Mohon tunggu...
MA Fauzi
MA Fauzi Mohon Tunggu... Penulis - Ilmu AlQuran dan Tafsir, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Mahasiswa | Penulis | Esais | Analitis Isu Terkini | Cerpenis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Sepanjangan Kanal-kanal Menuju Sepi

14 Oktober 2021   10:04 Diperbarui: 14 Oktober 2021   10:09 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sederet luka yang menggenang, sebuah perahu kecil serupa serangga air terapung, kanal-kanal seakan jadi kesepian berembus duka paling menyayat sejauh ekspedisi; layar dibentang, dua-tiga tiang pemancang dihadapkan pada angin yang berbelok. 

Seseorang memangku kenang di balik pencahayaan kunang-kunang dipaksa beranjak dari kilap-kilap tanpa silau. Hutan pesisir merangkak bagai anak kuda baru lahiran dua minggu. 

Dia dijelmakan untuk santapan sepi usai ramai tahun lalu mengakibatkan segala resah berujung risih. perahu itu benar melaju tanpa ada yang dituju melainkan terpaku pada arus-arus beku. geming.

Tidak ada sepi

Tidak ada tepi

dia melarikan dari tembok setinggi rasa cintanya pada yang dianut: sepi, bukan seperti lumrahnya. Padahal ia paham bahwa menuju tepi perlu sedikit perih lantaran saban perjalanan mengandung pelajaran, dan pelajaran dimulakan dari sepinya pemikiran, sesepi cadik mungil diantara kanal-kanal penghubung luka dan duka.

sepulangnya, orang-orang mencari sepi padahal di tempat keramaian mana pun, sepi diprioritaskan bagi orang yang tertekan. Sementara perahu itu justru mencari ramai dalam sepi yang mana tak nampak rasa gembiranya ditekan oleh sakit di masa kecil.

Bandung, 2021 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun