Mohon tunggu...
Ana nur
Ana nur Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Ana

Ana Nurjanah

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Khalifah, Kader Sains Menggenggam Dunia

19 Februari 2020   04:52 Diperbarui: 19 Februari 2020   04:59 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

ALLAH SWT menciptakan alam semesta dan menentukan fungsi-fungsi dari setiap elemen alam ini. Mata hari punya fungsi, bumi punya fungsi, udara punya fungsi, begitulah seterusnya; bintang-bintang, awan, api, air, tumbuh-tumbuhan dan seterusnya hingga makhluk yang paling kecil masing-masing memiliki fungsi dalam kehidupan.

Agama Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai hamba Allah (`abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi. Sebagai hamba Allah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan. Oleh karena itu, tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan berpasrah diri kepada-Nya. Tetapi sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah Maha Besar maka manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi memiliki tanggung jawab dan otoritas yang sangat besar.

Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk manusia. Sebagai wakil Tuhan manusia juga diberi otoritas ketuhanan; menyebarkan rahmat Tuhan, menegakkan kebenaran, membasmi kebatilan, menegakkan keadilan, dan bahkan diberi otoritas untuk menghukum mati manusia. Sebagai hamba manusia adalah kecil, tetapi sebagai khalifah Allah, manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, manusia dilengkapi Tuhan dengan kelengkapan psikologis yang sangat sempurna, akal, hati, syahwat dan hawa nafsu, yang kesemuanya sangat memadai bagi manusia untuk menjadi makhluk yang sangat terhormat dan mulia, disamping juga sangat potensil untuk terjerumus hingga pada posisi lebih rendah dibanding binatang.

Kekhalifaan manusia (wakil Tuhan di bumi) menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam sesuai dengan petunjuk-petunjuk Ilahi yang tertera dalam wahyu-wahyuNya. Khusus mengenai interaksi manusia dengan alam, tidak serta merta tanpa aturan maupun prosedur. Manusia harus menjaga keseimbangan alam, saat ini banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dilingkungan sekitar, seperti: Saat ini banyak bahan-bahan pencemar yang mengganggu lingkungan. Bahan pencemar yang sering menjadi perhatian adalah ion-ion logam berat, seperti kromium (Cr). Efek samping kromium terhadap kesehatan adalah jika terjadi kontak langsung dengan kulit (iritan), kontak mata (iritasi), Jika terhirup akan menghasilkan iritasi pada gastro-intestinal atau saluran pernapasan, ditandai dengan rasa terbakar, bersin dan batuk. Akibat dampak buruk yang diakibatkan oleh Cr(VI) maka pemerintah mengeluarkan PP No. 82 tahun 2001 mengenai kadar maksimum kromium total untuk keperluan air baku air minum dan kegiatan perikanan sebesar 0,05 mg/L.

Logam kromium merupakan salah satu logam berat yang merupakan polutan. Kromium ada di perairan alami diubah dalam dua keadaan yaitu, Cr(VI) dan Cr(III) (Testa, dkk., 2004). Spesies ion Cr(III) merupakan suatu spesies yang ada dalam makanan yang digunakan untuk mengontrol metabolisme glukosa dan lipid dalam membran sel, sedangkan ion Cr(VI) memiliki sifat karsinogenik dan mutagenik serta sangat beracun bagi makhluk hidup (Hug, dkk., 1997)

Logam Cr yang masuk ke lingkungan dapat berasal dari berbagai sumber, tetapi sumber umum yang diduga paling banyak berpengaruh yaitu dari aktivitas industri, pertambangan, kegiatan rumah tangga dan zat sisa pembakaran serta mobilitas bahan bakar. Toksisitas dan mobilitas kromium dalam lingkungan perairan bergantung pada keadaan oksidasinya (Testa, dkk., 2004). Tingkat toksisitas Cr(VI) sekitar 100 kali dibandingkan dengan Cr(III) sehingga Cr(VI) harus direduksi menjadi Cr(III) untuk menurunkan toksisitasnya. Cr(VI) mudah larut dalam air dan membentuk divalent oxyanion yaitu kromat (CrO42-) dan dikromat (Cr2O72-) yang dapat menyebabkan penyakit ginjal dan kanker paru-paru. Sedangkan Cr(III) mudah diendapkan atau diabsorbsi oleh senyawa-senyawa organik dan anorganik (Wang, dkk.., 2010).

Metode pengolahan limbah kimia Cr(VI) yang selama ini sudah banyak dikembangkan yaitu menggunakan metode adsorpsi, pertukaran ion. Metode tersebut relatif sederhana dan efektif, tetapi memiliki kelemahan yaitu pada saat proses adsorbsi atau pertukaran ion, Cr(VI) hanya berpindah dari larutan ke adsorben atau resin penukar ion. Selanjutnya diperlukan pengolahan limbah kembali Cr(VI) yang terperangkap pada padatan adsorben atau resin penukar ion dan padatan adsorben atau bahan penukar ion yang sudah jenuh. Dari kelemahan metode pengolahan limbah yang telah ada, maka sebagai alternatif dikembangkan metode fotoreduksi yang relatif murah dan mudah diterapkan. Metode fotoreduksi menggunakan cahaya lampu UV yang dapat mereduksi Cr(VI) yang sangat berbahaya bagi lingkungan.

Berdasarkan penelitian sebelumnya (Irawan, dkk., 2016) menyatakan bahwa katalis Fe dapat mereduksi kromium dan (Hug, dkk., 1997) membuktikan bahwa menggunakan katalis Fe(III) dengan penambahan asam oksalat dan asam sitrat dapat mereduksi ion Cr(VI). Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan uji efektivitas katalis Fe(III) dengan penambahan asam oksalat (reduktor) dalam proses fotoreduksi Cr(VI) menjadi Cr(III). Perbedaan penelitan ini dengan penelitian sebelumnya yaitu dimana penelitian dilakukan menggunakan asam oksalat dari ekstrak tongkol jagung dan reaktor  dengan tengangan lampu UV 30 Watt dengan variasi massa, waktu, katalis dan konsentrasi.

Seorang kader HMI harus peka terhadap permasalahan lingkung, karena ini merupakan masalah yang serius. Maka solusi dari penulis yaitu mereduksi logam berat Krom dilinggukan menggunakan asam oksalat dari tongkol jagung. jika limbah tersebut telah reduksi, maka air limbah yang mengaliri di pemukiman masyarakat insya allah aman digunakan dalam kegiatan sehari-hari.

Semoga solusi ini bermanfaat, saatnya HMI bergerak, bukan hanya sekedar retorika ataupun membuat konsep. Tapi yang diperlukan tindakan yang nyata.

Jaga lingkugan -- Indonesia maju, YAKUSA.......

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun