Mohon tunggu...
Anang Syaifulloh
Anang Syaifulloh Mohon Tunggu... Freelancer - Akun Pribadi

Pengagum Bapak Soekarno, namun untuk masalah wanita belum seahli beliau

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Cinta dan Ayam Goreng

6 Juli 2017   21:06 Diperbarui: 6 Juli 2017   21:13 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia percintaan memang milik kawula muda. Kata orang, umur 20 an ke atas adalah awal kematangan seseorang dalam bercinta. Mabuk asmara memang mengasikkan. Tidak perlu repot repot menenggak minuman ataupun makan pohon gadung sudah mabuk sendiri. Memabukkan dalam artian cinta tersebut sanggup mengalihkan dari yang lain sehingga cinta menutup segalanya. 

Dapat dibayangkan bagaimana seseorang yang dalam usia mudanya hanya memikirkan cinta? Saya yakin cinta yang dimaksud adalah nafsu yang berlindung di balik jubah kebesaran cinta. Nafsu ingin selalu bersama pasangan, bertukar kabar melalui chatting atapun foto bersama sebagai standar kebahagiaan anak muda. Benar banyak anak muda yang bahagia dari luarnya tapi coba tengok ke dalam jiwanya, berapa kali dalam sehari ia menggalaukan kehidupan cintanya. Bandingkan dengan jumlah ia mengingat Tuhannya. Eh tidak etis rasanya membicarakan Tuhan dalam cinta, la yang dipikirkan cinta adalah hanya untuk pasangan.

Cinta itu seperti masakan. Ayam goreng adalah bentuk dari cinta. Ayam goreng tidak hadir langsung dengan wujud seperti itu. Ada proses sebelum jadi masakan yang dinamakan ayam goreng. Proses bermula dari ayam yang masih hidup kemudian disembelih, dibersihkan dan selanjutnya dibumbui lantas digoreng. Banyak jalan yang harus ditempuh untuk mencapai cinta. Cinta bermula dari ilmu kemudian berkembang menjadi pengetahuan dan menjelma sebagai cinta. Ilmu adalah informasi tentang ayam. 

Ayam memiliki daging yang banyak, bergizi dan halal dimakan. Pengetahuan membawa ilmu tentang ayam tersebut dimanfaatkan agar memenuhi kebutuhan perut. Ayam dapat disembelih dan dimakan. Tentu bukan hanya bisa dimakan, tanpa adanya rasa kan tidak enak. Itulah hebatnya manusia.

 Budaya mengantarkan ayam dapat diolah dengan bumbu yang luar biasa enak. Beda kan dengan binatang yang tidak bisa mengolah hasil buruannya dan langsung memakan. Ora enek senine blas. Manusia tahu tentang ayam dan dapat mengolahnya menjadi makanan kemudian menemukan bentuk olahan ayam berupa ayam goreng. Ayam goreng adalah cinta, ditemukan sebagai hasil seni memasak yang menyajikan ayam bukan hanya berupa daging saja, tetapi olahan yang memiliki rasa yang gurih dan enak.

Begitupun cinta kepada pasangan anda. Cinta bermula dari mengenalnya yang dapat disebut sebagai ilmu tentang pasangan. Sama halnya dengan ilmu tentang ayam di atas. Gebetan suka tidur, makan, dan ngegame juga termasuk ilmu lo. Ilmu tentang pasangan sudah, lanjut anda praktikkan untuk mendekatinya. Anda sudah berpengatahuan tentang pasangan guna menyambungkan rasa yang anda miliki. Apa yang bisa menyambungkan rasa yang sudah dimiliki?. Cinta memberi bumbu, cita rasa yang sama seperti ayam goreng. 

Cinta memberi rasa antara anda dan pasangan sehingga rasa hambar yang mungkin dirasakan sebelumnya berubah menjadi kenikmatan yang tiada duanya. Akhirnya ayam goreng yang telah dimakan mengisi perut dan dapat menunjang aktivitas manusia. Sebagai mahkluk Tuhan, tentu aktivitas tersebut yang mengantarkan pada ibadah dan menciptakan taqwa. 

Cinta kepada pasangan yang telah dimiliki bermuara pada taqwa kepada tuhan dan bukan sebaliknya. Cinta membawa anda dan pasangan semakin dekat dan bersama-sama menuju Tuhan. Ya, muara dari semuanya adalah taqwa. Bermula dari ayam mengantarkan pada Tuhan, dari mengenal pasangan sampai beribadah kepada pencipta alam.

Terima kasih Cak Nun, ilmu yang luar biasa tentang ayam goreng, eh tentang cinta

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun