Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rizal Ramli Punya Jurus Rajawali Ngepret Karena Ada Conspiracy of the Heart

16 November 2015   22:01 Diperbarui: 16 November 2015   22:11 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


(Ilustrasi: Abdul Muis Syam)

KALAU saat ini Rizal Ramli bisa tampil bagai Rajawali perkasa yang begitu sangat tegas mengepret seluruh kebijakan sejumlah menteri maupun pejabat tinggi negara lainnya lantaran dinilai bisa merugikan negara, maka itu tidak lain karena “Sang Rajawali” ini digerakkan oleh sebuah konspirasi dari dalam dirinya, yakni konspirasi dari hati.

Sehingga jurus Rajawali Ngepret yang dilakukan Rizal Ramli ini bukanlah sesuatu yang mengada-ngada atau sengaja dibuat-buat untuk kepentingan golongan tertentu. Sebab, daya dorong jurus Rajawali Ngepret ini sama sekali bukanlah dari konspirasi politik, melainkan konspirasi dari hati.

Konspirasi dari hati dapat diterjemahkan sebagai kekuatan murni dari hati yang terbangun secara bathin, senasib juga sepenanggungan, dan secara alami terjalin kesepakatan moral yang ditopang oleh pandangan (pikiran) yang seia-sekata. Dan konspirasi ini hanya dapat konsisten digerakkan jika hati dan pikiran telah benar-benar menyatu satu sama lain (individu).

Olehnya itu, pergerakan yang didorong oleh konspirasi dari hati tidaklah harus membutuhkan berbagai petunjuk atau doktrin-doktrin khusus yang lazim menjadi penekanan dalam konspirasi politik. Dan inilah salah satu yang membedakan antara konspirasi dari hati dengan konspirasi secara politik.

“Nggak perlu petunjuk kalau kita ada Conspiracy of the Heart, konspirasi dari hati. (Jika) Ingin Indonesia lebih baik, yang lebih hebat, nggak (perlu) neko-neko dan nggak perlu petunjuk-petunjukan,” tutur Menko Rizal Ramli pada suatu acara diskusi di salah satu TV swasta.

Pada acara tersebut, Rizal Ramli mengemukakan satu contoh sederhana tentang Conspiracy of the Heart. “Saya ingat ucapan Gus Dur suatu  hari panggil saya di Ciganjur, sudah nggak jadi Presiden.  Gus Dur bilang, Rizal kita jarang ketemu, tapi saya ikutin kok setiap langkah kamu, kamu ikutin setiap langkah saya. Kalau ada apa-apa dengan saya, kamu pasti datang belain. Demikian juga sebaliknya,” ujar Rizal mengutip ungkapan Gus Dur.

Dari ungkapan tersebut, terselip adanya sebuah warna konspirasi dari hati. Yakni, tanpa diberi atau mendapat arahan maupun petunjuk, Gus Dur dan Rizal Ramli nyatanya senantiasa mampu memahami “komunikasi bathin” yang memang secara alami telah terbentuk dalam konspirasi dari hati tersebut.

Dan konspirasi dari hati pada diri Rizal Ramli tidaklah terbentuk secara instan dan tidaklah muncul secara temporer dalam momen-momen tertentu saja, melainkan memang telah terbangun dan tergerak sejak dahulu kala melalui tempaan alam, bukan dari hasil penggodokan partai politik tertentu.

Tengok saja catatan hidup Rizal Ramli. Orang-orang tentu takkan bisa membayangkan bagaimana seorang bocah bernama Rizal Ramli yang masih berusia 7 tahun bisa membimbing dirinya sendiri, karena pada usia tersebut ia telah kehilangan kedua orangtuanya. Dari situ, pada usia 7 tahun tesebut boleh jadi Rizal Ramli sudah membangun konspirasi dari hati untuk melangkah ke arah yang tepat meski tak lagi mendapat petunjuk dari kedua orangtuanya.

Begitupun ketika berhasil lulus masuk sebagai mahasiswa ITB, Rizal Ramli yang sudah banting-tulang membiayai pendidikannya sendiri, bukannya serius menghabiskan waktunya untuk semata belajar saja, tetapi ketika itu ia malah lebih banyak terlibat sebagai seorang aktivis mahasiswa. Bahkan ia kerap tampil berdiri di baris terdepan memimpin demonstrasi mahasiswa menentang kekuasaan otoriter Orde Baru serta menolak tegas Soeharto untuk kembali menjadi presiden. Sehingga dari aksinya tersebut, Rizal pun akhirnya harus mendekam di sel tahanan. Namun dari situ pula, konspirasi dari hati yang terbentuk pada dirinya tentu dirasakannya lebih matang, dan seterusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun