Mohon tunggu...
Ahmad Mutiul Alim
Ahmad Mutiul Alim Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Tertarik pada semua gejala sosial dan agama. Suka Travelling, Musik, dan Olahraga.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Metromini Tertabrak Kereta? Wajar...

6 Desember 2015   16:46 Diperbarui: 6 Desember 2015   16:57 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sebuah metromini tertabrak KRL Bogor-Jatinegara di palang pintu Angke-Jakarta Utara (gambar dikutip dari postkotanews.com)"][/caption]Minggu pagi (6/12), Jakarta yang biasanya tenang, lengang, kini pecah oleh pemberitaan tertabraknya metromini oleh KRL yang melintas di palang pintu Angke-Jakarta Utara. Walhasil, rilis terbaru menyatakan 18 dari 24 orang tewas dalam kecelakaan tersebut, termasuk Asmadi, sang pengemudi metromini maut tersebut.

Jangan tanya bagaimana kondisi badan metromini naas tersebut, hancur remuk terbawa Kereta Commuter Line yang diketahui berkecepatan tinggi, hingga ke peron stasiun Angke. Dikutip dari detik.com, kronologi tertabraknya metromini berawal dari tindakan sopir yang tetap memaksa melewati palang pintu yang sudah tertutup. Dia (Asmadi) membawa bus memutari palang pintu agar bisa menerobos rel kereta.

Banyak orang yang meneriaki agar sopir menghentikan aksinya tersebut. Namun malang tak dapat dihindari, kereta yang sudah berjarak 50 meter dari bus yang dipenuhi penumpang tersebut, menabrak dan menyeret badan bus hingga ke peron. Bahkan badan bus terbelah dua setelah tergencet tembok peron.

Peristiwa ini sudah terlalu membosankan untuk digembor-gemborkan menjadi sebuah pelajaran. Peristiwa metromini tertabrak kereta bukan hal baru di ibu kota, melainkan cerita lama yang tidak pernah dijadikan pelajaran. Masih ingat metromini tertabrak KRL di palang pintu kereta di Pasar Minggu karena memaksa menerobos palang yang tertutup? Siapa yang salah dalam hal ini? Kereta yang memiliki kecepatan terlampau tinggi, atau sopir metromini yang memang tidak beradab itu?

Sudah 5 tahun saya di kota Jakarta. Kota yang memang sangat sibuk ketika pagi menjelang atau malam menutup hari. Memang masih sangat sebentar, namun tidak sedikit pengalaman saya menaiki metromini atau kopaja. Angkutan umum yang sangat terkenal di ibu kota, bahkan jauh sebelum transjakarta ada.

Ongkos murah dan mampu menjangkau tempat-tempat yang lebih spesifik menjadi pilihan banyak orang untuk menggunakan metromini atau kopaja. Dibandingkan transjakarta yang pemberhentiannya dibatasi oleh shelter-shelter yang tersedia, belum lagi tiket yang tidak bisa menggunakan uang cash, pengguna armada metromini dan kopaja masih lebih membludak dibandingkan moda transportasi yang kian digalakkan oleh pemerintahan Ahok tersebut. Meski masih ramai digandrungi penumpang, metromini dan kopaja tidak seramah yang anda bayangkan. Berikut hal yang paling sering dikaitkan dengan metromini dan kopaja

1. Biang Kemacetan

Tentu, kebiasaan ngetem yang sering dilakukan oleh sopir metromini/kopaja, menimbulkan kemacetan yang mengular. Pemerintah sudah menyediakan terminal-terminal yang sedianya digunakan untuk menarik penumpang, namun sopir-sopir nakal masih banyak yang menggunakan bahu jalan. Melihat dari sisi pragmatis, memang tidak akan menimbulkan masalah jika tidak merugikan masyarakat atau pengguna jalan lainnya.

Namun, jika berujung memicu kemacetan yang panjang, tentu bukan hal yang bisa ditolerir. Bahkan, terkadang hanya untuk menarik penumpang, sopir metromini/kopaja bisa memperlambat laju kendaraannya di lampu merah, agar bisa tidak melewati lampu hijau terlebih dulu. Sehingga lampu merah yang kedua kalinya dijadikan kesempatan untuk menarik penumpang lagi.

2. Ugal-ugalan

Tren ugal-ugal tidak bisa dilepaskan dari metromini/kopaja. Demi merebut penumpang, sang sopir kerap beradu kecepatan dengan penngemudi metromini/kopaja lainnya. Mencari penumpang pun terkadang tidak menjadi alasan sopir metromini berugal-ugalan di tengah jalanan jakarta. Sering saya temui, tanpa ada pesaing metromini/kopaja yang sedang mengejar, sopir metromini/kopaja memacu kecepatan tinggi di jalan raya. Saya rasa ini sudah termasuk hobi yang sewaktu-waktu dapat mengancam keselamatan penumpang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun