Mohon tunggu...
Misbahul Anam
Misbahul Anam Mohon Tunggu... Guru - Guru swasta dan terus belajar

Change Your Word, Change Your World

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Guru: Wagu tur Saru

14 November 2014   14:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:50 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pagi ini dahi berkernyit membaca tajuk sebuah koran Nasional. Predator Itu Bernama Guru, demikian judulnya. Entah apalagi yang bisa dibela oleh seorang guru atas kejadian demi kejadian oknum guru yang menyatroni siswanya dengan nafsu bejatnya.

Beberapa bulan lalu sebuah sekolah Internasional di Jakarta bikin heboh. Bulan lalu seorang remaja juga dicabuli oleh ayah kandung dan guru agamanya. Bayangkan: guru agama! Biadab.

Yang terkini, para siswa di SDN Gubeng I Surabaya juga melapor sudah dicabuli oleh dua guru mereka. Naudzubillah. Lagi-lagi guru, orang berilmu yang dipercaya orang tua, menjadi predator yang memangsa masa depan murid-muridnya.

Lantas apa yang bisa diandalkan oleh seorang guru? Dalam bahasa Jawa ada ungkapan, Guru; Digugu lan Ditiru (Dipercaya dan jadi teladan). Kiranya ungkapan itu sekarang berubah menjadi, Guru; Wagu tur Saru (Buruk dan Menjijikkan).

Sungguh pencabulan dan pemerkosaan adalah perbuatan yang begitu jahat. Yang dirusak bukan hanya fisik. Yang dirobek bukan hanya selaput dara perawan. Yang dikoyak adalah masa depan perawan yang jadi korban pemerkosaan.

Yang tidak kita sadari, kerap secara tidak langsung "menuduh" si korban bahwa merekalah penyebab pemerkosaan itu. Diksi yang muncul, pelaku tergiur kemolekan dan kecantikan tubuh korbannya. Ingat, kecantikan dan kemolekan  tubuh adalah anugerah Allah. Bukan bencana! Pemerkosaan atau pencabulan terjadi semata-mata karena pelakunya bejat dan biadab.

Ngeri sekali membesarkan anak dalam jagat yang serba bebas ini. Akses internet dan pergaulan nyaris tanpa sekat. Saat bugil di depan kamera menjadi simbul "gaul".

Sekarang, benteng utama hanya pada keluarga dan sikap keagamaan yang kuat. Keluarga wajib terus-menerus memberikan pengertian dan penguatan anak soal etika bersosial dalam pergaulan. Orang tua harus menjadi garda terdepan dalam memberi teladan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun