Mohon tunggu...
Amril Taufik Gobel
Amril Taufik Gobel Mohon Tunggu... Insinyur - Smiling Blogger, Restless Father, Lovely Husband and George Clooney wannabe :) See my Blog: http://daengbattala.com

Amril Taufik Gobel lahir di Makassar, 9 April 1970 dan lulusan Fakultas Teknik Jurusan Mesin UNHAS Angkatan 1989. Saat mahasiswa, pernah menjabat sebagai Redaktur Pelaksana Penerbitan Kampus Identitas (1992-1993) dan pendiri sekaligus Pemimpin Redaksi Surat Kabar Mahasiswa Fakultas Teknik UNHAS "Channel 9" (1991-1992). Seusai diwisuda tahun 1994, ia merantau ke Jakarta. Saat ini bekerja sebagai Direktur Eksekutif PT KPM Oil & Gas, Jakarta dan berdomisili di Cikarang. Ayah 2 anak ini juga mengelola blog pribadinya di www.daengbattala.com (pernah memenangkan blog favorit kategori Bahasa Indonesia dalam Lomba Blog International yang diadakan oleh The Bobs pada tahun 2010) serta menjabat sebagai Vice President Asean Blogger Chapter Indonesia sejak 2011. Telah menghasilkan 3 buku dari aktifitasnya ngeblog dan 2 diantaranya diterbitkan secara self publishing lewat www.nulisbuku.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Flash Fiction: Ayah

1 Januari 2022   18:12 Diperbarui: 1 Januari 2022   18:26 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ayah (sumber Pixabay)

Memanggilnya Ayah, buatku sesuatu yang membuat canggung. Lelaki separuh baya dengan uban menyelimuti hampir seluruh kepalanya itu tiba-tiba hadir dalam kehidupanku, setelah sekian lama aku bersama ibu. Berdua saja.

"Itu ayahmu nak.. ayah kandungmu sendiri,"ujar ibuku dengan suara bergetar menahan keharuan.

Lelaki itu kemudian memeluk tubuh mungilku erat-erat. Dia menangis menumpahkan kerinduan. Aku merasa bulir-bulir airmatanya jatuh membasahi dipunggungku.

Saat melepasku, wajahnya terlihat pucat dan rasa bersalah terlihat nyata disana.

"Maafkan ayah nak," katanya lirih.

Setelah itu pergi dan kehidupanku bersama ibu kembali seperti biasa. Seperti semula. Tak ada bedanya.

Hanya berdua saja.

Dan hari ini, 15 tahun kemudian, aku terduduk lunglai didepan makam ibu yang mendadak terkena serangan jantung saat aku memperkenalkan Firman, kekasih yang selama ini aku rahasiakan kepada ibu.

Tak banyak kata yang terlontar dari mulut ibu saat terkulai jatuh diatas pangkuanku dengan nafas terengah-engah.

"Jangan dia.. jangan dengan dia, karena dia kakakmu, dari ibu yang lain," kata ibu sebelum ajal menjemputnya. 

Aku menangis.

Entahlah, saat ini, dan mungkin seterusnya, aku tiba-tiba sangat membenci ayahku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun