Mohon tunggu...
Khairul Anam
Khairul Anam Mohon Tunggu... Jurnalis - Pembelajar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Harapan adalah mimpi dari seorang yang terjaga.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pemanfaatan Media Konvergensi dalam Dakwah Para Dai di Masa Covid-19

25 Mei 2020   20:08 Diperbarui: 25 Mei 2020   20:06 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Islam merupakan agama dakwah, dimana ajarannya yang diturunkan Allah SWT kepada manusia melalui manusia pilihan (mustofa) Nabi Muhammad SAW, untuk menyampaikan kabar gembira terhadap khalifatullah di muka bumi.

Beda dulu beda sekarang, bulan ramadhan sebagai momentum keagamaan tahun ini mengalami nuansa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, semua kegiatan dan interaksi dibatasi, serta tak segan pemerintah sebagai ulil amri akan memberikan punishment kepada siapun yang enggan mentaatinya. Bukan tanpa alasan, situasi seperti ini dipicu adanya pandemi COVID-19 yang mengubah 180 derajat tatanan kehidupan manusia, dari perjumpaan konvensional beralih ke virtual tak terkecuali dalam berdakwah.

Kondisi ini memunculkan fenomena gempita dakwah, dimana media konvegensi menjadi trigger penyampaian dakwah. Dalam kacamata Quraish Shihab (2010; 194) dakwah bukan sekedar usaha peningkatan pemahaman keagamaan dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga lebih menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan. Terlebih memasukkan ajaran-ajaran agama dalam pengamalan kehidupan sehari-hari kita.

Sedangkan dalam perspektif penulis, dakwah bukan hanya urusan ubudiyah "Selesai", tidak. Tetapi lebih universal ke seluruh aspek kehidupan manusia multidimensi, dengan bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadis sebagai nomeklatur utama umat Islam, sebagai hamba Allah SWT dan agent social of change.

Dengan kondisi seperti saat ini, para dai dituntut untuk melakukan tranformasi dakwah konvensional ke virtual. Sudah banyak platform penyedia jasa yang  mungkin bisa kita manfaatkan di tengah pandemi seperti Youtube, Instagram, Facebook dan lain-lain. Bahkan aplikasi webinar lagi nge-hype (zoom, goole meeting dll) yang tidak hanya digunakan dalam berdakwah melainkan dunia pendidikan serta perkantoran sudah akrab dengan ini.

Apakah ini menjadi trend sekarang? Tentu iya, terlebih kalangan milenial yang hidupnya akan ambyar tanpa gawai (smartphone) dimana memiliki jangkauan tanpa tersekat geografis dan akan terkoneksi keseantro negeri.

Sangat rugi kalau pendakwah hanya sebagai penonton melihat kemajuan media teknologi yang memanjakan setiap insan dalam beraktivitas, jangan sampai ada kamus "kudet" apalagi membuang kesempatan serta sebagai aksesoris semata tanpa memberikan sentuhan magic agar mad'u terpesona dengan materi yang kita bawakan.

Bukan hanya COVID-19 yang menjadi wabah, media juga sudah terlebih dahulu menjadi wabah di tengah masyarakat kita, tinggal bagaimana langkah kita kedepan bergerak seperti apa, seorang coach tidak akan berhasil memenangkan pertandingan jika tidak memiliki racikan jitu untuk menaklukkan medan.

Da'i tidak boleh kaleng-kaleng! media yang sudah berjejer dimana-mana, jangan sampai menjadi mubadzir terlebih di tengah pandemi, pesan keagamaan harus tetap tersampaikan ke khalayak (ummat) yang senantiasa menantikan kesejukan dalam mengisi relung-relung rohani sehingga tecipta ketenangan bathin dan peningkatan kualitas ibadah (hablum minallah) dan hubungan sesama manusia (hablum minnas). Menurut Nur Hidayat (2020) dakwah virtual dilakukan tidak hanya monologis tetapi dialogis, sesuai dengan prinsip fiqhu dakwah.

Sebagai akhir tulisan, penulis ingin menyampaikan pemanfaatan media konvegensi mutlak harus dilakukan dan tidak ada tawar menawar bagi siapa saja yang aktif di dunia dakwah khususnya. Dai tidak boleh tenggelam di tengah arus teknologi, harus melek terhadap digitalisasi tanpa harus meninggalkan cara klasik. Wallahuaklambissawab. (*)

Oleh: Khairul Anam*
*Penulis adalah Mahasiswa Program Magister Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun