Mohon tunggu...
A.A Ketut Jelantik
A.A Ketut Jelantik Mohon Tunggu... Penulis - Pengawas Sekolah

Pernah bekerja sebagai wartawan di Kelompok Media Bali Post, menulis artikel di sejumlah media cetak baik lokal maupun Nasional, Redaktur Buletin Gita Mandala Karya Utama yang diterbitkan APSI Bali, Menulis Buku-buku Manajamen Pendidikan, Editor Jurnal APSI Bali, dan hingga saat ini masih ditugaskan sebagai Pengawas Sekolah Jenjang SMP di Kabupaten Bangli-Bali serta Fasilitator Sekolah Penggerak angkatan 3

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Semarak Merdeka Belajar, Sudahkah Guru Penggerak Mampu Menggerakan?

5 Mei 2023   06:17 Diperbarui: 6 Mei 2023   21:05 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo (Koleksi Pribadi ) Pembelajaran Berpusat Pada Kebutuhan Peserta didik, menjadi isu penting bagi Guru Penggerak

"Hari Pendidikan Nasional tahun ini adalah waktu yang tepat bagi kita untuk merefleksi kembali setiap tantangan yang dihadapi juga setiap jengkal langkah berani yang sudah diambil. Dengan merefleksi hal-hal yang telah kita lakukan selama tiga tahun terakhir , kita dapat merancang arah perjalanan kita ke depan guna memastikan keberlangsungan dan keberlanjutan gerakan Merdeka Belajar," demikian disampaikan Mendikbud Ristek Nadiem Anwar Makarim dalam pidato peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2023 yang digaungkan hampir di seluruh lapangan upacara di sekolah, ibu kota Kabupaten/ kota maupun di Propinsi.

Pernyataan Mendikbud Ristek tersebut bukan saja upaya nyata Mas Menteri untuk menggelorakan tema Bergerak Bersama Semarakan  Merdeka Belajar yang menjadi tagline Peringatan Hardiknas tahun 2023, namun juga mengisyaratkan bahwa peringatan Hari Pendidikan Nasional ( Hardiknas ) tahun ini bukan semata-mata kegiatan seremonial tahunan melalui apel pengibaran bendera merah putih, namun yang lebih penting adalah momentum Hardiknas harus menjadi ajang kontemplasi, perenungan, sekaligus refleksi bagi kita semua tentang berbagai hal yang selama ini telah dilakukan khususnya Program Merdeka Belajar yang salah satunya  Program Guru Penggerak.

Program Guru Penggerak merupakan salah satu program prioritas Kemendidkbud Ristek. Hingga tahun 2024 mendatang sebanyak 405.900 orang guru akan dilatih menjadi guru penggerak. Merekalah yang diharapkan menjadi pemimpin pembelajar. Selain itu, para guru penggerak merupakan guru pilihan yang diproyeksikan menduduki jabatan strategis mulai dari kepala sekolah, pengawas sekolah, kepala dinas hingga pejabat di Kemdikbud Ristek. 

Program guru penggerak telah dilaksanakan selama lebih dari 2 tahun, kini telah menghasilkan sekitar 5000 orang guru penggerak. Berkaitan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2023, maka pernyataan sekaligus harapan Mendikbud Ristek tersebut layak untuk direnungkan dan dijadikan bahan refleksi oleh kalangan pendidik khususnya mereka yang memperoleh stempel atau predikat sebagai guru penggerak.

Sebagaimana diketahui, guru yang berhak menyandang predikat guru penggerak bukan sembarang guru. Mereka telah melewati serangkaian tes skolastik, wawancara dan setelah itu, mereka wajib dikarantina melalui diklat, lokakarya, maupun konferensi. Durasi kegiatan pun tidak tanggung tanggung. 

Guru penggerak harus melewati kurun waktu  6 hingga 9 bulan. Waktu yang cukup lama untuk sebuah kegiatan pengembangan profesi. Jadi, mereka ini adalah orang pilihan. Maka sesungguhnya komunitas pendidikan sudah tidak ragu lagi dengan kapasitas dan kapabelitas para guru penggerak ini.

Sesungguhnya ada tiga (3) misi yang diharapkan diimplementasikan oleh guru penggerak. Selain menjadi katalisator pengembangan siswa secara holistik untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila, guru penggerak juga diharapkan mampu menjadi mentor/ pelatih bagi guru lain dalam rangka pengembangan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik, serta menjadi referensi hidup bagi lingkungan sekitar melalui kegiatan berbagi praktik baik  dalam kerangka transformasi pendidikan. 

Namun kenyataannya, para guru penggerak tampaknya belum mampu menjalankan amanah tersebut secara optimal dan maksimal. Masih sering dijumpai oknum guru penggerak yang merasa pintar dan hebat, namun masih bersikap ekslusif karena belum mampu menjadi contoh dan teladan bagi lingkungan sekitarnya. 

Ada kesan jika komunitas guru penggerak adalah komunitas elit yang kiprahnya hanya dalam bentuk seminar, diskusi dari satu hotel ke hotel lainnya. Nah, perayaan Hardiknas tahun 2023 ini hendaknya benar-benar dijadikan momentum bagi para guru penggerak untuk menghilangkan stigma negative tersebut. Untuk itu, mereka harus segera merefleksi diri untuk mengetahui apa yang sudah dan belum dilakukan.

Kita menyadari bahwa guru bukanlah sosok yang hidup dan berkembang di ruang hampa. Ruang yang kedap dari persaingan dan dinamika di sekitarnya. Era disrupsi yang ditandai dengan makin ketatnya persaingan dalam berbagai dimensi kehidupan menyebabkan sebagian guru terpengaruh  perilaku hedonis, ekslusivisme , individualisme. Inilah tantangan terbesar yang dirasakan oleh guru termasuk guru penggerak.

Sikap hedonis ditandai dengan perilaku yang hanya mengejar kesenangan pribadi dengan mengabaikan kondisi sosial di sekitarnya. Apa yang diperoleh dinilai sebagai sebuah hak absolute. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun