Mohon tunggu...
Ahmad Mutiul Alim
Ahmad Mutiul Alim Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Tertarik pada semua gejala sosial dan agama. Suka Travelling, Musik, dan Olahraga.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Stop Fobia Transmigrasi

24 November 2015   18:46 Diperbarui: 25 November 2015   10:39 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Transmigrasi bukan untuk ditakuti, melainkan sebuah kesempatan untuk meraih taraf kehidupan yang lebih baik (photo taken from http://kilasmaluku.com/wp-content/uploads/trans.jpg)"][/caption]

[caption caption="Transmigrasi bukan untuk ditakuti, melainkan sebuah kesempatan untuk meraih taraf kehidupan yang lebih baik (photo taken from http://kilasmaluku.com/wp-content/uploads/trans.jpg)"][/caption]

Transmigrasi. Ya, kata itu jarang sekali lewat dalam hirup-pikuk keseharian kita. Bukan karena orang tidak mengenal kata ini, melainkan terlalu ”mengerikan” untuk dibicarakan. Jika ditelisik, transmigrasi ditakuti bukanlah karena sekedar diam dan berpindah dari tempat asal menuju daerah tujuan, melainkan kekhawatiran meninggalkan sanak saudara, atau ketidak pastian kesejahteraan transmigran di lokasi tujuan. Belum lagi banyak bisik-bisik tetangga yang menambah keengganan masyarakat untuk bertransmigrasi, seperti ditempatkan di daerah yang terisolir, jauh dari fasilitas umum dan kebutuhan dasar, hingga asumsi sulit untuk bertahan hidup. Benarkah demikian?

Transmigrasi jika kita lihat dari arti harfiahnya kurang lebih bermakna perpindahan penduduk dari kawasan yang memiliki kepadatan tinggi menuju kawasan yang memiliki kepadatan rendah (ini yang saya dapatkan waktu SD). Transmigrasi dimunculkan sebagai tindak lanjut atas kepadatan penduduk yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, contohnya pulau Jawa. Kepadatan penduduk yang tidak stabil ini tentu dapat mengundang sejumlah masalah baru bagi pemerintah daerah, seperti tindak kriminalitas dan ketimpangan pangan.

Tindak kriminalitas, wajar kita jadikan indikator kepadatan penduduk. Betapa tidak, penduduk yang padat bersaing memperoleh pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Jumlah lapangan pekerjaan yang sangat terbatas, sangat memungkinkan tersisihnya orang-orang yang kurang memiliki kemampuan serta pengalaman yang cukup dalam dunia kerja, sehingga pengangguran pun tidak dapat dielakkan. Desakan ekonomi yang dibarengi dengan tuntutan kehidupan untuk memenuhi kebutuhan (sebagian besar dilandasi dengan niat yang buruk) melatari terjadinya berbagai jenis tindakan kriminal di daerah padat penduduk.

Sedangkan ketimpangan pangan terjadi ketika jumlah lahan yang terbatas tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Sehingga menimbulkan ketimpangan antara daerah produsen dengan daerah konsumen, terlebih untuk daerah-daerah yang kerap dilanda kekeringan, dan sulit untuk memproduksi pangan.

Dengan diterbitkannya Undang-Undang No.29 tahun 2009, pemerintah bertekad untuk melakukan pembangunan nasional secara bertahap melalui program transmigrasi. Program ini juga dimaksudkan untuk melakukan peningkatan kesejahteraan hidup serta menyokong pertumbuhan ekonomi masyarakat dari ambang kemiskinan. Bisa kita saksikan di berbagai media yang menyebutkan bahwa tingkat kemiskinan di negara kita masih tergolong besar. Dengan adanya program transmigrasi ini diharapkan mampu mengurangi jumlah kemiskinan di Indonesia.

Teruntuk mereka yang sulit mendapatkan pekerjaan di daerah asal karena kalah bersaing dengan yang lain, serta tidak mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga secara berkecukupan, transmigrasi merupakan solusi yang tepat. Menurut menteri Desa PDTT Marwan jafar, dengan program transmigrasi, para transmigran akan diberikan sejumlah modal untuk dikembangkan di daerah tujuannya. Paling tidak pemerintah akan memberikan tanah seluas 2 hektar, pelatihan dan penyuluhan keterampilan untuk dapat hidup di daerah transmigrasi, serta uang saku yang akan disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Itu belum ditambah dengan bantuan bibit, perlengkapan bertani, hingga fasilitas rumah yang lengkap dengan kamar mandi.

Trasmigrasi tidaklah seseram yang anda kira. Penghasilan para transmigran juga cukup bersaing dengan masyarakat umum atau masyarakat yang tinggal di perkotaan. Bahkan menteri Marwan mengaku penghasilan tertinggi transmigran sudah mencapai 860 juta pertahun. Luar biasa bukan? Pendatang yang harus beradaptasi dengan lingkungan dan budaya yang baru, mampu memperoleh penghasilan yang cukup tinggi. Daerah kawasan transmigrasi pun tidak sepenuhnya terisolir. Sebelum menempati kawasan yang dijadikan daerah transmigrasi, pemerintah telah menyiapkan rumah serta pasar desa, untuk mendukung pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat transmigran.

Hal ini dilakukan agar masyarakat transmigran mampu berkembang secara mandiri di daerah garapan baru tersebut. Jika program semacam ini terus berlanjut dan disambut baik oleh semua kalangan, maka misi pembangunan nasional dapat tercapai dengan cepat. Bagi transmigran, manfaat praktisnya adalah memperoleh pekerjaan serta garapan yang baru, sehingga muncul harapan baru pula untuk taraf kehidupan yang lebih baik. Sedangkan bagi daerah sasaran, program ini dapat menjadi percepatan pembangunan dan mengurangi angka kemiskinan di negara kita.

Jadi, tunggu apa lagi? Ayo transmigrasi!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun