Mohon tunggu...
Anang Syaifulloh
Anang Syaifulloh Mohon Tunggu... Freelancer - Akun Pribadi

Pengagum Bapak Soekarno, namun untuk masalah wanita belum seahli beliau

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Singkirkan Pikiranmu untuk Langsung Menjadi Arsitek Selepas Lulus Kuliah!

5 April 2018   22:41 Diperbarui: 6 April 2018   01:17 851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fitrah manusia sebagai pengembara tidak bisa lepas meskipun zaman terus berganti. Pengembaraan dimulai ketika Nabi Adam mencari Siti Hawa dan akhirnya bertemu di Jabal Rahmah. Perawi hadis Imam Bukhari juga mengembara demi mengumpulkan hadis sampai ke tanah Arab. Nusantara juga mencatatkan pengembara penyebar agama islam yaitu walisongo yang berhasil menyebarkan islam khususnya di wilayah Jawa.

Mengembara sendiri adalah laku bagi pencari ilmu dan jati diri hingga mencapai manusia yang ahsani taqwim. Kyai sepuh seperti KH Hasyim Asyari berlayar ke Madura hingga tanah Arab guna mencari guru-guru yang mempunyai sanad da diakui kealimannya. Sejarah selalu mencatat orang-orang yang melakukan laku ini akan memperoleh derajat tinggi dalam lingkup manusia dan tuhannya.

Pencari ilmu arsitektur seperti saya ini hendaknya juga mengikuti orang-orang besar di atas. Kampus adalah tempat legitimasi yang diakui untuk mendapat ilmu arsitektur yang jelas. 

Maksudnya begini, meskipun di zaman sekarang belajar lebih mudah karena adanya internet, tapi kejelasan sumber tetap menjadi sorotan utama. Kejelasan guru juga berpengaruh, walaupun ada beberapa dosen yang tidak berkenan dipanggil guru. Tetap saja beliau-beliau ini adalah sumber jelas keilmuan arsitekturnya. Meminjam istilah hadis, sanad keilmuan arsitektur tersambung kepada pendahulunya.

Mahasiswa arsitektur yang kelak akan menjadi seorang arsitek di masa depan harus mengembara. Keilmuan dalam kampus mesih terlalu kecil apabila dijadikan satu-satunya sumber pengetahuan. Gus Dur mencari ilmu tidak hanya di Tebu Ireng, tapi juga di Den Anyar dan pondok pesantren lain. Perlu untuk mencari dan mendapat ilmu dari arsitek-arsitek yang telah diakui. 

Calon arsitek hendaknya mendatangi Yu Sing, Eko Prawoto, Ridwan Kamil, Gede Krisna dan beberapa nama yang tidak asing lagi. Nama-nama tersebut adalah arsitek yang terkenal, belum lagi beberapa arsitek berpengalaman lain yang namanya jarang terkenal tapi penuh dengan lautan ilmu yang luas.

Arsitek-arsitek diatas adalah guru bagi mahasiswa arsitektur. Sama seperti Mbah Hasyim pada Mbah Nawawi Banten. Pengembaraan selepas dari induk ilmu yaitu kampus akan sangat jauh guna menjadi arsitek yang berwawasan luas. Semakin banyak guru arsitek yang didatangi, semakin besar pengaruh yang akan diberikan kepada masyarat berupa rancangan yang fungsional, nyaman dan bermanfaat.

Analisis-analisis yang menjadi makanan sehari-hari arsitek akan berguna tidak hanya pada dunia arsitektur, tapi juga dalam melihat sosial masyarakat dan memaksimalkan potensi wilayah masing-masing. 

Kesimpulannya, Kampus adalah induk dan arsitek-arsitek di luar adalah guru yang perlu didatangi dan mencari ilmu darinya. Melihat pengembaraan dari Kyai Hasyim dan Gus Dur kepada guru-gurunya, saya rasa mahasiswa arsitek juga bisa meniru cara belajar yang seperti ini. Mengembara ke arsitek-arsitek berpengalaman akan terasa menyenangkan. Singkirkan pikiranmu untuk langsung menjadi arsitek selepas lulus kuliah nanti !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun