Mohon tunggu...
AMRUL HAQQ
AMRUL HAQQ Mohon Tunggu... Seniman - Pendiri Media GelitikPolitik.com

Amrul Haqq merupakan penulis buku dan pendiri sekaligus pemimpin redaksi media online berbasis politik bernama GelitikPolitik.com.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menggiring "Giring" ke Gelanggang Pilpres 2024

27 Agustus 2020   10:43 Diperbarui: 27 Agustus 2020   12:02 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah Grace Natalie mundur sebagai Ketua Umum PSI karena lanjut studi diluar negeri, tak ada hujan, tak ada angin, Giring yang menggantikan posisi plt Ketum PSI berkelakar akan maju dalam Pilpres 2024. 

Saya yakin Giring bukanlah anak TK atau murid baru sekolah dasar yang ditanya gurunya "cita-cita kalian kalau sudah gede nanti pengen jadi apa?" lalu dijawab pengen jadi presiden. 

Memang benar, menjadi warganegara dan dalam konteks kehidupan berdemokrasi ada hak memilih dan dipilih, tapi alangkah indahnya Giring dengan partai PSI yang baru lahir beberapa tahun silam juga melihat kapasitas diri dan partainya. Ada tiga hal yang harus kita lihat dari isu pencalonan Giring: 

Pertama, dalam UU No. 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum diatur mengenai mekanisme syarat parpol atau gabungan parpol harus mengantongi 20% kursi DPR atau 25% suara sah nasional agar mampu mengusung capres dan cawapres. 

Sementara PSI pada pemilu 2019 kemarin saja gagal lolos ke Senayan karena tidak memenuhi syarat Parliementary Threshold 4%. Jika PSI nekat menggiring Giring maju pada gelanggang pilpres 2024 harus bermodal ekstra untuk membentuk koalisi gabungan partai lain agar bisa mengajukan Giring sebagai capres. 

Kedua, sosok Giring yang berlatar belakang penyanyi menjadi persoalan, republik ini memiliki berbagai problema dan membutuhkan sosok figur yang mampu mengatasinya, pilpres adalah hal yang serius dan bukan main-main. 

PSI seharusnya  sibuk melakukan  pengkaderan figur-figur terbaik untuk maju dalam kontestasi pilkada, memperbanyak perwakilan di daerah dan bisa lolos Senayan 2024 nanti. 

Ketiga, yang dilakukan PSI saya nilai sebagai gimmick untuk mendulang suara partai di Media dan pemberitaan, karena belakangan PSI sepi pemberitaan. 

Namun, setelah Giring mendulang sensasi, PSI dibahas dimedia manapun termasuk trending twitter dengan tagar #Giring dan  instagram lambe turah yang notabene tempat netizen mencari informasi gosip selebritis. 

Mungkin penilaian saya tidak tepat tapi juga tidak salah, karena yang mereka lakukan adalah bagian dari komunikasi politik, Dr. Thomas Tokan dalam bukunya Komunikasi Politik.

Di buku tersebut ia menjelaskan ada beberapa karakter komunikasi politik, salah satunya adalah: adanya partisipasi dan kerja sama dari partisipan komunikasi, dalam hal ini komunikasi menuntut adanya timbal balik (feedback) dari pesan yang disampaikan komunikator ke komunikan (penerima pesan). 

Feedback yang diharapkan PSI adalah kembali muncul dalam media dan pemberitaan. Apa bedanya dengan selebritis yang hobi membuat sensasi? 

Idealisme adalah kemewahan terkahir yang dimiliki oleh pemuda, kata Tan Malaka. Terjun dalam politik yang dinamis masih kurang jika hanya bermodal idealis, butuh integritas dan profesionalitas bukan hanya sekedar popularitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun