Mohon tunggu...
Andika Guruh
Andika Guruh Mohon Tunggu... Psikolog - P

saya hanyalah semut kecil diantara banyak semut besar yang mengelilingiku, dan semut kecil ini akan menjadi tumbuh lebih besar karena pemahaman dan terus beljar dalam hidupnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hubungan yang Mencandu

28 November 2020   00:44 Diperbarui: 28 November 2020   00:52 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagian dari kenangan kita pasti pernah mengalami yang dinamakan ketergantuangan yang sangat dengan pasangan. Saya rasa banyak juga sekarang yang mengalami, terutama generasi muda yang baru mengenal cinta , anak SMA atau smp yang baru merasakan jatuh cinta yang pertama. Di saat saat itu menganggap merekalah pasangan kita yang akan selalu menemani kita dan tempat berbagi yang sempurna. Kenapa sih toxic realathionsip ke pacar dari pada ke orang tua yang biasanya ketemu setiap hari? Pertanyaan ini selalu terngiang di benak orang dewasa.

Bahkan banyak kasus yang terjadi seperti , kasus bunuh diri hanya gara-gara putus dengan pacarnya. Aku pun pernah merasakan kehilangan yang sangat ketika kehilangan kekasih, seperti memang hal yang biasa yang dilakukan bersama menjadi tidak bisa dilakukan bersama dengan intensitas yang seperti dulu.

Saya merasa begini kenapa susah untuk melupakan? Jadi manusia khususnya remaja memang butuh pembiasaan untuk melakukan sesuatu, jika pembiasaan itu berubah dengan sendirinya, maka akan seperti kehilangan sesuatu yang biasanya dikerjakan. Kecanduan dalam hubungan ini tentunya akan berdamoak negative bisa juga berdampak positif bagi perkembangannya, dampak negatife nya tentu banyak sekali salah satunya merasa bahwa kehilangan satu-satunya orang yang mengakui dan meberikan reward untuk rasa cintanya. Seperti teori maslow tentang herarki kebutuhan bahwa untuk mencapai aktualisasi diri manusia butuh untuk pengakuan rasa cinta dan kasih sayangnya. Dampak positinya tentu akan membuat individu menjadi lebih survive dalam hidup, menerima kerasnya kehidupan dan menjadi pribadi yang leih kebal terhadap permaslahan yang sama.

Kembali dalam pertanyaan awal Kenapa sih toxic realathionsip ke pacar lebih terasa dari pada ke orang tua yang biasanya ketemu setiap hari? Ini salah satu kasus yang sering terjadi, bisa jadi karena orang tua yang dianggap memiliki usia yang lebih dewasa tidak atau belum bisa memahami permasalahan remaja dijaman sekarang , karena kita mengerti perkembangan zaman membuat perbedaan yang benar-benar besar antara remaja di jaman sebelum 2000an dengan jaman diatas 2000an. Remaja menari sosok yang mampu dan sebanding dengan usia baik secara pemikiran, dengan mencari pasangan yang seusianya dan bergantng pada merkeka tentang rasa dan kebutuhan cintanya.

Lalu solusi untuk menangani saat mengalami toxic relationship adalah memiliki banyak teman, lebih banyak membuka diri untuk lingkungan, melakukan aktivitas yang dirasa menyenangkan serta memahami diri bahwa yang mencintai diri sendiri adalah banyak orang dan bukan hanya satu orang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun