Mohon tunggu...
Nanda Rizka S Nst
Nanda Rizka S Nst Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswi

Speak Your Self

Selanjutnya

Tutup

Bola

West Ham United Juara Liga Inggris

4 Januari 2018   23:21 Diperbarui: 4 Januari 2018   23:32 1632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam itu sebuah stadion di Stratford, London, Inggris, di Marshgate Lane di Lower Lea Valley bergemuruh. Bersorak, berteriak entah apa yang diteriakkan. Bersenandung dan bernyanyi. Mereka memamerkan jersey yang mereka pakai, beberpa diantara nya tertangkap kamera dan lantas menunjukkan badge yang mereka kenakan malam itu.  'Forever Blowing Bubbles' berirama terus menerus dan tak pernah berhenti. Stadion yang berkapasitas 60.000 tidak hentinya memberikan kebahagiaan. Kebahagiaan yang tidak mungkin datang untuk kedua kalinya.

Malam itu sebuah tim yang mendapati sepasang palu di logo nya berhasil menjadi raja di pesepakbolaan Britania Raya dengan menjadi juara liga kasta tertinggi. Mereka berhasil mewujudkan mimpi Thames Ironworks 117 tahun silam. Mewujudkan mimpi Bobby Moore, Frank Lampard, Glen Johnson, Joe Cole, Michael Carrick, Paul Ince, atau Rio Ferdinand dahulunya. Pertandingan terakhir mereka menangkan dengan menghasilkan keunggulan hanya 2 poin dengan tim peringkat ke-2. Tidak ada yang percaya.

Para pemain lawan melakukan tribute sebagai bentuk ucapan selamat. Mark Noble, sebagai kapten tim, mengangkat piala kebanggaan yang selama ini diharapkan dengan diiringi sorakan pemain dan pendukung. Lanzini, Chicharito dan Arnautovic selanjutnya bergantian memegang dengan luapan emosi dan selebrasi yang pantas. Zabaleta, Collins dan Adrian bergantian mengecup piala, memeluk seperti tak ingin kehilangan. Joe Hart sumringah seperti tak ingin pulang ke Manchester. Ogbonna yang seperti sihir mencetak gol kemenangan malam itu terlihat masih tidak percaya atas apa yang dilihat dan di depan matanya. Adrian, Ayew, Antonio ikut ber-euforia bersama staf tim yang lain.

Perayaan berlanjut ke tengah lapangan dengan kondisi stadion yang masih ramai. Ditengah perayaan, masih di dalam stadion, mereka berkumpul dan dengan sorak-sorakan mengangkat sang pelatih keatas udara dan seperti ingin menerbangkannya sambil berteriak 'Champions!' 'Champions!' 'Champions!' berulang kali. Pelatih berusia 54 tahun itu terperangah, senang, gembira dan entah apa yang difikirkannya. Dia hanya membiarkan tubuhnya diterbangkan oleh anak asuhnya. Dia hanya ingin menikmatinya.

Siapa yang menyangka memangnya mereka akan juara bersama dengan pelatih yang dianggap biang kegagalan dan suka sedekah poin itu. Namun, manusia hanyalah manusia yang bisa berharap, berbuat dan berdo'a. Pria yang dianggap pelatih itu mungkin tidak tahu bagaimana orang-orang yang selama ini meremehkannya menjadi motivasi terbesarnya. Entah bagaimana tim dengan julukan 'The Hammers' bisa membantunya membungkam banyak orang yang mengkritiknya.

Dia mungkin pernah baik menangani Everton sehingga dianggap sebagai penerus Sir Alex Ferguson namun, gagal meski telah menghadiahkan piala FA di tahun 2013. Lantas pergi ke Spanyol menangani Real Sociedad dan tidak memenuhi espektasi dan kembali ke Inggris, ke Sunderland. Namun, di tempat ini lah dia memenuhi segala janjinya. Dia berhasil mengembalikan reputasinya. Dia mengalami proses yang panjang, namun ia tahu ia akan berhasil dan itu terbukti.

Tak pernah ada yang tau dan membaca sorot mata nya. Mata yang pernuh kepercayaan dan keyakinan itu tak jarang menampilkan kekecewaan dan kesedihan. Tetapi, ia tahu ia harus bergerak untuk memberikan pembenaran siapa ia sebenarnya. Dengan ini mungkin sang pemilik saha terbesar, David Sullivan, akan menghadiahi nya kontrak baru dengan kenaikan gaji.

Tim London itu akan menjadi peserta Champions League musim depan tentunya memerlukan amunisi baru yang akan menopang dan mewujudkan mimpi mereka yang lain. Entah apa yang akan dilakuakan sang arsitek selanjutnya. Tidak ada yang tahu. Ia hanya ingin merayakan malam itu. Bukan hanya dia, pemain, staf dan penggemar, tetapi seluruh penyuka sepakbola diseluruh dunia ikut merayakan keberhasilan mereka.

Pencinta sepakbola ingin melihat tim lain yang sama dengan Leicester City yang dapat mendobrak faham matrealisasi sepakbola. Bahwa sepakbola adalah hal yang berbicara mengenai passionbukan dengan money.Mereka ingin bukti bahwa Liga Inggris memang liga terbaik di dunia. Siapa-pun bisa menang dan mendapatkan piala serta pengakuan, bukan hanya mereka yang beruntung di beli oleh saudagar nan kaya raya sehingga dapat membeli piala.

Perayaan terus berlanjut sampai di Green Street di dekat bekas Boleyn Ground rumah mereka selama 112 tahun. Memenuhi Barking Road, mengelilingi patung Bobby Moore yang dipanggul Geoff Hurst dan Ray Wilson. Perayaan yang mengembalikan romansa Green Street. London Timur benyanyi sepanjang malam.

Dengan kemenangan yang tidak pernah di duga sebelumnya itu orang-orang di London Timur akan kembali menempatkan sepakbola di tingkat pertama kemudian baru Kriket. London Stadium akan menjadi tempat utama bercengkrama terlepas tempat itu sangat berbeda dengan Upton Park sebelumnya. Mereka akan sedikit melupakan Lord, Trent Bridge, maupun The Oval dan akan sering berbicara mengenai bagiamana akhir pekan ini mereka dapat memenuhi stadion untuk menonton sepakbola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun