Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rizal Ramli Pro-Rakyat, Dibenci Mafia dan Rezim “Banditisme”

5 Agustus 2016   09:01 Diperbarui: 5 Agustus 2016   23:19 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“RIZAL Ramli adalah salah satu sosok penghalang terbesar yang tak pernah berhenti melawan pemerintah yang banyak berpihak dan melindungi kita.”

Kira-kira begitulah ungkapan dan pandangan secara turun-temurun di lingkungan para mafia (seperti mafia Berkeley, Pengpeng, mafia beras, mafia migas, mafia reklamasi, dsb) juga dengan para politikus busuk beserta para begundalnya terhadap diri Rizal Ramli.

Yaaa...., para pejabat “banditlah” yang sangat kekenyangan di negeri ini. Mereka saling “menyuapi” dengan para mafia, politisi busuk serta para begundalnya. Dan ketahuilah, itu sudah berlangsung sejak dulu.

Sementara jeritan dan tangisan kesengsaraan si miskin di emperan-emperan toko, juga dari balik gubuk kumuh dan tembok-tembok rapuh perumahan kredit (kontrakan), hingga kini nyatanya masih terus meraung-raung. Mereka dikejar-kejar, digusur, tanah dan lahan mereka dirampas paksa di negerinya sendiri tanpa diberikan kompensasi yang sesuai.

Katanya uang yang dikelalola oleh pemerintah (APBN) adalah uang rakyat. Tapi lihatlah betapa para kakek-nenek renta dan anak-anak yatim-piatu justru terus bermunculan menjadi pengemis dan peminta-minta sumbangan, mereka masih terus berkelana mengetuk door to door (pintu mobil dan rumah).

“TEMBOK KESENJANGAN”

SELAIN menjadi pengemis, juga tak sedikit yang terpaksa harus menjadi pelacur, juga preman, hanya untuk mengais sekeping uang demi mempertahankan hidup di balik TEMBOK KESENJANGAN (antara si miskin dan si kaya, juga antara rakyat dan pemerintah) yang kini justru semakin tinggi dibangun oleh pemerintah itu sendiri.

Dan tembok kesenjangan itulah yang telah menghalangi telinga pemerintah untuk dapat mendengar jeritan kesengsaraan sepanjang tahun dari si miskin. Kalau pun suara jeritan itu terdengar,  boleh jadi itu hanya bagai sebuah nyanyian pengantar tidur bagi para pejabat “bandit” di negeri ini.

Dan ketahuilah, di balik tembok kesenjangan itu pula, terdapat pemerintahan yang dihuni oleh para bandit dan mafia yang begitu sangat sibuk melakukan perundingan, yakni perundingan yang “kemasan dan labelnya” tertulis rakyat, tetapi isinya konglomerat.

Sehingga memang di mata pemerintahan “bandit” orang seperti Rizal Ramli tak pantas “diikutkan” dalam perundingan seperti itu di balik tembok tersebut. Dan terbukti, Rizal Ramli nyatanya memang berhasil disingkirkan setelah dianggap banyak “berteriak” dari balik tembok tersebut karena menyampaikan berbagai indikasi “kongkalikong” yang berpotensi merugikan negara kepada rakyat.

RIZAL RAMLI DARI MASA KE MASA
SELALU DIBENCI OLEH PARA MAFIA DAN REZIM “BANDIT”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun