Menunggu sembari membuka lembaran-lembaran buku bacaan. Keesokan harinya kembali ke sini dan tempat favorit adalah yang paling pertama. Tempat duduk ini seperti mempunyai sihir, saat datang ke sekitar pukul 10 pagi, memesan kopi di kantin. Lalu berjalan menuju ke depan halaman rektorat kampus dan memulai rutinitas (membaca, menulis, berdiskusi, saling menyapa orang-orang yang lewat).
Meskipun banyaknya aktivitas di kampus, masih sempat-sempatnya untuk duduk dan sedikit merenungkan hal-hal yang akan terjadi esok...
***
Terkadang ada rasa jengkel yang muncul apabila menuju ke sini untuk membaca. Namun, orang lain sudah terlebih dahulu duduk dan membicarakan hal-hal yang semestinya tidak perlu (seperti bergosip, pacaran, main game).
Karena tindak-tanduk orang-orang itu, rasa ingin mencoret (vandalisme) saya lakukan untuk menjadi pertanda bahwa "tempat duduk ini milik saya!". Namun apalah daya, aktivitas yang mereka lakukan adalah hak mereka juga (meskipun tidak ada nuansa dialektika), karena telah memenuhi hak dan kewajiban di kampus ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H