Mohon tunggu...
Ainun Naim
Ainun Naim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Kimia UII

Saya adalah mahasiswa S1 Kimia UII, minat saya adalah pada bidang sains, desain grafis dan penulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menanamkan Pola Berpikir Sistemis dengan Prinsip Sistem Keseimbangan (Zero Sum Game) Sebagai Upaya Meningkatkan Efektifitas dan Efisiensi Program Kegiatan pada Komunitas Peduli Lingkungan

5 Februari 2021   00:57 Diperbarui: 5 Februari 2021   14:17 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

             Menurut Muhamadi et al. (2001) dan Kendall (2010) sebuah sistem berkembang dari sesuatu yang sederhana sampai lengkap. Sederhana yang dimaksud adalah bahwa sistem merupakan interaksi dari elemen-elemen yang berhubungan satu sama lain. Elemen tersebut dapat berupa benda, orang, lingkungan atau konsep pemikiran.

             Menurut Amirin (1989), dalam suatu sistem ada beberapa tingkatan berpikir dalam menyelesaikan suatu masalah sesuai dengan kemampuannya. Jenjang yang paling rendah adalah berpikir dan mengambil tindakan berdasarkan kejadian (event) yang dialami. Pada kasus tersebut keputusan yang didapat masih sederhana. Maka, umumnya keputusan yang didapatkan masih lemah karena hanya berbasis pada suatu kejadian saja. Jenjang kedua adalah keputusan yang diambil berdasarkan sejumlah kejadian dalam suatu elemen yang terkait serta tren atau kecenderungan dari kejadian yang pernah muncul. Kecenderungan yang didapat dari sebuah kejadian diresume untuk dijadikan sebagai pertimbangan dalam menentukan tindakan. Jenjang yang ketiga adalah berpikir sistem yang termasuk ke dalam jenjang tertinggi dalam konsep penyelesaian masalah. Jenjang berpikir sistem diawali dengan mengidentifikasi  kejadian. Selanjutnya, mengolah kejadian-kejadian dan proses tersebut dalam bentuk tren atau kecenderungan perkembangan. Jadi pola pikir sistem mendasarkan pada hasil eksplorasi menyeluruh terhadap suatu masalah dengan data-data perkembangan dari komponen atau elemen secara komperhensif atau menyeluruh.

          Menurut Maryono (2014) sebuah sistem dapat dikatakan hidup dan berkelanjutan, apabila sistem tersebut mengaplikasikan prinsip zero sum game, yang artinya elemen-elemen yang terlibat dalam interaksi tersebut tidak ada yang dirugikan maupun salah satunya diuntungkan. Jika suatu proses interaksi antar elemen-elemen berlangsung dan terdapat salah satu elemen dirugikan, maka keberlangsungan interaksi tersebut akan bertahan tidak terlalu lama. Elemen yang dirugikan dalam interaksi tersebut akan kehilangan sumber daya (energi, materi dan informasi ) sehingga tidak mampu melakukan reaksi balik atau aksi positif yang dapat menggerakkan interaksi dalam proses sistem tersebut.

  

 

                 Zero sum game menggambarkan situasi dimana perolehan atau kehilangan satu elemen sama dengan perolehan atau kehilangan elemen lainnya. Zero sum game menggambarkan jumlah antara kerugian dan keuntungan menghasilkan nilai nol. Sebuah rumus sederhana dari zero sum game adalah jika ada elemen yang diuntungkan maka ada satu elemen yang dirugikan, maksudnya adalah kedua elemen harus seimbang antara kerugian dan keuntungan yang diperoleh (Goenawan, 2006).

                 Sebaliknya, dalam prinsip non zero sum game jika dijumlahkan antara keuntungan dan kerugian, maka tidak akan bernilai nol. Apabila secara terus menerus prinsip tersebut diterapkan maka akan ada elemen yang selalu dibebankan atas keuntungan elemen lainnya (Salvatore, 2007). Karena tidak terjadi keseimbangan antara kedua elemen yang terlibat dalam interaksi sistem tersebut, keuntungan satu elemen belum menguntungkan elemen lainnya ( James, 2015).

                Prinsip zero sum game dapat diterapkan dalam sistem apapun. Sebagai contoh menurut Maryono (2014), prinsip zero sum game dapat diterapkan pada sistem sosial yang berlangsung terus menerus dan tidak menyebabkan kerusakan sosial. Prinsip zero sum game pada sistem sosial ini diterapkan untuk menekan jumlah kerusakan sosial seperti kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, kesenjangan sosial dan lain-lain. Sistem sosial yang bersifat otoriter, sekterian, atau apharteid telah terbukti menyebabkan kerusakan sosial dan kontraproduktif. Hal tersebut terjadi Karena sistem tersebut tidak zero sum game, dimana ada elemen sistem yang dirugikan dan salah satu elemen sistem yang diuntungkan.

               Dari salah satu contoh penerapan prinsip zero sum game tersebut, sangat memungkinkan jika prinsip zero sum game diterapkan pada sistem lingkungan. Melalui pengembangan dan penerapan pola pikir zero sum game pada komunitas peduli lingkungan yang kemudian dapat diterapkan kepada masyarakat secara luas. Peran komunitas peduli lingkungan bisa sebagai mediator dan garda terdepan dalam melindungi keberlanjutan lingkungan melalui prinsip zero sum game (Maryono, 2014).

               Sebagai contoh kasus, sebuah perusahaan kertas yang melakukan upaya penebangan pohon hutan secara terus menerus untuk dijadikan sebagai bahan baku produksi, maka pada kasus ini elemen yang menguntungkan adalah perusahaan kertas dan elemen yang sangat dirugikan adalah hutan atau lingkungan. Hal tersebut bukan merupakan prinsip zero sum game, karena ada salah satu perusakan antara kedua elemen itu dan akan berakibat pada berhentinya proses dalam sistem tersebut. Maka di sini lah peran komunitas peduli lingkungan dibutuhkan, dengan prinsip pola pikir zero sum game yang intinya tidak ada pihak saling diuntungkan dan dirugikan. Sebagai contoh peran aktif komunitas peduli lingkungan bisa sebagai mediator antara kedua elemen yang terlibat dan mengarahkan kepada prinsip zero sum game, bisa juga sebagai problem solver yang dapat menjembatani kedua elemen dalam menemukan solusi permasalahan. Dengan prinsip ini setidaknya bisa mengurangi berbagai masalah yang timbul dari sistem lingkungan (Maryono, 2014).  

               Kemudian sebagai contoh kasus penerapan pola pikir prinsip zero sum game misalnya sistem antara petani dan hutan. Dimana petani diharuskan melakukan reboisasi dan konservasi hutan secara teratur agar hutan tersebut dapat mengalirkan air dan zat hara yang cukup ke lahan petani. Contoh selanjutnya perusahaan kertas yang secara rutin melakukan reboisasi dan konservasi hutan serta lingkungan, kemudian aktif menanam dan merawat hutan pohon, mengetahui undang undang lingkungan dan aturan penebangan pohon serta memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar yang terdampak. Maka hal tersebut bisa mengurangi permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh perusahaan-perusahaan kertas (Maryono, 2014).

          Dengan prinsip pola pikir zero sum game yang tertanam kuat pada komunitas peduli lingkungan yang akan secara tidak langsung tahap demi tahap akan menjadi kebiasaan di masyarakat, maka bukan tidak mungkin permasalahan-permasalahan yang sering muncul dalam sistem lingkungan bisa dikurangi bahkan dihilangkan. (Maryono, 2014).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun