Â
Raisa mencintai Gilang diam-diam selama dua tahun.
Menjadi teman yang baik, pendengar setia, dan tempat pulang paling tenang.
Akhirnya, Gilang mulai berubah. Lebih perhatian, lebih sering mencari Risa.
Hatinya sempat berani berharap.
Sampai malam itu, Gilang berkata, "Aku ingin melamarnya, Sa. Doakan aku, ya."
Raisa tersenyum.
Pelan. Palsu. Tapi cukup meyakinkan.
Dan dalam doa malamnya, ia tetap menyebut nama Gilang. Tapi kali ini, dengan air mata.
Cinta tak selalu indah.
Kadang ia tumbuh tulus, hanya untuk ternoda oleh harapan yang salah arah.