Mohon tunggu...
Armin Mustamin Toputiri
Armin Mustamin Toputiri Mohon Tunggu... Politisi - pekerja politik

Menuliskan gagasan karena ada rekaman realitas yang menggayut di benak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Puasa Ujian Kejujuran Diri (17)

5 Juli 2015   05:17 Diperbarui: 5 Juli 2015   05:17 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

KETIKA KHATIB DIMINTAI SEDEKAH

Oleh Armin Mustamin Toputiri

Diam-diam, saya sedang memendam kecemburuan pada seorang kolega kerja di parlemen. Ia berasal dari parpol berazaskan Islam, sebab itu selain terpilih mengemban amanah rakyat, ia juga tetap menunaikan tugasnya sebagai seorang muballig, yaitu da’i atau khatib. Ia tidak hanya berdiri di atas mimbar sekian jumlah masjid, tapi juga selalu dimintai menyampaikan ceramah keagamaaan Islam tentang ajaran kebaikan dan nilai-nilai luhur serta kebenaran.

Ia menekuni perannya sebagai seorang muballig secara sungguh-sungguh dan tanpa pamrih, sementara pada saat yang bersamaan ia juga mengemban tugas sebagai seorang legislator. Keduanya ia tunaikan secara seiring sejalan, tanpa ada yang ia tepikan ataupun ia lebihkan. Keduanya ia jalankan penuh perhatian dan totalitas yang nilainya sama. Ketika menghadiri buka puasa bersama misalnya, ia pamit lebih awal. Ia masih punya jadwal ceramah tarwih.

Kehebatannya mengatur jadwal diantara dua kegiatannya itulah yang seringkali membuat saya cemburu. “Mari kita kerjakan urusan dunia seolah-olah kita akan hidup selamanya, dan mari kita kerjakan akhirat seolah-olah kita akan mati besok”, jelasnya ketika suatu kali saya tanyakan bagaimana ia mampu mengatur jadwal diantara dua kegiatannya itu. “Resepnya sangat sederhana”, ujarnya. “Kerjakan secara ikhlas, sehingga tidak terbebani”, lanjutnya.

Demikian resepnya, meski ia mengakui bahwa kedua kegiatannya itu tidak pernah lepas dari tantangan. Misalnya, suatu waktu ia menyampaikan khutbah Jumat, isi materi disampaikan tentang seruan berzakat. Tapi ketika ia ingin meninggalkan masjid, depan pintu ia dihadang seorang yang memintainya sedekah. “Ustadz tadi kan, cermah zakat”, kata si peminta. Wah, untung saja ia diselamatkan dari uang gajinya di parlemen yang masih tersimpan di kantong.

Faisal-Makassar, 16 Ramadhan 1436 H/03 Juli 2015 M.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun