Mohon tunggu...
Nisa Khoiriyah
Nisa Khoiriyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mulailah tanpa kata nanti.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Penjahatpun Layak Bahagia, Apalagi Orang yang Patah Hati

25 Februari 2018   14:22 Diperbarui: 25 Februari 2018   15:52 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Manusia sealu memiliki cara untuk keluar dari belenggunya, baik itu menyelesaikannya atau memilih diam dan menceritakannya kepada orang terdekat. Disamping itu, banyak juga orang yang memilih untuk memendamnya dan menyimpannya dibuku dalam bentuk diary dengan alasan menjaga privasi. 

Namun, apa jadinya jika seseorang dengan beraninya mengumbar dengan percuma apa yang selama ini dijaganya. Itulah yang dilakukan oleh seorang komedian Raditya Dika dan menjadikan hal tersebut sebagai ladang komersil. 

Raditya Dika berhasil mengolah kata -- kata yang kemudian ia rangkai menjadi runtutan kalimat menjadi guyonan yang menghibur sekaligus berbobot. Terbukti dengan diterbitkannya novel -- novel karyanya yang juga meledak dipasaran seperti Kambing Jantan, Cinta Brontosaurus, Radikus dan Koala Kumal.

Penggunaan bahasa loe-gue yang santai dan gaul seolah menjadi daya tarik tersendiri bagi para pembacanya. Dapat disimpulkan juga bahwa Radit merupakan sosok yang terbuka dan luwes. Siapapun yang sedang membaca Novel Raditya Dika dapat diibaratkan sedang melakukan reuni. Pembaca dan Raditya akan berinteraksi melalui cerita yang dikemas dalam beberapa bab. 

Pada Novel Koala Kumal terdapat dua belas bab yaitu Ada Jangwe di Kepalaku, Ingatlah Ini Sebelum Bikin Film, Balada Lelaki Tomboi, Panduan Cowok dalam Menghadapi Penolakan, Kucing Story, LB, Perempuan Tanpa Nama, Menciptakan Miko, Lebih Seram dari Jurit Malam, Patah Hati Terhebat, aku Ketemu Orang Lain, dan Koala Kumal.

"Hidup segan matipun tak mau"yang artinya hidup merana karena terus menerus sakit. Mungkin peribahasa ini sangat cocok untuk mewakili isi novel ini. Bercerita tentang lika--liku kehidupan Aku yaitu Raditya Dika yang tidak pernah mujur dalam urusan percintaan. Bagaimana awalnya Aku mempertahankan hubungan persahabatan, tokoh Aku yang sering dibodohi dan kemudian akan ditinggalkan. 

Pada awalnya, pembaca akan kesulitan dalam menentukan garis merah pada jalan cerita. Cerita dituliskan bukan berdasarkan kronologis, tapi berdasarkan point penting selama proses tumbuh dan berkembang sang tokoh Radit. Namun, ketika telah membaca keseleuruhan bab, pembaca akan paham bahwa novel ini membahas perihal penolakan dan pupusnya cinta. Selain itu, dibagian akhir pembaca akan diberikan rangkuman cerita mulai dari bab awal hingga akhir.

"Sewaktu sedang menulis buku ini, di tengah ruang keluarga, Nyokap lagi -- lagi bertanya kepada gue. Dia duduk di sofa di sebelah gue yang sedang asik mengetik. Sambil menonton FTV, dengan brownies Bandung di sela mulutnya, Nyokap bertanya, 'kalau kecengan itu maksudnya anak katak, kan, Dik?'

            'Bukan, itu kecebong,'kata gue, curiga Nyokap ngajak gue main plesetan.

            'Masa, sih?' tanya Nyokap. Dia lalu tertawa sebentar, lalu melanjutkan bicara, 'tadinya Mama pikir "Kecengan gue bagus" itu artinya kecebong peliharaan gue bagus, loh!'

            'Ma, pertama -- tama, mana ada orang yang melihara kecebong? Kedua, kalau pun ada, gak mungkinjuga dia pamerin ke orang lain terus bilang kecebongnya bagus. Ya, kan?' tanya gue.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun