Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Indonesia Bisa Digdaya Bersama Jokowi atau Prabowo Jika Ini Wapresnya

21 Maret 2014   15:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:40 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Abdul Muis Syam: Jargon dan Montase KEJORA= KEmilau Jokowi rizal RAmli (Sumber: photobucket.com)

TANPA bermaksud menyepelekan sosok Capres maupun figur lainnya, bahwa dengan melihat kondisi sampai hari ini, maka hanya terdapat tiga sosok Capres yang lebih dinilai mampu membawa perubahan di negeri ini secara membaik. Ketiga sosok tersebut adalah Jokowi, Prabowo, dan Rizal Ramli. Dari ketiga sosok tersebut, hanya Rizal Ramli memang yang tidak memiliki partai atau tidak sedang dinaungi oleh salah satu parpol mana pun, sehingga sosok mantan Menko Perekonomian ini dianggap kesulitan menembus posisi Capres karena terhalang oleh sistim perpolitikan di negeri ini. Namun dalam kondisi seperti itu, bukan berarti langkah Rizal Ramli samasekali harus terhenti begitu saja. Para pendukungnya pun mengarahkan mantan Menkeu ini untuk ikut dalam Konvensi Rakyat. Dan terbukti, dari tahapan seleksi serta rangkaian kegiatan Komite Konvensi Rakyat melalui Debat Publik yang telah digelar di sejumlah kota besar menempatkan Rizal Ramli sebagai Kandidat Capres 2014 yang paling ideal. Dari setiap debat publik yang telah digelar oleh Komite Konvensi Rakyat tersebut, Rizal Ramli sangat nampak sebagai Kandidat Capres yang paling menonjol, yakni sangat jelas terlihat sebagai sosok yang memiliki integritas, kapasitas dan kapabelitas yang amat tinggi. Para pendukungnya pun bermunculan secara spontan, bukan hanya di tiap-tiap kota tempat diselenggarakannya debat publik, tetapi juga bermunculan secara “alami” (bukan karena parpol) dari tingkat bawah di seluruh daerah di tanah air. Terlebih karena sejauh ini Rizal Ramli juga memang diakui sebagai sosok yang memiliki rekam jejak yang sangat positif dan inspiratif. Artinya, meski dulu hanya sedikit (singkat) waktunya menjadi pejabat, namun kinerjanya terbilang tinggi. Dan ia bisa menjadi tokoh nasional adalah bukan karena parpol, bukan pula karena orangtua atau mertua. Sehingga ketangguhan kemandirian Rizal Ramli tentunya telah sangat teruji, sebab sejak usia 7 tahun ia sudah menjadi anak yatim-piatu yang tahan "bantingan". Olehnya itu, anggota penasehat ekonomi PBB (badan dunia) ini sesungguhnya tidaklah bisa disepelekan begitu saja hanya karena alasan tidak berasal dari parpol tertentu. Justru dengan tidak berpartai, posisi Rizal Ramli dinilai sangat kuat sebagai sosok yang amat diminati oleh rakyat. Sebab bukankah sebagian besar rakyat saat ini sudah menaruh rasa tidak percaya lagi kepada parpol?! Olehnya itu, tampilnya Rizal Ramli sebagai sosok yang juga mendapat aspirasi agar dapat dimajukan dalam Pilpres 2014 sesungguhnya bisa menjadi angin segar bagi parpol untuk kembali meraih kepercayaan dari rakyat. Dan karena saat ini Jokowi telah ditunjuk sebagai Capres dari PDIP, juga dengan Prabowo sebagai Capres tunggal dari Gerindra, maka selanjutnya kedua Capres ini melalui parpol masing-masing tentu saja harus lebih selektif dan benar-benat cermat dalam menentukan siapa yang paling cocok dan layak ditunjuk sebagai Cawapres, tidak asal menurut selera sendiri-sendiri. --(Dan hal ini juga berlaku pada parpol lainnya). Artinya, dalam mencari dan menentukan sosok Cawapres, Jokowi melalui PDIP maupun Prabowo melalui Gerindra, tentunya harus dengan jujur mempertimbangkan selera rakyat serta harus sesuai dengan tuntutan kehendak zaman yang betapa menghendaki adanya sosok pemimpin yang mampu memecahkan permasalahan-permasalahan negara, terutama masalah-masalah ekonomi bangsa. Lalu siapa Cawapres yang amat cocok dan pantas menjadi pendamping Jokowi ataupun Prabowo? Sejauh ini beberapa pihak memang sudah ada yang menjodoh-jodohkannya dengan sejumlah sosok agar dapat disandingkan dengan kedua Capres ini. Tetapi dari semua sosok yang ada, maka menurut saya sungguh sangatlah tepat jika memilih DR. Rizal Ramli. Kenapa? Mari kita analisa dengan meraba berbagai resiko atau dengan segala kemungkinan untuk kepentingannya di kelak kemudian hari. Bahwa menurut pandangan saya, kelak kepemimpinan Jokowi ataupun Prabowo tidak akan mendatangkan sesuatu yang signifikan dan bahkan melemah jika berpasangan dengan seseorang yang telah berumur sangat senja meski sebagai pengusaha papan atas sekali pun. Sebab, pekerjaan dan tugas-tugas negara ke depan diyakini akan sangat membutuhkan energi (memeras otak, memeras keringat) yang tidak sedikit. Kita tidak ingin pemimpin kelak lebih banyak diurus oleh rakyat karena mungkin sudah sakit-sakitan, atau mungkin akan lebih banyak memikirkan kelangsungan dan kejayaan perusahaannya. Itu yang pertama. Yang kedua, Jokowi maupun Prabowo tidak cocok berpasangan dengan seseorang yang lebih kuat. Lebih kuat yang dimaksud dalam hal ini adalah memiliki kekuatan berupa: kekuatan parpol, kekuatan finansial, apalagi memiliki kekuatan media-massa. Sebab, jangan lupa, bahwa pencapaian kedudukan sebagai kepala negara adalah timbul akibat dari  proses politik. Sehingga itu Presiden dan Wakil Presiden juga disebut jabatan politik. Bukankah wajah politik kita saat ini sangat cenderung (gampang) "digoyang" oleh kekuatan parpol, finansial, dan juga kekuatan media-massa..??? Olehnya itu, Jokowi maupun Prabowo (dan ini juga berlaku bagi seluruh capres dari semua parpol) sangat perlu menghindari berpasangan dengan seseorang yang memiliki kekuatan yang lebih besar. Sebab, sangat memungkinkan bisa terjadi gesekan politik dalam perjalanannya kelak. Dan ini pula mungkin salah satu alasan mengapa pada periode kedua, SBY lebih memilih berpasangan dengan Boediono ketimbang harus mempertahankan berpasangan dengan JK. Yang ketiga, ini khusus Jokowi. Bahwa Jokowi tidaklah cocok berpasangan dengan seseorang yang berasal dari kalangan militer. Sebab, kelak ini sangat bisa mengancam posisi Jokowi nantinya, atau dapat dilumpuhkan oleh “syahwat” kekuasaan militer melalui gerakan kudeta, yang sebelumnya bisa dimulai dari skenario di panggung politik dengan memunculkan setitik persoalan kecil. Sehingga itu, lebih baik mencegah daripada mengobati. Tetapi Presiden sipil berpasangan dengan Wakil Presiden dari militer tidak akan jadi masalah bagi Partai Demokrat. Sebab di sana ada SBY. Satu catatan yang bernuansa “andai-andai” dari saya yang sangat perlu diantisipasi oleh seluruh parpol (tidak termasuk Demokrat). Bahwa, andai pasangan sipil-militer yang dimajukan, lalu pasangan ini yang berhasil menang, dan di saat bersamaan andai demokrat mengalami kekalahan pada Pemilu 2014, maka sangat perlu diwaspadai terjadinya gesekan politik yang akan berujung pada kudeta. Olehnya itu, satu-satunya sosok yang paling aman untuk dijadikan pendamping buat Jokowi maupun bagi Prabowo dalam menjalankan roda pemerintahannya kelak untuk sukses 5 tahun ke depan adalah DR. Rizal Ramli. Sebab, sebagai sosok ekonom senior yang kini telah berada di level internasional, maka ide maupun gagasan-gagasan Rizal Ramli tentu diyakini sudah sangat matang hanya untuk fokus bekerja dan menjalankan tugas-tugas kenegaraan membantu presiden, khususnya dalam meningkatkan perekonomian di negara ini. Terlebih karena memang Rizal Ramli pula tidaklah bernaung dalam parpol mana pun, maka tentu sangatlah jauh dari ambisi untuk merebut kursi posisi presiden. Beberapa bulan lalu, sesuai kecenderungan dari lapisan bawah, saya sudah mencoba “menjodohkan” Jokowi untuk bisa berpasangan dengan Rizal Ramli pada Pilpres 2014, yakni melalui artikel berjudul: Inilah “Bintang Kejora” yang Siap Bersinar di 2014..?!! (Kejora= Kemilau Jokowi Rizal Ramli) Saya sebut bintang “Kejora” , sebab dua sosok ini (Jokowi-Rizal Ramli) sangat identik dengan desakan rakyat yang amat menghendaki terbitnya (munculnya) pemimpin yang mampu bersinar di akhir “kegelapan”. Kemudian di sisi lain, karena saya juga memandang Prabowo amat cocok berdampingan dengan Rizal Ramli, maka kali ini saya juga menyodorkan sebuah jargon: “PRIMA= Prabowo-Rizal Indonesia Makmur-Aman”. Jargon ini juga sangat relevan dengan kondisi rakyat kita saat ini yang sangatlah mengharapkan negara ini bisa berkembang secara prima di bawah kepemimpinan dari sosok presiden dan wakil presiden yang prima pula. Apalagi dengan menyadari betapa SBY akan meninggalkan PR yang sangat banyak dan amat tidak ringan, yang di dalamnya lebih banyak sangat membutuhkan penanganan pada masalah ekonomi bangsa dan negara, maka tidaklah keliru jika Jokowi maupun Prabowo dapat dipasangkan dengan sosok ekonom senior seperti Rizal Ramli. Dan jika ini (Kejora atau Prima) betul-betul bisa diwujudkan, maka diyakini Indonesia akan benar-benar akan menjadi negara digdaya yang disegani oleh negara-negara lainnya, yakni sebagai “macan” Ekonomi di Asia. Semoga terwujud...!!! SALAM PERUBAHAN 2014....!!!! [caption id="" align="alignnone" width="600" caption="Ilustrasi/Abdul Muis Syam: Jargon dan Montase "][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="366" caption="Ilustrasi/Abdul Muis Syam: Jargon dan Montase "]

Ilustrasi/Abdul Muis Syam: Jargon dan Montase PRIMA= Prabowo Rizal Indonesia Makmur-Aman. (Sumber: photobucket.com)
Ilustrasi/Abdul Muis Syam: Jargon dan Montase PRIMA= Prabowo Rizal Indonesia Makmur-Aman. (Sumber: photobucket.com)
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun