Sebagian besar masyarakat menganggap bulan Pebruari, tepatnya tanggal 14 identik dengan hari kasih sayang (Valentine's Day) selanjutnya disingkat V-Day.Â
Hingar bingar sudah nampak di sana sini, mulai dari sudut pusat perbelanjaan, dan pusat hiburan dipenuhi atribut-atrbiut serba pink, promo dan slogan-slogan tentang kasih sayang yang turut menyemarakkan hari bertemakan kasih sayang tersebut.Â
Di sisi lain, umat Islam (terutama remaja) dengan tanpa beban latah turut serta menyemarakkan meskipun hanya bertukar hadiah cokelat ataupun sekedar mengucapkan Happy Valentine dan sebagai life style remaja millenial.
Menengok sejarah kelahiran V-Day, tidak ada hubungan nya sedikitpun dengan budaya (hadhoroh) Islam. Mengutip wikipedia (2019) di Roma kuno 15 Februari adalah hari raya Lupercalia, sebuah perayaan Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing.Â
Sebagai bagian dari ritual penyucian, para pendeta Lupercus meyembahkan korban kambing kepada sang dewa dan kemudian setelah minum anggur, mereka akan lari-lari di jejalanan kota Roma sembari membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai.
Cerita hari valentin memiliki latar belakang yang tidak jelas sama-sekali, baik dari alur ceritanya maupun waktu kejadian nya , perhatikan abad terjadinya sejarah walaupun ada nama cerita tokoh pelaku yang sama. Persepsi kita lah yang menganggap seolah-olah bermakna, seakan-akan hari keramat dan sepertinya berdosa bila tidak larut merayakan nya.Â
Budaya Sekularime
V-Day merupakan entry point yang tumbuh subur dalam masyarakat sekularisme. Sekularisme adalah ideologi yang muncul dari proses Sekularisasi. Dalam kamus The New International Webster's Compeherensive Dictionary of the English Languange, mengartikan Secularism : terkait dengan keduniaan dan menolak nilai-nilai spiritual. Harvey Cox (teolog AS) menyebutkan sekularisasi adalah pembebasan manusia dari proteksi agama dan metafisika, pengalihan dari alam lain kepada dunia ini. (Secularization is the liberation of man from religious and metaphysical tutelage, the turning of this attention away from other worlds and toward this one).
Seorang ulama dan pemikir Syekh Taqiyuddin An Nabhany mendefinisikan sekularisme fashluddin 'anil hayat, fashluddin 'anid Daulah ( memisahkan agama dari urusan dunia, memisahkan agama dari aturan negara).
Dr. Camile Al-Hajj mengatakan "Al-'Ilmaniyah" (Sekularisme), adalah gerakan yang muncul akibat konflik sejarah yang terjadi antara Gereja dan kekuasan di Eropa. Untuk memisahkan antara Agama dan Negara disatu sisi, serta pemisahan antara ajaran-ajaran Gereja dan ilmu pengetauhan disisi lain.
Sekularisme secara masif di negeri muslim berawal sejak keruntuhan khilafah Turki Utsmani 1924. "Spirit Kemalis" yang enam prinsip dasar menjadi pilar filsafat politik dan dasar Republik sekuler Turki, yakni: Republikanisme,Nasionalisme,Populisme,Etatisme, Sekularisme, dan Revolusionalisme. Dijajakan para kolonialisme Barat terhadap negeri-negeri Islam yang bertujuan mencabut Islam ke akar akarnya.Â