Mohon tunggu...
Anak Merdeka
Anak Merdeka Mohon Tunggu... Seniman - MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

ANAK MERDEKA BELAJAR DI MANA SAJA

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

15 November 2019   14:22 Diperbarui: 15 November 2019   14:31 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Assalamualaikum wr.wb salam sejahtera bagi kita semua.

Pertama-tama, tulisan ini adalah buah pikiran/opini dan kritikan terhadap apa yang saya amati terutama bidang literasi bahasa Indonesia.

Dalam dunia kepenulisan, saya seringkali mengamati kebiasaan sebagian orang terutama netizen dalam berkomunikasi di media sosial, dalam konteks ini adalah 'Mengetik'.

Persepsi mengetik di ranah media sosial secara garis besar adalah 'Tindakan berkomunikasi (chat dan sebagainya) seefisien, sesingkat dan secepat mungkin' dan hasilnya adalah ketikan yang penuh pangkasan huruf. Tidak elok dilihat, jauh dari estetika dan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. 

Saat ini adalah era milenial & SmartPhone, tak lagi era ponsel polyphonic yang notabene harus menyingkat teks karena pada masanya dibatasi oleh biaya SMS. KECUALI situasi yang sangat mendesak, darurat butuh kecepatan pesan singkat.

Dan satu lagi kekeliruan yang teramat-amat sering saya jumpai yaitu 'PREPOSISI' atau penghubung Adverbia/keterangan tempat dan penghubung Verba/kata kerja.

Contoh studi kasus :
1. Adverbia
- Aku lagi dirumah nih = di rumah
- Kamu ngapain disana = di sana

2. Verba
- Buah ini enak di makan loh = dimakan
- Makananku di ambil adik = diambil

Kekeliruan preposisi ini sering saya jumpai pada tulisan-tulisan di media promosi;  banner/spanduk/poster/selebaran dan aktivitas media sosial. Sekali lagi 'Tidak semua, tapi secara garis besar'. 

Sebenarnya masalah ini karena kurang efektifnya pengajaran seorang guru bahasa Indonesia semasa sekolah atau kurang faham/malasnya seorang murid? Bahkan lebih parahnya 'Ataukah unsur kesengajaan/apatis terhadap kaidah bahasa Indonesia meskipun sebenarnya tau dan sadar?' Andai saja berbahasa Indonesia yang baik dan benar (terutama tulisan/ketikan) tidak hanya diterapkan di ranah formal. 

Bukankah seharusnya kita cinta dan bangga dengan khazanah Indonesia yang diperjuangkan oleh para Pahlawan kita pada saat deklarasi Sumpah Pemuda khususnya BAHASA INDONESIA. Lalu, bagaimana wujud cinta dan bangga kita kalau hal-hal sepele tentang ketikan saja kita abai?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun