Mohon tunggu...
Ananda Shofwan
Ananda Shofwan Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Moch Shofwan Amrullah | Valar Morghulis, Valar Dohaeris

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengapa Aku Dilahirkan? Bukan Nihilisme Eksistensial

7 Agustus 2020   16:46 Diperbarui: 7 Agustus 2020   16:55 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memangnya dengan alasan apa Tuhan menciptakan manusia yang gemar berbuat kerusakan dan membuat pertumpahan darah ini Ia ciptakan? Apa alegori yang dimaksudka-Nya? Ya mungkin Tuhan tidak memerlukan alasan untuk Dia menciptakan segala sesuatunya, atau mungkin Tuhan menciptakanya supaya manusia itu berpikir. Atau kemungkinan kemungkinan lain yang tidak dapat saya tuliskan dalam tulisan ini.

Tapi kita semua tahu bahwa kondisi bumi saat ini sedang tidak stabil, banyak bencana yang diakibatkan karena perubahan iklim dan tentunya itu diakibatkan oleh perbuatan manusia. Eksploitasi alam berlebih, polusi udara diberbagai belahan bumi, dan pencemaran air yang mengakibatkan ketidak seimbangan ekosistem.

Kita juga tahu sejarah peradaban umat manusia yang tak lepas dari peperangan, pertumpahan darah, penindasan, dan ketidak adilan mulai dari generasi anak kandung nabi adam generasi pertama sampai dengan anak cicit nabi adam saat ini. Konteks perkaranya masih sama namun kondisinya saja yang berbeda.

Jika menilik kembali kondisi saat ini dengan apa yang menjadi betuk protes para malaikat kepada Tuhan dengan mengatakan “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah” rasa rasanya kondisi tersebut sangat relevan. Lalu apa makna dibalik pernyataan Tuhan “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”?.

Entah aku juga masih belum dapat menemukanya. Nampaknya aku harus segera bergegas mengaji kembali, dalam rangka menemukan jawaban atas pertanyaan pertanyaanku.

Ya aku telah cukup lama tidak tergabung dengan majlis keagamaan, dan nampaknya aku terlalu lama tenggelam dalam lautan filsafat para filusuf barat. Terlalu banyak membaca buku buku kiri, mungkin mendeskritkan nalar berfikirku tentang ketauhidan. Wallahua’lambisshawaab

Penulis : Moch Shofwan Amrullah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun